BERITA BANTUL - Kisah Ibrahim bin Adham dan persahabatannya dengan Sahl Al Tustari. Inilah potret keluhuran akhlak yang terpuji.
Ibrahim bin Adham (w. 161 H/778M) lahir di Balkh, adalah anak seorang jutawan yang tak betah tinggal di rumahnya yang sangat luas dan megah bagai istana raja.
Dia lebih suka mengembara sambil berpuasa untuk berguru kepada para ulama terkemuka di Irak, Syria, dan Hijaz.
Ketika dia berada di Kilikiya, seorang hamba sahaya ayahnya datang memberitahu bahwa ayahnya meninggal dunia beberapa saat yang lalu. Dia pun menyerahkan uang warisan ratusan ribu dirham.
Ibrahim, dengan uang itu kemudian memerdekakan si hamba dan menyerahkan sisanya kepadanya, si hamba sahaya itu.
Dia tidak suka uang dari usaha perdagangan yang boleh jadi tidak jelas keadaan halal dan hramnya (syubhat).
Dia lebih suka memperoleh uang dari bekerja dengan tangannya sendiri di ladang atau menunggu kebun.
Di kemudian hari ia menjadi seorang sufi terkemuka.