Pakaian Gus Dur yang Sederhana, Kata Gus Mus: Gus Dur Mengikuti Kanjeng Nabi

4 Desember 2022, 13:04 WIB
Gus Dur yang selalu sederhana dalam berpakaian /Tangkap layar YouTubu Jas Hijau/Diolah Berita Bantul/

BERITA BANTUL – Pakaian Gus Dur yang sederhana, kata Gus Mus: Gus Dur mengikuti Kanjeng Nabi.

Gus Dur itu ketika sedang berada di rumahnya hanya mengenakan kaus dan celana sebatas bawah lutut sampai setengah betis. Kainnya dari bahan yang tak tampak berkualitas.

Ketika dia masih sakit, tahun 1997, dia pun hanya mengenakan pakaian seperti itu: celana dan kaus seperti tadi.

Tak terlihat logo “Polo” atau sejenisnya bikinan luar negeri pada dada kaus itu.

Baca Juga: Memperebutkan Makna Gus Dur, Sosok Pluralis yang Dikenang Dunia hingga Lintas Agama

Hal yang demikian ini juga seperti pakaian yang dikenakannya ketika dia berdiri di depan istana sambil melambai-lambaikan tangan kepada ratusan pendukungnya yang menunggu menjelang dilengserkannya secara paksa dan inkonstitusional dari kursi kepresidenan.

Tak ada bedanya, ketika dia di istana maupun di rumahnya. Gus Dur memang tak memikirkan atau tak lagi terpikirkan soal bahan apa dan warna apa yang patut dipakai, meski dia mampu merabanya.

Dia juga tak peduli bikinan siapa untuk pakaiannya, bikinan dalam negeri atau luar negeri, buatan orang Islam atau orang kafir, orang komunis atau sekuler, baik saat menjadi presiden atau menjadi orang biasa.

Dia menerima saja apa yang diberikan kepadanya. Akan tetapi, tentu saja, istri dan anak-anaknya memperhatikan untuk memilihkan apa yang pantas baginya.

Baca Juga: Kekerasan pada Perempuan Adalah Wujud Paling Ekstrem dari Ketidakadilan Hakiki Kata Alissa Wahid Putri Gus Dur

Merekalah yang memilihkan pakaian untuk Gus Dur pakaian apa dan dari bahan apa yang pantas baginya di suatu tempat dan untuk momen-momen yang dihadirinya.

Meski begitu, pilihan pakaian itu tetap saja sederhana. Semua orang pun bisa melihatnya.

Yang menarik, Gus Dur jarang terlihat memakai sarung, seperti kiai pada umumnya yang ke mana-mana memakai sarung, padahal ia adalah kiai besar.

Hanya saja, ada foto Gus Dur yang mengenakan sarung kotak-kotak, baju koko berwarna putih, dan berpeci hitam. 

Baca Juga: Lirik Lagu Manaqib Gus Dur Karya Gus Fuad Plered

Padahal tradisi di pesantren itu sarung sebagai pakaian sehari-hari.

Banyak pula orang yang beranggapan bahwa sarung itu tradisi Islam sementara celana pantalon itu pakaian Londo alias orang asing non-Islam.

Banyak yang menganggap bahwa tak sah rasanya jika shalat atau menghadiri akad nikah atau hajat  ritual yang lain tidak pakai sarung.

Budaya kita acap melihat sarung sebagai tanda kesalehan seseorang. Paling tidak lebih saleh dari orang yang memakai celana panjang.

Baca Juga: Gus Dur dan Sastra yang Tak Terwujud; Ide untuk Novel yang Belum Sempat Ditulis

Mungkin saja, ini akibat negeri ini pernah dijajah Belanda untuk waktu yang lama. Para penjajah selalu memakai celana dan dasi. Maka celana cenderung memiliki makna identitas penjajah.

Konon, pernah ada fatwa haram memakai celana karena alasan tersebut. Gus Dur, tentu juga paling paham soal budaya ini.

Ada cerita dari murid-murid Gus Dur ketika di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.

Manakala Gus Dur mengajar di kelas, dia mengenakan celana panjang dan tidak pernah sekalipun memakai sarung seperti kebanyakan guru yang lain.

Baca Juga: Puisi Gus Dur, Aku Rindu Padamu Karya KH Dr Jamal Makmur Asmani

Yang amat menarik dari itu, belum pernah sekalipun terlihat Gus Dur mengenakan pakaian khas Arab: semacam Gamis atau "tob" atau jubah. 

Gus Dur juga tak pernah terlihat memakai serban dengan gulungan besar maupun kecil berwarna putih maupun hijau. Kalaupun pernah, boleh jadi hanya untuk menghormati orang yang memintanya.

Gus Dur pun tak juga sering memakai peci putih khas orang Indonesia usai haji. Padahal, kiai yang lain seperti Kiai Ahmad Shiddiq, misalnya, sesekali memakainya.

Di dinding rumahnya, tak terlihat foto Gus Dur dengan performa orang Arab.

Baca Juga: Gus Dur Menaklukkan Rumah Angker, Ternyata Ini yang Dilakukannya

Gus Dur seperti ayahnya, K.H. Abdul Wahid Hasyim, yang senang mengenakan celana pantalon, baju putih, dan berdasi, terkadang pakai peci terkadang juga tidak. Kiai Wahid tampak ganteng dan perlente.

Begitulah pakaian Gus Dur sepanjang yang diketahui. Kata orang, untuk soal pakaian pun Gus Dur seorang nasionalis dan menjaga tradisi lokal.

Gus Mus, panggilan sayang Kiai Ahmad Mustofa Bisri, malah menyampaikan pernyataan yang menarik.

"Dalam berpakaian, Gus Dur ittiba’ Kanjeng Nabi yang selalu berpakaian sederhana dan sesuai budaya lokalnya,” ujar Gus Mus.

Baca Juga: Curi Ikan KH Chudlori Tegalrejo, Gus Dur Pesta Makan Bersama Para Santri

Ittiba' artinya mengikuti Nabi Muhammad saw.

Tulisan ini dilansir dari status Facebook Husein Muhammad yang dibagikan pada 14 Desember 2018.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler