BERITA BANTUL – K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha, mengungkap satu sosok yang agung dan luhur dalam alam semesta ini.
Sosok yang agung dan luhur itu adalah ia yang lupa berdoa untuk dirinya sendiri. Ia justru sibuk berdoa untuk orang yang dikasihinya.
Padahal, berdoa itu biasanya untuk kebaikan diri sendiri. Akan tetapi, sosok yang diungkap oleh Gus Baha ini adalah orang yang istimewa, ia justru telah lupa berdoa untuk dirinya sendiri.
Berdoa adalah permohonan hamba kepada Tuhannya. Doa adalah harapan, munajat, dan ketulusan hamba yang sadar akan kelemahan diri dan memohon welas asih Allah.
Baca Juga: Inilah Penyebab Anak Kecil Selalu Nakal, Berikut Penjelasan Gus Baha: Nakal Beda dengan Haram
Seorang hamba yang berdoa itu sejatinya memang menundukkan diri untuk menghamba kepada Allah. Ia mengakui bahwa dirinya lemah tak berdaya di hadapan Allah.
Di sisi lain, ia merasa bahwa Allah itu Maha Kuasa untuk melakukan segala hal. Dialah tempat memohon dalam segala doa.
Tidak ada yang menandingi Allah. Tidak ada yang setara dengan-Nya.
Berdoa adalah pengakuan akan kelemahan diri dan kekuasaan Allah. Dengan pengakuan yang demikian, sudah sudah selayaknya jika kita itu menyadari bahwa kita hanya menghambakan diri kepada Allah.
Hanya saja, ada seorang yang berdoa namun bukan untuk dirinya sendiri meskipun dalam tetesan air matanya ia mengakui kekuasaan Allah dan kelemahan dirinya.
Ia itulah sosok yang istimewa dan agung serta luhur. Ia berdoa untuk orang yang dikasihinya, memohon kepada Allah kebaikan dan kebajikan untuk orang yang dikasihinya.
Inilah sosok yang diungkap oleh Gus Baha.
Dikutip dari buku berjudul Dawuh Cinta Gus Baha (2022) disebutkan nasihat Gus Baha yang mengungkap sosok istimewa ini.
“Ibu adalah seorang manusia satu-satunya yang telah lupa berdoa untuk dirinya sendiri dalam shalatnya. Ia begitu sibuk mendoakan anak-anaknya,” ungkap Gus Baha.
Benar, sosok yang lupa berdoa untuk dirinya sendiri ini adalah ibu. Ia terlalu sibuk mendoakan kebaikan untuk orang yang dikasihinya, yaitu anaknya.
Tidak ada yang lebih agung dan luhur di mata seorang anak selain ibunya sendiri. Kasih sayangnya mengalir begitu derasnya.
Dengan demikian, sudah selayaknya anak itu berbakti kepada ibunya. Ialah sosok yang agung nan luhur itu.***