7 Bukti Pengaruh Islam dari Arab di Nusantara

- 23 Juli 2022, 09:34 WIB
7 Bukti Pengaruh Islam dari Arab di Nusantara
7 Bukti Pengaruh Islam dari Arab di Nusantara /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Ada 7 bukti pengaruh Islam dari Arab yang datang di Nusantara. 7 bukti itu diungkap para ahli sejarah, termasuk dalam buku Atlas Walisongo.

Wajah Nusantara banyak dipengaruhi berbagai kebudayaan dunia, seperti Persia, China, India, dan Arab.

Pengaruh Islam dari Arab terlihat dari bukti-bukti peninggalan sejarah atau kerajaan yang tumbuh dalam tradisi Islam.

Baca Juga: Gus Dur Memaknai Hadits 'Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri China'

Sebagaimana dikutip dari buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto, dijelaskan bahwa selain India dan Persia, pengaruh Islam dari Arab juga masuk ke Nusantara, terutama melalui jalur perdagangan.

Sebab, sejak masa pra Islam pelaut-pelaut Nusantara sudah berlayar ke Arab dan sebaliknya.

Berikut ini beberapa bukti pengaruh Islam dari Arab di Nusantara.

Pertama, perniagaan cengkeh Nusantara pada tahun 70 M sudah sampai ke Roma lewat Iskandariah. Meski baru abad ke-9 ahli ilmu bumi Arab bernama Abu al-Faida menyebut kepulauan Nusantara.

Kedua, dalam sumber Cina dari Dinasti Tang, tercatat keberadaan seorang pemimpin Arab yang mengepalai orang-orang Arab menetap di pantai barat Sumatera dan saudagar-saudagar Arab yang tinggal di negeri Kalingga di Jawa.

Baca Juga: Laksamana Cheng Ho dan Tokoh Islam yang Jadi Pejabat Tinggi dalam Sejarah China

Ketiga, R. Mauny dalam The Wakwak and the Indonesian Invasion in East Africa in 945 menegaskan terjadinya invasi orang-orang Nusantara ke Madagaskar yang terletak di pantai timur Afrika pada pertengahan abad ke-10 Masehi.

Itu menunjuk bahwa kapal-kapal asal Nusantara pada pertengahan abad ke-10 M sudah mencapai Madagaskar dan melakukan invasi ke pulau terbesar di timur Benua Afrika itu.

Dalam invasi tersebut, penduduk Nusantara dalam jumlah besar tinggal di Madagaskar dan berkembang biak dalam waktu lama sehingga menjadi penduduk setempat.

Karena itu, bahasa Malagasi yang digunakan penduduk Madagaskar dikategorikan sebagai cabang paling barat dari rumpun bahasa Melayu- Polinesia.

Keempat, kemampuan pelaut-pelaut Nusantara dalam mengarungi samudera, sedikitnya dicatat oleh pedagang Arab bernama Ibnu Lakis.

Menurut terjemahan J. Sauvaget dalam Merveilles de l’Indie, pada tahun 334 H/945-946 M telah datang “kira-kira seribu perahu” yang dinaiki orang Waqwaq di daerah “sofala-nya kaum Zanggi” di pantai Mozambique.

Baca Juga: TERBONGKAR: Saat China Masuk ke Nusantara, Jawa Dikenal Ahli Teknik Pembuatan Kapal Besar

Orang-orang Waqwaq—yang kepulauannya terletak berhadapan dengan Negeri Cina—menjelaskan bahwa mereka datang dari jarak yang memerlukan setahun pelayaran.

Mereka mendatangi pantai-pantai Afrika untuk mencari bahan yang cocok untuk negeri mereka dan untuk Cina, seperti gading, kulit kura-kura, kulit macan tutul, ambar, dan terutama budak Zanggi, karena orang Zanggi kuat fi siknya dan kuat menjadi budak.

Menurut Denys Lombard, petikan catatan Ibnu Lakis ini amat menarik karena bertanggal paling tua yang terdapat dalam sumber-sumber Arab mengenai perdagangan Indonesia di Afrika.

Kelima, pada abad ke-8 Masehi saudagar-saudagar muslim Arab dan Persia telah menguasai perniagaan di Laut India, dan banyak saudagar muslim Arab yang tinggal menetap di Malabar, pantai barat India.

Bahkan, menurut Gabriel Ferrand dalam Relations de Voyages et Textes Geographiques Arabes, Persians et Turks, Relatifs a l’Extreme-Orient du VIIIe au XVIIIe Siecle, saudagar-saudagar muslim Arab pada abad ke-8 banyak yang tinggal di Kadrang/ Phan-rang di Champa Selatan, sehingga pelabuhan itu disebut dengan nama “Kadrang pelaut-pelaut Arab”.

Keenam, pada saat kota dagang Canton yang dihuni para saudagar muslim Arab, Persia, India dihancurkan tentara pemberontak Huang Chao tahun 879 M, dengan korban tewas tidak kurang dari 200.000 orang.

Baca Juga: Pidato 5 Menit hanya Diterjemahkan 1 Kata, Diplomat AS Takluk di Tangan Pejabat China Kata Gus Dur

Saudagar-saudagar Arab yang selamat melarikan diri ke selatan dan tinggal di sepanjang pesisir Laut Cina Selatan.

Keberadaan komunitas muslim Arab di Nusantara tidak bisa dibandingkan dengan komunitas muslim Cina, sekalipun peran mereka setara.

Ketujuh, di kota-kota besar Nusantara komunitas muslim Arab mengagungkan sebuah model budaya yang khas, yaitu model agama Islam yang “murni”, yang dengan sengaja terpusat ke dunia usaha.

Menurut L.W.C. van den Berg dalam Le Hadhramout et Les Colonies Arabes dans l’Archipel Indien menyatakan bahwa pedagang-pedagang Arab sudah lama terdapat di Nusantara.

Tetapi jumlahnya tetap sedikit, sekalipun di antara mereka ada yang mempunyai pengaruh politik yang besar atas kehidupan pribumi.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x