Kisah Al Hasan Al Bashri dan Ibn Sirin yang Menafsirkan Mimpi, Kesalehan Menghilangkan Kerenggangan Sosial

- 25 Juni 2022, 11:16 WIB
Al Hasan Al Bashri menanyakan tafsir mimpi kepada Ibn Sirin
Al Hasan Al Bashri menanyakan tafsir mimpi kepada Ibn Sirin /pixabay/KELLEPICS

BERITA BANTUL – Al Hasan Al Bashri dan Ibn Sirin adalah dua tokoh tabiin yang berada di Bashrah. Mereka berdua adalah dua tokoh yang populer di masa itu.

Al Hasan Al Bashri adalah seorang ulama sufi yang mempunyai banyak murid. Sementara itu, Ibn Sirin adalah seorang ahli fikih yang mempunyai kemampuan untuk menafsirkan mimpi.

Akan tetapi, antara keduanya terkadang terjadi disharmoni dan kerenggangan sosial. Setiap kali Al Hasan Al Bashri disebutkan nama Ibn Sirin, dia bilang, “Jangan membicarakan orang yang jalannya berlagak sombong di hadapanku!”

Akan tetapi, pada suatu waktu, keduanya justru saling memuji dan hilanglah disharmoni tersebut dalam suatu pertemuan. Kesalehan telah menghilangkan disharmoni itu.

Baca Juga: Doa yang Diajarkan Nabi Muhammad untuk Memohon Kebaikan Dunia dan Akhirat, Begini Lafal dan Terjemahannya

Dikutip dari buku berjudul Nyalakan Lilinmu (Alvabet, 2020) karya Adham Syarqawi, disebutkan kisah pertemuan keduanya. Berikut ini kisah singkatnya.

Suatu ketika, Al Hasan Al Bashri pernah mimpi seolah-olah dirinya telanjang, berdiri di tempat sampah, dan dipukul dengan kayu.

Di pagi harinya, dia merasa cemas. Maka dari itu, dia mengirim salah satu temannya menemui Ibn Sirin yang memang sudah populer dalam menafsirkan mimpi itu untuk menceritakan mimpi tersebut kepadanya.

Berangkatlah orang itu menemui Ibn Sirin. Ketika sudah tiba di hadapan Ibn Sirin, dia menceritakan mimpi tersebut.

Baca Juga: Adil Artinya Seimbang, lalu Makna Adil Bagi Seorang Hamba Itu Apa Tanya Gus Baha

Akan tetapi, Ibn Sirin berkata kepada orang yang menemuinya, “Katakan kepada orang yang bermimpi: jangan bertanya kepada orang yang jalannya berlagak sombong!”

Hal itu kemudian dilaporkan kepada Al Hasan Al Bashri. Lantas, Al Hasan Al Bashri sendirilah yang pergi menemui Ibn Sirin di majelisnya.

Saat Ibn Sirin melihat Al Hasan Al Bashri, dia bangkit dan memeluknya, lalu mereka duduk dan saling berpandangan. Al Hasan Al Bashri berkata kepada Ibn Sirin, “Lupakanlah kerenggangan ini! Ceritakanlah kepadaku tentang tafsir mimpi itu, karena ia menyibukkan hatiku!”

Ibn Sirin berkata, “Jangan menyibukkan hatimu, karena ketelanjangan adalah telanjang dari dunia, sementara engkau tidak termasuk pencari dunia!”

Baca Juga: Lebih Baik Sedekah Sekarang Atau Setelah Meninggal? Buya Yahya: Jangan Bebani Anakmu dengan Wasiat, Bisa Dosa!

“Tempat sampah adalah dunia sementara engkau adalah orang yang mengetahui hakikat dunia,” lanjut Ibn Sirin, “Adapun kayu adalah simbol dari kebijaksanaan yang biasa engkau sampaikan kepada orang-orang!”

Al Hasan Al Bashri pun bertanya, “Bagaimana engkau tahu bahwa aku adalah orang yang bermimpi itu?”

Ibn Sirin berkata, “Aku tidak tahu ada orang yang lebih pantas darimu untuk memimpikannya!”

Inilah kisah pertemuan keduanya. Antara mereka sebenarnya terjadi ‘persaingan’. Akan tetapi, keduanya sejatinya mengagumi satu sama lain.

Baca Juga: Kisah Ibrahim Al-Khawwash dengan Binatang Buas dan Nyamuk, Perbedaan bersama Allah dan bersama Diri Sendiri

Al Hasan Al Bashri jelas mengakui kehebatan pengetahuan Ibn Sirin dalam menafsirkan mimpi. Jika tidak, maka mustahil dia menemuinya untuk menafsirkan mimpi yang menyibukkan hatinya.

Sementara itu, Ibn Sirin tahu bahwa orang yang saleh saja yang memimpikan mimpi sebagaimana yang dialami oleh Al Hasan Al Bashri. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa tidak tahu ada orang yang pantas memimpikannya selain Al Hasan Al Bashri.***

Editor: Joko W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah