Umat Bingung Banyak Ustadz Tak Cerminkan Nilai Islam, Begini Saran Gus Mus

22 November 2022, 10:13 WIB
Gus Mus menjelaskan tentang contoh ulama yang jadi panutan umat /Instagram.com/@s.kakung/

HIKMAH - KH Ahmad Mustofa Bisri memberikan penjelasan terkait umat yang bingung karena banyak ustadz tak cerminkan nilai Islam.

Gus Mus, sapaan akrab KH Ahmad Mustofa Bisri, dikenal luas dengan dakwahnya yang sejuk dan mendamaikan.

Pernah menjadi Rais aam PBNU tahun 2014-2015, Gus Mus adalah putra ulama besar Nusantara yang mengarang Tafsir Al Ibriz, yakni KH Bisri Mustofa Rembang.

Baca Juga: Wafatnya Ulama Tanda Allah Mencabut Ilmu dari Bumi Kata Gus Mus

Gus Mus memberikan gambaran kondisi dan tanda ustadz mutakhir yang tampil di media sosial.

"Sekarang sudah kelihatan tanda-tandanya. Banyak mufti jadi-jadian, yang ditanya apa saja bisa menjawab," kata Gus Mus.

Menurutnya, yang bisa jawab apa saja saat ditanya itu umat itu tanda-tandanya gebleq, bukan tanda orang yang alim.

"Tandanya orang bodoh itu adalah bila ditanya apa saja, bisa menjawab," tegas pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang itu.

Gus Mus kemudian memberikan ilustrasi ustadz jadi-jadian itu dalam dialog berikut ini.

Baca Juga: Pengakuan Gus Mus atas Kewalian KH Zainal Abidin Munawwir Krapyak Yogyakarta

“Bagaimana hukumnya ayam yg ketabrak mobil, ustadz?”

“Itu ayamnya masih hangat apa tidak?”

“Masih agak hangat, ustadz”

“Kalau masih agak hangat berarti agak halal…”

Menurut Gus Mus, kalau melihat ustadz jadi-jadian itu lihatlah televisi dan media sosial. Mereka menjawab asal bisa dinalar saja.

"Sampeyan kalau mau tahu silahkan buka televisi. Ukuran jawabannya asal bisa dinalar saja," kata Gus Mus.

Bagi Gus Mus, saat ini memang untuk mencari contoh atau teladan.

"Islam itu (seperti) kekurangan contoh. Oleh sebab itu wajah Islam kelihatan jelek, karena kurang contoh. Yg dijadikan contoh yang jelek-jelek. Sampeyan lihat Youtube, ada bocah edan pakai jubah, menginjak kepala. Yang begini ini yang merusak," tegasnya.

Baca Juga: Mbah Shobib Jepara, Waliyullah Antik yang Dikagumi Gus Mus

Menurut Gus Mus, perilaku ustadz yang jadi-jadian itu sebaiknya berhenti saja, karena hanya akan merusak Islam.

"Kalau ditanya: bagaimana baiknya, maka jawabnya: baiknya mandeg saja, gak usah lagi. Ini merusak Islam. Orang Islam saja melihatnya jijik dan muak, apalagi orang lain. Ustadze wae nggono opo maneh santrine," tegas Gus Mus.

Gus Mus kemudian memberikan contoh para kiai di Pesantren Krapyak Yogyakarta yang bisa dijadikan contoh dan teladan bagi umat.

"Lha di (Krapyak) sini ini sudah banyak contoh. Ada Kiai Abdul Qodir, ada Kiai Ali Maksum," tegasnya.

Pesantren Krapyak Yogyakarta melahirkan ulama-ulama besar yang jadi teladan umat, seperti KH Ali Maksum, KH Zainal Abidin Munawwir, KH Abdul Qadir Munawwir, dan lainnya.

Baca Juga: Karomah KH Zainal Abidin Munawwir Krapyak, Kisah Rahasia Amplop di Atas Meja

"Kalau mau yang agak ampeg, ada Kiai Zainal. Kalau mau contoh yang gampangan, ada Kiai Ali. Ada semua contohnya," kata Gus Mus.

Bagi Gus Mus, umat Islam itu punya bermacam-macam warna.

"Ada yang maunya ampeg, ada yang maunya enteng. Dan yang seperti ini sudah ada sejak zaman Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam," katanya.

Para santrinya Nabi, lanjut Gus Mus, punya bermacam-macam warna.

"Ada yang seperti Abu Bakar, ada yang seperti Umar. Sahabat Umar itu contoh sahabat sangat berhati-hati. Hingga terhadap teman dan saudaranya sendiri saja keras, hingga Sahabat Kholid aja dipecat (dari jabatannya sebagai Komandan Tentara)," tegas Gus Mus.

Lebih lanjut dijelaskan, sahabat Abu Bakar lain, lembut. Pendekatannya berbeda. Tapi semua itu didasarkan pada rahmat dan kasih sayang. Itu yg kemudian dilanjutkan dari sejak sahabat, tabi’in, dan para ulama, hingga sampai kepada Mbah Hasyim Asy’ari.

Baca Juga: Curi Ikan KH Chudlori Tegalrejo, Gus Dur Pesta Makan Bersama Para Santri

"Beliau (KH Hasyim Asy'ari) punya dua orang anak buah yang berbeda: mBah Bisri yang streng dan mBah Wahab yang gampangan," tegasnya.

Makanya, lanjut Gus Mus, orang NU yang sedemikian banyak akhirnya punya pilihan.

"Yang belum bisa ikut mBah Wahab, yang sudah bisa ikut mBah Bisri. Tapi manusia yang macam-macam itu semua: yang hati-hati, yang ampeg, yang gampangan, mesti dilandasi dengan kasih sayang," tegas Gus Mus.

Penjelasan Gus Mus tersebut disampaikan saat memberikan ceramah sesudah tahlilan atas wafatnya KH Zainal Abidin Munawwir, Krapyak Yogyakarta, Selasa, 17 Februari 2014 M/16 Robi’uts-Tsani 1435 H.

Keterangan tersebut dikutip dari status KH Hilmy Muhammad di facebook pribadinya.***

Editor: Amrullah

Tags

Terkini

Terpopuler