Kisah Penulisan Kitab Tarjuman Al Asywaq oleh Ibn Arabi; Kecantikan yang Menginspirasi

5 Agustus 2022, 17:30 WIB
Kitab Tarjuman Al Asywaq karya Ibn Arabi /Ali Usman/Facebook

BERITA BANTUL – Kitab Tarjuman Al Asywaq, yang berarti ‘Tafsir Kerinduan’, ditulis oleh Syekh Akbar Muhyiddin Ibn Arabi.

Penulisan karya ini dilatari oleh respons positif penduduk Mekkah atas ajaran sufinya.

Ibn Arabi mendatangi kota Mekkah pada 598 H atau pertengahan 1202 M. Di sana, dia mendapat perhatian besar dari seorang bernama Abu Syaja’ Zahir bin Rustam dan putrinya, Nizam.

Zahir bin Rustam sendiri adalah seorang guru sufi yang menduduki posisi penting di kota Mekkah saat itu. Dari sanalah cerita ini dimulai.

iBaca Juga: Agar Peroleh Perlindungan Allah dalam Kehidupan, Baca dan Amalkan Doa Ibn Arabi Ini, Rasakan Manfaatnya

Ibn Arabi menggambarkan bahwa putri guru (Zahir bin Rustam) itu adalah seorang perempuan yang berparas supercantik dan memesona, memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, serta pengalaman spiritual yang mendalam.

Pada dirinya kecantikan jasmaninya berpadu dengan kebijaksanaan rohani yang agung.

Bagi Ibn Arabi, tulis Henry Corbin (1969), Nizam adalah laksana Beatrice bagi Dante; baginya dia adalah sebagai manifestasi duniawi, tokoh teofanik, dari sophia aeterna.

Pada akhirnya, Ibn Arabi terilhami oleh perempuan supercantik itu untuk menulis sekumpulan puisi amat indah yang terangkum dalam kitab berjudul Tarjuman Al Asywaq.

Baca Juga: Kisah Al Hasan Al Bashri dan Rabiah Al Adawiyah saling Memamerkan Keahlian Spiritual, Menakjubkan

Meski demikian, karena tulisan itulah, Ibn Arabi oleh sebagian ulama di masanya, justru dituduh telah mengumbar hasrat melalui puisi-puisi tentang cintanya yang didorong oleh hawa nafsu.

Secara lahiriah, Tarjuman Al Asywaq memang terkesan membenarkan tuduhan itu.

Akan tetapi, secara batiniah, karya tersebut, sebagaimana dibelanya kemudian dalam Dzakha’ir Al ‘Alaq, ditujukan kepada Allah, perkara-perkara samawiyah dan kenikmatan menyatu dengan Allah.

Sungguh menarik bahwa perempuan bagi Ibn Arabi menjadi ilham dan inspirasi yang kuat dalam olah rohani-spiritualnya.

Baca Juga: Agar Tobat Diterima, Inilah yang harus Dilakukan Kata Imam Al-Ghazali

Pengetahuan tentang makna spiritual dari perempuan itu juga terbukti pada bab terakhir dalam Fushus Al Hikam, yang dia menafsirkan sabda Nabi: “Ada tiga hal yang dicintakan kepadaku di dunia ini: perempuan-perempuan, wewangian (parfum), dan shalat”.

Sementara itu, bagi para ulama eksoterik, pada umumnya menolak puisi sebagai sesuatu yang sesuai dengan perasaan-perasaan religius yang, menurut mereka, terlalu erotik untuk kepekaan kesalehan.

Tarjuman Al Asywaq menjadi populer lantaran Ibn Arabi sendiri menuliskan syarah atas karyanya itu.

Hal itu demi membuktikan kepada sebagian ulama, bahwa puisi tersebut menjelaskan kebenaran (cinta) spiritual, bukan cinta profan.

Baca Juga: Hati Pendeta Bergetar Saat Menyaksikan Kepala Sayyidina Husein Cucu Rasulullah

Ibn Arabi bahkan tidak hanya menulis komentarnya dalam Dzakha’ir Al ‘Alaq, tetapi di Futuhat-nya dia juga menyelipkan beberapa pembelaan atas puisi-puisinya itu:

“Semua puisiku itu berkaitan dengan kebenaran-kebenaran Ilahi dalam pelbagai bentuk, seperti tema-tema cinta, eulogi, nama dan sifat-sifat perempuan, nama-nama sungai, tempat-tempat, dan bintang-bintang.”

Di lain sisi, ini juga menunjukkan betapa Ibn Arabi merupakan seorang penyair Arab yang produktif dan layak diperhitungkan.

Artikel ini dilansir dari status Ali Usman pada akun Facebook pribadinya yang diunggah pada 21 April 2021.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler