4 Tokoh dalam Sejarah yang Rela Meninggalkan Istana dan Takhta demi Pencerahan Spiritual, Ada yang dari Jawa

27 Oktober 2022, 09:48 WIB
4 tokoh yang meninggalkan istana demi pencerahan spiritual /domain publik/

BERITA BANTUL – Inilah 4 tokoh dalam sejarah yang rela meninggalkan istana dan takhta demi pencerahan spiritual. Ada yang dari Jawa.

Istana kerajaan adalah sumber kenikmatan duniawi. Bagi ia yang menduduki singgasana di sana, istana seperti surga yang ada di bumi.

Akan tetapi, tidak semua orang yang berasal dari keluarga bangsawan itu justru merasakan kenikmatan di istana.

Dalam sejarah, setidaknya tercatat 4 tokoh yang rela meninggalkan istana dan takhta serta menanggalkan status kebangsawanan demi mendapatkan pencerahan spiritual.

Baca Juga: Sebelum Hindu, Agama Apa yang Dianut oleh Penduduk di Nusantara Ini? Begini Penjelasannya

Hal itu karena kegelisahan yang dialaminya yang tidak bisa dipuaskan dengan kenikmatan duniawi sebagaimana yang ditampilkan di istana.

Yang pertama dan yang paling kuno dari keempatnya adalah Mahawira. Nama aslinya adalah Wardamana.

Wardamana dilahirkan sekitar tahun 599 SM di India bagian timur laut. Dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga bangsawan. Dia juga menikah dan mempunyai seorang anak.

Kehidupannya begitu mewah selayaknya lingkungan istana. Di istana, dia mendapatkan segala yang diinginkannya.

Akan tetapi, ketika dia berusia kurang lebih 30 tahun, dia tinggalkan semua kemewahan istana dan memilih keluar darinya karena mengalami kegelisahan.

Dia berkelana keluar dari istana untuk mencari kebenaran hingga mendapatkan pencerahan spiritual.

Wardamana, yang kemudian terkenal dengan nama Mahawira yang berarti pahlawan besar, lantas menjadi pemuka dari keyakinannya, yakni Jainisme.

Sampai saat ini, agama Jainisme masih mengalami eksistensinya dengan penganut kurang lebih 8 juta jiwa yang terbatas hanya di India dan mungkin sekitarnya.

Baca Juga: Sebuah Kerajaan di Sumatra Ternyata Pernah Mengutus Dua Orang Delegasi ke Madinah untuk Menemui Nabi Muhammad

Yang kedua adalah Siddhartha Gautama alias Buddha. Dia dilahirkan pada sekitar 563 SM di anak benua India yang kini menjadi wilayah Nepal.

Dia adalah seorang pangeran yang tinggal di istana dengan segenap kenikmatan dan kemewahan. Dia merupakan anak tunggal yang tentunya kelak akan mewarisi takhta sang ayah.

Siddhartha menikah di usia 16 tahun dan dari pernikahannya itu, dia dikaruniai seorang anak ketika usianya sekitar 29 tahun.

Beberapa saat setelah anaknya lahir, dia merasakan kegelisahan setelah mengetahui kondisi di luar istana. Dia melihat orang miskin, orang yang sakit, orang yang menua, dan orang yang meninggal.

Hatinya tersentuh dan dia berkeinginan kuat untuk meninggalkan istana dan takhta yang telah disediakan untuknya. Anak dan istrinya pun ditinggalkannya sehingga dia hanya seorang diri mencari pencerahan spiritual.

Setelah sekian tahun mempelajari berbagai ajaran, seperti bermeditasi, berpuasa, dan lainnya yang tidak memuaskan dari beberapa guru, dia sendiri menyepi di bawah pohon Bodi hingga mendapatkan pencerahan spiritual.

Mulai saat itu, dialah Buddha. Dia pun menyebarkan ajaran-ajarannya kepada orang-orang.

Baca Juga: Kisah Ibrahim bin Adham yang Bekerja sebagai Penjaga Kebun Anggur, Sangat Amanah dan Tanggung Jawab

Tokoh yang ketiga adalah seorang sufi muslim bernama Ibrahim bin Adham. Ibrahim bin Adham dilahirkan pada 718 M dan dibesarkan di lingkungan istana. Dalam legenda sufi, dia adalah seorang raja di Balkh.

Hanya saja, pada suatu malam, dia mengalami kegelisahan spiritual setelah mengalami kejadian aneh yang mempertanyakan apakah dia telah lalai dan mencari Tuhan dalam balutan pakaian sutra dan tidur di atas ranjang emas.

Di siang harinya, dia duduk di atas singgasananya dengan kondisi yang tak biasa; diam dan gelisah sehingga membuat seisi istana kebingungan.

Seseorang pun datang yang diketahui adalah Nabi Khidlir. Orang tersebut memberi nasihat kepada Ibrahim bin Adham sehingga membuatnya berkeinginan untuk menanggalkan takhtanya dan keluar dari istana untuk menemukan pencerahan spiritual.

Dia pun menjadi seorang sufi yang berkelana ke berbagai wilayah, termasuk ke Mekkah, Merv, dan lainnya. Bahkan dia menjelajahi padang pasir.

Baca Juga: 20 Ribu Keluarga Muslim Dikirim ke Jawa, Syekh Subakir Jadi Panglima Paling Fenomenal

Sementara itu, tokoh yang keempat adalah Ki Ageng Suryomentaram. Ki Ageng Suryomentaram lahir pada 1892 M di Jawa dan dibesarkan di lingkungan istana Keraton Yogyakarta.

Dia adalah anak ke-55 Sri Sultan Hamengku Buwono VII dari rahim Bendoro Raden Ayu Retnomandoyo.

Dia mempunyai nama bangsawan Bendoro Raden Mas Kudiarmaji. Ketika berusia 18 tahun, dia diberi nama bangsawan Bendoro Pangeran Haryo Suryomentaram.

Titik balik dalam kehidupannya terjadi ketika dia turut dalam rombongan istana untuk menghadiri pernikahan di Surakarta.

Dalam perjalanan yang menggunakan kereta api, dia melihat petani yang bekerja di sawah. Hal itu cukup menyentuh hatinya dan menyadari betapa petani itu sungguh berat menanggung beban hidupnya.

Setelah peristiwa itu, dia meninggalkan istana untuk mencari pencerahan spiritual yang bisa membuat hidup bahagia tanpa materi duniawi.

Kepergiannya pun membuat seisi istana geger dan dimaklumatkanlah untuk mencari dirinya. Akhirnya, dia ditemukan di daerah Kroya, Purworejo, dalam kondisi sedang bekerja sebagaimana rakyat kecil biasa.

Dia pun akhirnya dijemput untuk kembali ke istana. Akan tetapi, di istana justru dia mengalami kegelisahan yang dahsyat.

Ketika sang ayah, Sri Sultan Hamengku Buwono VII, diganti oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, akhirnya dia diizinkan untuk meninggalkan istana dan mencari kebahagiaan di luar keraton.

Pencariannya pun tidak main-main. Bahkan dia sempat menghanyutkan dirinya sendiri ke dalam sungai, seperti orang yang ingin bunuh diri.

Singkat cerita, pada akhirnya Ki Ageng Suryomentaram menemukan pencerahan spiritual dan dia mengajarkan ajarannya kepada orang-orang.

Pada intinya, ajarannya adalah ngelmu kabegjan, yakni ilmu kebahagiaan, dengan rumus kawruh jiwa.

Baca Juga: Kisah Ibrahim bin Adham yang Berjalan Kaki namun Naik Kendaraan, Nasihat Mencerahkan dan Bermakna

Demikianlah 4 tokoh dalam sejarah yang rela meninggalkan kenikmatan istana dan kemewahan singgasana demi mendapatkan pencerahan spiritual dan kebahagiaan sejati.***

Editor: Joko W

Tags

Terkini

Terpopuler