Dalam keadaan masih kanak-kanak, Siti Fatimah Azzahra sudah harus mengalami penderitaan, merasakan kehausan dan kelaparan.
Ia berkenalan dengan pahit getirnya perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan.
Lebih dari tiga tahun ia bersama ayah bundanya hidup menderita di dalam Syi'ib, akibat pemboikotan orang-orang kafir Quraisy terhadap keluarga Bani Hasyim.
Setelah bebas dari penderitaan jasmaniah selama di Syi'ib, datang pula pukulan batin atas diri Siti Fatimah Azzahra, berupa wafatnya bunda tercinta, Siti Khadijah RA.
Baca Juga: Sayyidah Zainab binti Ali, Cucu Rasulullah yang Cerdas dan Dermawan
Kabut sedih selalu menutupi kecerahan hidup sehari-hari dengan putusnya sumber kecintaan dan kasih sayang ibu.
Rasulullah SAW sangat mencintai puterinya ini. Siti Fatimah Azzahra adalah puteri bungsu yang paling disayang dan dikasihani junjungan kita Rasulullah SAW.
Nabi Muhammad merasa tak ada seorang pun di dunia yang paling berkenan di hati beliau dan yang paling dekat disisinya selain puteri bungsunya itu.
Demikian besar rasa cinta Rasulullah SAW kepada puteri bungsunya itu dibuktikan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas.
Menurut hadits tersebut Rasulullah berkata kepada Imam Ali, demikian: