Angkat Tema Moderasi Beragama Melalui Literasi Sastra di Pesantren, Abdul Wachid BS Resmi Bergelar Profesor

- 24 Agustus 2023, 11:55 WIB
Angkat Tema Moderasi Beragama Melalui Literasi Sastra di Pesantren, Abdul Wachid BS Resmi Bergelar Profesor
Angkat Tema Moderasi Beragama Melalui Literasi Sastra di Pesantren, Abdul Wachid BS Resmi Bergelar Profesor /

PENDIDIKAN - Senat UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto gelar perhelatan bersejarah dengan kukuhkan enam guru besar sekaligus pada Selasa, 22 Agustus 2023.

Pengukuhan yang digelar di Auditorium Utama UIN Saizu mulai pukul 08.00 WIB tersebut berjalan khidmat dihadiri ratusan tamu undangan dan keluarga para guru besar.

Dalam sambutannya, Rektor UIN Saizu, Prof. Dr. Roqib, M.Ag., menyampaikan rasa syukur dan bangga atas pencapaian para guru besar ini.

Baca Juga: Cinta Habib Umar bin Hafidz untuk NU, 7 Ribu KM Antara Yaman dan Indonesia Terasa Sangat Dekat

“Hal inilah yang selalu saya harapkan dan  sampaikan pada seluruh dosen UIN Saizu bahwa tidak ada dosen yang pensiun sebelum meraih predikat tertinggi dalam kariernya yakni guru besar,” tuturnya.

Enam guru besar di UIN Saizu tersebut adalah:

1. Prof. Dr. H. Munjin, M.Pd.I. dikukuhkan sebagai guru besar bidang pendidikan agama Islam.

2. Prof. Dr. Hj. Naqiyah, M.Ag. dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu tafsir.

3. Prof. Dr. H. Supriyanto, M.S.I. dikukuhkan sebagai guru besar bidang filsafat Islam.

4. Prof. Dr. Kholid Mawardi, M.Hum. dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu sejarah kebudayaan Islam.

5. Prof. Dr. Hj. Khusnul Khotimah, M.Ag. dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu akhlak dan tasawuf.

6. Prof. Dr. H. Abdul Wachid Wachid BS., M.Hum. sebagai guru besar bidang ilmu pendidikan bahasa dan sastra indonesia. Secara bergilir, para guru besar ini menyampaikan pidato pengukuhannya masing-masing.

Baca Juga: Habib Umar bin Hafidz Jelaskan Kondisi Umat Nabi Muhammad yang Wajahnya Bersinar di Hari Kiamat

Salah satu pidato pengukuhan disampaikan oleh Prof. Dr. H. Abdul Wachid BS, M.Hum. yang berjudul “Moderasi Beragama melalui Literasi Sastra Indonesia di Pondok Pesantren”.

Dalam pemikirannya, Prof. Abdul Wachid menyatakan bahwa pesantren menyediakan lingkungan pembelajaran yang kuat dengan pendekatan kontekstual dalam pemahaman agama.

Hal ini berarti pesantren mengajarkan nilai-nilai agama dengan memperhatikan realitas sosial, kultural, dan sejarah Indonesia.

Dalam konteks moderasi beragama, pesantren memberikan pemahaman yang lebih luas tentang ajaran Islam yang mengedepankan rahmatan lil'alamin (rahmat bagi seluruh alam) dan prinsip-prinsip persaudaraan.

Menurutnya, literasi sastra sangat penting diajarkan di pesantren karena sastra memiliki kesamaan dengan tasawuf, yaitu mendekatkan hati manusia kepada Allah Swt.

Kemampuan bersastra dalam diri santri dapat melembutkan hati, pikiran, dan perilaku. Hati, pikiran, dan perilaku yang lembut merupakan pangkal dari sikap keberagamaan yang moderat (tengah).

Sikap moderat merupakan salah satu sikap Nabi Muhammad saw. yang patut diteladani karena beliau adalah sosok yang adil bagi kaumnya dan bagi orang lain.

Dengan pengetahuan agama dan sastra yang mendalam, santri memiliki kepekaan perasaan, kejernihan pikiran, dan sikap egaliter yang kuat.

Baca Juga: Ini Profil Habib Jindan, Sosok Utama Penerjemah Dakwah Habib Umar Bin Hafidz Yaman, Ternyata Santri Kesayangan

“Praktik moderasi beragama melalui literasi sastra Indonesia oleh santri di pondok pesantren berangkat dari tradisi pembacaan kitab yang dilaksanakan secara bandongan dan sorogan,” tutur beliau.***

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah