Jangan Jadikan Sumber Fitnah, Pahami Lensa Keadilan Hakiki bagi Perempuan!

5 Februari 2022, 13:13 WIB
Jangan Jadikan Sumber Fitnah /Ahmad Lailatus Sibyan/Tim Berita Bantul

BERITA BANTUL - Jangan menjadikan laki-laki sebagai standar tunggal atas kemaslahatan manusia. Harus juga melihat pengalaman perempuan untuk menentukan kemaslahatan.

Perempuan pun beragam, jangan jadikan standar satu-satunya perempuan atas
perempuan lainnya.

Harus punya pemahaman yang utuh, khususnya dalam lensa keadilan hakiki bagi perempuan.

Baca Juga: Hanya Orang Hina yang Menghinakan Perempuan, Nabi Beri 4 Kunci Surga Khusus Perempuan

Demikian ditegaskan Koordinator Lirbang PW Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta Muyassarotul Hafidzoh dalam acara Sekolah Islam dan Gender (SIG) yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Ekuilibrium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Kalijaga, di Magelang, Sabtu, 5 Februari 2022.

Muyassaroh menegaskan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi keadilan, Allah SWT Maha Adil. Al Quran adalah firman Allah, Al Quran pasti adil dan memiliki spirit keadilan.

"Rasulullah memiliki sifat amanah, yang di dalamnya ada unsur adil, maka hadis Rasulullah pasti juga memiliki spirit keadilan," tegas Muyas, panggilan akrabnya, yang juga penulis Novel Hilda.

Muyas menegaskan bahwa selama ini posisi perempuan dimaknai secara bias, seperti perempuan dinilai sebagai sumber fitnah.

"Tafsir atas ajaran agama selama ini bias, seperti perempuan lemah fisik, mental dan ingatannya, perempuan kurang akalnya karena setiap bulan haid, perempuan sumber fitnah, perempuan tidak bisa memimpin, dan nilai perempuan separuh lelaki dan seterusnya," tegas Muyas.

Baca Juga: Hidup Ruwet, Rizki Macet, Tak Jelas Arah, Amalkan Doa dari Habib Novel Alaydrus Solo

Dalam konteks itu, Muyas melihat perlu ada cara pandang yang baru. Yakni perspektif Lensa Keadilan Hakiki Perempuan yang digaungkan founder ngaji KGI (Kajian Gender Islam) Dr Nur Rofiah yang juga dosen PTIQ Jakarta.

"Dalam gagasan Bu Nyai Nur Rofiah, keadilan hakiki perempuan akan lahir ketika kita bisa memastikan perempuan terfasilitasi dengan baik (tidak semakin sakit) saat mengalami pengalaman biologis," lanjut Muyas.

Secara tegas, Muyas mengatakan bahwa dalam lensa keadilan hakiki juga harus memastikan perempuan tidak mengalami pengalaman sosial yang menyebabkan perempuan mendapatkan perilaku yang tidak adil. Hanya karena dirinya menjadi perempuan.

"Relasi laki-laki dan perempuan dalam Al-Quran menyimpan spirit keadilan. Nilai manusia tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan oleh ketaqwaan sebagimana dalam QS Hujurat ayat 13. Laki-laki dan perempuan yang berbuat baik sama-sama akan masuk surga dan sebaliknya, sebagaimana ditegaskan QS Al-Nisa’ ayat 124," tegas Muyas.

Dalam kerangka lensa keadilan hakiki yang digaungkan Bu Nyai Nur Rofiah itu, Muyas melihat bahwa stigma perempuan sebagai sumber fitnah harus disudahi.

Baca Juga: 11 Pahlawan Fenomenal dari Kaum Santri, Ada dari Suku Bugis dan Suku Banjar

Baca Juga: Punya Anak Nakal, Bacakan Fatihah, Buktikan Khasiatnya, Ijazah KH Ghofur Sunan Drajat Lamongan

"Laki-laki dan perempuan bisa menjadi sumber fitnah apabila melakukan kerusakan, kejahatan, kemaksiatan. Karena itu, pandanglah laki-laki dan perempuan yang sama-sama memiliki akal dan budi, sehingga sama sama memiliki peluang untuk membangun kemaslahatan di bumi," tegasnya.

Muyas mengajak semua kalangan untuk sama-sama melihat laki-laki dan perempuan sebagai khalifah Allah di muka bumi yang bertanggungjawab untuk kemaslahatan bersama.
"Sama-sama khalifah di bumi yang bebas dan bertanggungjawab. Laki-laki dan perempuan adalah sumber anugerah ketika melahirkan kebaikan dan kemaslahatan untuk semua," pungkasnya. ***

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan

Tags

Terkini

Terpopuler