Profil Ibunda KH Fakhrillah Aschal, Pengasuh Pesantren Syaichona Moh Cholil Bangkalan

14 Mei 2022, 12:36 WIB
Profil Ibunda KH Fakhrillah Aschal, Pengasuh Pesantren Syaichona Moh Cholil Bangkalan /majalahaschal.blogspot.com/

BERITA BANTUL - KH Fakhrillah Aschal, Pengasuh Pesantren Syaichona Moh Cholil Bangkalan adalah putra pasangan KH Abdullah Schal dan Nyai Sumtin. 

Karakter dan kepribadian KH Fakhrillah Aschal dibentuk dalam didikan ibundanya yang berjuang luar biasa mendampingi ayahandanya, KH Abdullah Schal. 

Profil singkat Nyai Sumtin, ibunda KH Fakhrillah Aschal memberikan informasi keteguhan hati perempuan dalam perjuangan. 

Baca Juga: Pesan KH Fakhrillah Aschal Bangkalan tentang Cara Meninggalkan Maksiat

Kiai Fakri adalah putra keempat dari 13 bersaudara hasil buah hati pasangan KH Abdullah Schal dan Nyai Sumtin. 

13 saudara itu adalah Nyai Hj. Mutmainnah, Lora Abd. Kholiq (wafat waktu kecil), Nyai Hj. Nur Bilqis, RKH. Fachrillah, Nyai Hj. Karimah, Nyai Hj. Zalikho’, Nyai Hj. Faidhoh, Nyai Hj. Ummu Kholilah (almarhumah).

Lalu RKH. Fachruddin, RKH. Moh. Nashih, Nyai Laili (wafat waktu kecil), RKH. Moh Karror, Nyai Hj. Nailatul Farohah.

Dikutip dari laman majalahaschal.blogspot.com, dijelaskan Nyai Sum, sapaan Nyai Sumtin, dilahirkan pada 31 Desember 1946 M di Ngoro, sebuah kecamatan di Kabupaten Jombang.

Baca Juga: KH Fakhrillah Aschal Nasabnya Sampai Kepada Syaikhona Kholil Bangkalan, Ini Urutannya

Setelah boyong dari Pondok Pesantren Tambak Beras Jombang, beliau menetap di rumah pamannya yang bernama Ust.Tajus Subki di Bangkalan.

Hingga suatu ketika beliau berhasil menjadi juara pertama lomba Tilawah Al-Qur’an yang diadakan oleh GP Anshor Bangkalan pimpinan KH.Kholil AG, di halaman Masjid Agung Bangkalan.

Suaranya yang merdu tidak hanya memukau para juri dan para penonton, tapi juga KH. Abdullah Schal yang saat itu mendengarkan dari Demangan juga terpikat akan kemerduannya.

Setelah melalui proses cukup panjang, akhirnya KH. Abdullah Schal menyunting dan menikahi Nyai Sumtin.

Pilihan KH. Abdullah Schal ternyata sangat tepat. Dalam masa-masa perjuangan mengembalikan eksistensi Pesantren Demangan.

Baca Juga: Karomah Ra Lilur Bangkalan, Di Balik Rahasia Bakar Pesantren Syaichona Muhammad Cholil

Nyai Sumtin berperan sangat besar mendampingi KH. Abdullah Schal dalam suka maupun duka.

Nyai Sumtin memainkan peran penting laksana Sayyidatuna Khadijah yang sangat besar jasanya didalam mendukung keberhasilan dakwah Rasulullah.

Setiap malam saat sang suami sedang keluar berdakwah ke plosok-plosok desa, Nyai Sumtin tidak bersantai-santai di dalemnya. Beliau tiada henti-hentinya berdzikir dan berdoa kepada Allah SWT.

Hingga pada suatu ketika, dalam keheningan malam yang sunyi, dalam gemerisik bunyi tasbih yang beliau pakai sebagai teman dalam berdzikir, di puncak kekhusyukan seorang hamba yang wushul kepada Tuhannya, tiba-tiba ada sinar dari angkasa.

Cahaya tersebut kemudian turun perlahan-lahan ke permukaan bumi. Nyai Sumtin terpana, sambil terus berdzikir tiada henti, beliau melihat cahaya tersebut kemudian memasuki tubuhnya.

Baca Juga: KH Fakhrillah Aschal Bangkalan Meninggal Dunia, Ini Pesannya tentang Berkah Shalawat

Dinginnya udara malam yang menusuk, tergantikan dengan rasa hangat yang menjalar dalam sekujur tubuhnya.

Sejak peristiwa sufistik tersebut, Nyai Sumtin merasakan kehidupan ekonomi keluarganya berubah drastis. Rezekinya semakin dipermudah oleh Allah, min haitsu la yahtasib.

Sekalipun menjadi isteri seorang kiai besar, Nyai Sumtin tetap menampakkan kesederhanaan dan kesahajaannya.

Beliau sangat mudah akrab dengan siapapun yang baru dikenalnya. Tidak pernah membeda-bedakan status sosial orang lain, rendah hati, dermawan, dan pandai menempatkan diri.

Setiap orang yang bertemu dengan beliau, pasti terkesan dengan sifat-sifat beliau tersebut.

Baca Juga: KH Fakhrillah Aschal Bangkalan Wafat, Ini Pesannya tentang Rahasia Nikmatnya Dzikir

Kasih sayang beliau kepada putera-puterinya ditumpahkan setiap saat dan setiap waktu, tanpa membedakan satu dan yang lainnya.

Sering kali beliau berpesan, “Jagalah ikatan persaudaraan di antara kalian, kalau ada masalah apapun harus saling mengalah”.

Di kalangan para santri dan masyarakat luas, beliau sangat dikenal sebagai pribadi yang sangat dermawan, senang bershadaqah kepada orang lain bahkan kepada para santri sendiri.

Beliau juga dikenal pandai memasak. Dalam hal ini beliau mengaku karena dididik langsung oleh Nyai Romlah, walau dengan cara didikan yang kadang agak nyeleneh.

Beliau memasak sendiri untuk konsumsi KH. Abdullah Schal dan putera-puterinya. Bahkan untuk konsumsi acara apapun di Demangan, kecil atau besar, beliau turun tangan langsung ke dapur memimpin santri puteri dan masyarakat yang membantu.

Baca Juga: Keramatnya Doa Habib Umar bin Ahmad Bafaqih Dirasakan Langsung oleh Masyarakat

Nyai Sumtin juga aktif mendampingi KH. Abdullah Schal berdakwah keluar daerah Bangkalan.

Sampai pada akhirnya beliau wafat pada malam Rabu, 02 Jumadil Akhirah 1427 H, di Simpang Lumut Pangkal Pinang (sekarang masuk Propinsi Bangka Belitung).

Kabar tentang kewafatan beliau pun langsung tersebar kebeberapa simpatisan, alumni, dan santrinya terutama yang ada di Demangan.

Di malam yang buta, saat semua santri masih terlelap dengan mimpi-mimpi indahnya, kabar pilu datang dari sebrang sana, seorang guru yang dermawan telah menghembuskan nafas terakhirnya.

Malam itu setelah shalat Isya’, beliau masih bercerita tentang segala hal kepada para tamu dan keluarga H. Miskal (tuan rumah yang biasa ditempati). Selanjutnya beliau masuk kamar dan istirahat.

Kira-kira jam sebelas malam, beliau terbangun dan merasakan sakit di bagian dada, sebagaimana sering beliau rasakan sebelumnya.

Baca Juga: Rahasia Nyai Sholihah Mendidik Gus Dur Jadi Tokoh Dunia

Setelah terbangun Nyai Sumtin meminta maaf kepada KH. Abdullah Schal atas segala kesalahan yang pernah dilakukan selama menjadi istri.

Menyaksikan hal tersebut KH. Abdullah Schal diam saja karena memang tidak ada firasat apapun sebelumnya.

Tapi kemudian Nyai Sumtin tiada henti meminta maaf dan meminta ridhonya, bahkan sampai memeluk erat seperti tidak mau berpisah.

KH. Abdullah Schal dengan segala gelagapan memaafkan segala kesalahan dan meridhoinya.

Setelah itu Nyai Sumtin baru melepaskan pelukannya, lisannya kemudian tiada henti berucap, “Anakku doakan, anakku doakan, anakku doakan.”

Baca Juga: Syaikhona Kholil Kirim Surat untuk Anjing Hitam di Makkah, Ternyata Ini Rahasianya

Menyaksikan hal itu, KH. Abdullah Schal menyadari keadaan isterinya sangat mengkhawatirkan, kemudian berinisiatif membawanya ke rumah sakit.

Di dalam kendaraan lisan Nyai Sumtin terus-menerus mengucapkan lafadh “ Allah…Allah…Allah.”

Di tengah perjalanan menuju rumah sakit, beliau menghembuskan nafas terakhir seraya bibirnya berucap “ Allah” dan beliau pun berpulang ke haribaannya.

Sekalipun jasad beliau telah berbaring di dalam kubur, tapi jasa-jasa beliau terhadap Pondok Pesantren Demangan tak akan pernah hilang ditelan masa, tak kan pernah luntur ditelan zaman.

Karena sudah tertulis dengan tinta emas, dan terpatri dalam dada segenap keturunannya, santri, alumni, dan masyarakat luas yang sangat mencintainya.

Baca Juga: Contoh Kesaktian Puasa Syaikhona Kholil Bangkalan, Nasehatnya Luluhkan Hati yang Keras

Kisah ini langsung ditulis putranya, yakni Raden KH. Fahrillah Aschal.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler