Pikiranlah yang Menjadikan Seseorang Pemenang atau Pecundang

- 19 Desember 2022, 06:13 WIB
Contoh Teks Sambutan Ketua Panitia Halal Bihalal 2022 di Kantor atau Instansi
Contoh Teks Sambutan Ketua Panitia Halal Bihalal 2022 di Kantor atau Instansi /Pixabay

EDUKASI - Otak kita ibarat pabriknya pikiran. Setiap hari, pabrik ini bekerja keras dan menghasilkan gagasan-gagasan yang tidak terbilang banyaknya.

Pabrik pikiran ditangani oleh dua mandor, yakni pemenang dan pecundang. 

Pemenang memproduksi pikiran-pikiran positif, sedangkan pecundang memproduksi pikiran-pikiran negatif.

Baca Juga: Lionel Messi Pecahkan Banyak Rekor di Final Piala Dunia 2022

Pemenang maupun pecundang amat cepat bereaksi atas perintah kita. Sebagai pemilik pabrik, hal yang kita perlukan hanyalah memberi sinyal. Jika sinyal itu positif, maka pemenang akan maju dan bekerja. Jika sinyal itu negatif, maka pecundang yang maju dan beraksi.

Semakin sibuk pekerjaan pemenang hingga mendominasi pecundang. Ia semakin kuat mendorong kita pada kesuksesan.

Sebaliknya, jika sering memanggil pecundang untuk bertugas, maka ia semakin kuat mendorong kita pada kegagalan atau kekalahan.

Jika ia sudah mendominasi dan menguasai pabrik pikiran, maka jangan heran jika sebagai pemilik utama pabrik, kita menyesal di kemuian hari lantaran “jantung bangkrut.”

Maka, satu-satunya tindakan bijak, yaitu memecat pecundang dari pabrik pikiran. Sebab, kita sama sekali tidak memerlukannya. Kita tidak perlu mendengarnya karena ia tidak akan membantu kita mencapai sukses.

Perintahlah pemenang jika ada informasi masuk. Dengan begitu, gagasan-gagasan positif yang lahir, sehingga kita bisa menjadi pribadi yang sukses.

Disini juga ada proses kerja pikiran, pada dasarnya, pikiran kita bekerja dalam proses sebagaimana sebuah sistem. Pikiran bekerja berdasarkan input yang kita terima.

Baca Juga: Disebut Final Piala Dunia Terhebat Sepanjang Masa, Argentina Jadi Juara Tebus Kegagalan 8 Tahun Silam

Setiap input akan membentuk lapisan dan terus menumpuk seiring pertumbuhannya. Lapisan yang sama akan saling tarik-menarik dan berkumpul menjadi satu kelompok lapisan, baik lapisan positif maupun negatif.

Lapisan yang berasal dari input positif akn membentuk kelompok lapisan positif. Seperti optimisme, semangat, yakin, empati, ramah, bersahabat, dan seterusnya.

Sama halnya dengan alpisan negatif yang mendorong kita bersikap negatif, seperti pesimis, prasangka buruk, malas, tidak yakin, hingga hal-hal yang bersifat kriminal.

Setiap input baru yang masuk ke dalam pikiran akan semakin memperkuat masing-masing kelompok lapisan tersebut sesuai jenisnya. Dengan demikian, memberi input positif kepada pikiran menjadi sangat penting untuk memperkuat lapian positif yang sudah tertanam sebelumnya.

Menyaring an menentukan input positif kepada pikiran termasuk salah satu jalan mencapai kondisi pikiran optimal.

Tanpa input positif, “bahan baku” untuk proses kreatif selanjutnya menjadi terbatas. Selain itu, kurangnya input positif kepada otak melemahkan lapisan positif dalam pikiran. Sebaliknya, kondisi itu akan memperkuat lapisan negatif dalam pikiran kita.***

Penulis: Mahasiswa Dika Ayu Pramesti, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, STAI Sunan Pandanaran, Yogyakarta.

Editor: Ahmad Syaefudin

Sumber: edukasi.sains.lapan.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah