3 Peristiwa Besar Jadi Pemicu Kelahiran Nahdlatul Ulama, Termasuk Jatuhnya Makkah Madinah di Tangan Wahabi

6 Februari 2023, 06:33 WIB
3 Peristiwa Besar Jadi Pemicu Kelahiran Nahdlatul Ulama, Termasuk Jatuhnya Makkah Madinah di Tangan Wahabi /NUO/

SEJARAH - 3 Peristiwa Besar Jadi Pemicu Kelahiran Nahdlatul Ulama, Termasuk Jatuhnya Makkah Madinah di Tangan Wahabi.

Saat Nahdlatul Ulama (NU) berdiri pada 16 Rajab 1344 Hijriyah atau 31 Januari 1926, ada tiga persitiwa besar terjadi yang jadi pemicu utamanya. 

Tiga peristiwa besar itu fakta tatanan dunia internasional saat itu. Bukan sebatas fakta lokal yang jadi pemicu lahirnya Komite Hijaz. 

Baca Juga: 32 Pondok Pesantren di Jawa Timur Raih Penghargaan PBNU, Pesantren Mojosari Nganjuk Ternyata yang Tertua

Apa saja tiga peristiwa besar yang memicu lahirnya NU itu?

Dikutip dari catatan Jamaluddin Mohammad, ada tiga peristiwa besar dunia yang melatari kelahiran Nahdlatul Ulama (NU).

Pertama, katanya, adalah ambruknya Kekhalifahan Islam Turki Utsmani sebagai kiblat politik umat Islam dunia selama 600 tahun.

"Kedua, kolonialisme-imperialisme yang menyapu besih negara-negara Islam," katanya, dikutip dari catatan di facebook pribadinya yang diunggah pada 2 Februari 2023.

Sedangkan yang ketiga, katanya, adalah jatuhnya Haramain (Makkah-Madinah) sebagai pusat keilmuan dunia Islam ke tangan wahabi.

"Ketiganya menandai runtuhnya tatanan dunia lama menuju tatanan dunia baru," tegasnya.

Baca Juga: 18 Pesantren di Jawa Tengah yang Dapat Penghargaan PBNU Karena Berusia 1 Abad Lebih

Menurutnya, tiga peristiwa sejarah tersebut kemudian segera direspon para pendiri (muassis/founding father) NU dengan mendirikan Jamiyyah Diniyyah Ijtimaiyyah Nahdlatul Ulama.

"Jadi, sebagaimana yang sering disampaikan Kiai Yachya Cholil Staquf (Gus Yahya) ketua umum PBNU, visi NU adalah visi peradaban," tuturnya.

Para masyayikh pendiri NU, menurutnya, punya waskita (ilmu ruhani tingkat tinggi) terhadap tanda-tanda zaman, yakni dunia telah berubah dan secepatnya membutuhkan respon.

"Salah satunya ijtihad ulama-ulama NU memilih negara bangsa dibanding menghidupkan kembali Khilafah Islamiyyah yang sudah mati terkubur reruntuhan peradaban lama," tegasnya.

Di bawah kepemimpinan Gus Yahya, lanjutnya, NU ingin melanjutkan kembali visi peradaban yang sudah dirintis oleh para muassis NU.

"Rangkaian Khalaqah Fikih Peradaban yang diadakan di banyak pesantren salah satunya bertujuan menyerap, menggali, dan mendiskusikan pikiran-pikiran para ulama merespon perubahan tatanan dunia baru, khususnya berkaitan dengan fikih siyasah (fikih politik)," tegasnya.

Baca Juga: Profil Pesantren Babakan Cirebon, Pesantren Tertua di Jawa Barat yang Dapat Penghargaan PBNU Sambut 1 Abad NU

Bukan hanya itu, katanya, tapi juga menjawab pertanyaan, bagaimana teks, khususnya khazanah peradaban kitab kuning yang dimiliki pesantren-pesantren, berhadapan dengan realitas kemanusiaan yang terus berubah?

"Menyongsong tatanan dunia baru dibutuhkan kecakapan dalam membaca dan memahami realitas (fiqhul waqi')," jelasnya.

Fiqhu al-waqi, menurutnya, adalah fikih yang berangkat dan bertolak dari realitas. Memahami realitas harus sebaik memahami teks (fiqhul wajib lil waqi'). Ini akan membalik kebiasaan komunitas pesantren yang menjadikan teks sebagai basis bagi realitas.

"Dalam tradisi bahtsul masail di pesantren-pesantren, kitab kuning dijadikan sebagai reverensi utama menjawab realitas (waqiiyyah). Seolah-olah semua persoalan sudah ada jawabannya dalam kitab kuning," katanya.

Dalam analisanya, kitab kuning semacam primbon yang bisa membaca masa depan. Akibatnya, teks yang terbatas oleh ruang waktu harus tertatih-tatih mengejar realitas yang selalu bergerak cepat melampaui dan meninggalkan teks.

Baca Juga: Yakin Shalat Kita Diterima Allah? Begini Keterangan Gus Baha tentang Hal yang Harus Dilakukan setelah Shalat

"Bagaimanapun, al-Ghazali dalam al-Munqiz min al-Dhalal sudah mengingatkan bahwa teks yang terbatas takkan dapat merengkuh realitas yang tak terbatas (anna al-nushus mutanahiyah la tastauibu al-waqai' al-gharu al-mutanahiyah)," pungkasnya.***

Editor: Ahmad Syaefudin

Tags

Terkini

Terpopuler