Gus Dur Itu Tak Sekadar Mewacanakan Pluralisme tetapi Mengamalkannya; Dia Mengasihi Umat Manusia

- 8 Desember 2022, 07:00 WIB
Gus Dur Bapak Pluralisme Indonesia
Gus Dur Bapak Pluralisme Indonesia /Tangkap layar YouTube Aminudin Khudhori/Diolah Berita Bantul/

BERITA BANTUL – Gus Dur itu tak sekadar mewacanakan pluralism tetapi mengamalkannya; dia mengasihi umat manusia.

Gus Dur adalah Bapak Pluralisme. Konon, Djohan Efendi, sahabat setia Gus Dur, pernah diminta Gus Dur agar jika ia kelak wafat, nisannya dituliskan “Di Sini dikubur Sang Pluralis”.

Banyak sekali orang sepakat atas predikat ini. Susilo Bambang Yudoyono, mantran Presiden Republik Indonesia, menyebut Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme Indonesia atas gagasan-gagasan universal mengenai pentingnya menghormati perbedaan.

Gus Dur adalah orang yang selalu ingin memandang manusia, siapa pun dia dan di manapun dia berada, sebagai ciptaan Tuhan.

Baca Juga: Gus Dur Rela Menanggung Luka yang Ditorehkan oleh Mereka yang Membenci, Siapakah Mereka Itu?

Sebagaimana Tuhan menghormatinya, Gus Dur juga ingin menghormatinya. Sebagaimana Tuhan mengasihi makhluk-Nya, Gus Dur juga ingin mengasihinya.

Pepatah sufi mengatakan, “Berakhlaklah dengan akhlak Allah!”

Gus Dur tak banyak bicara soal wacana Pluralisme berikut dalil-dalil teologisnya sebagaimana kebanyakan sarjana dan aktivis Hak Asasi Manusia.

Akan tetapi, Gus Dur mengamalkan, mempraktikkan, dan memberi mereka contoh atasnya.

Baca Juga: Tarekat Apa yang Diamalkan Gus Dur? Beginilah Jalan Spiritual yang Ditempuhnya

Pluralisme jauh lebih banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari Gus Dur dibanding diwacanakan.

Kalaupun diminta dalil agama, Gus Dur akan menyampaikan ayat suci Al-Qur’an ini:

يَا أَيَّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوا. إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ

Wahai manusia, Kami ciptakan kalian terdiri atas laki-laki dan perempuan. Dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya manusia yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. [QS. Al-Hujurat: 12]

Baca Juga: Gus Dur yang Bersahaja, Jiwa yang Bergolak dan Tak Ingin Mengecewakan Mereka yang Berharap kepadanya

Saling mengenal dalam ayat di atas tidak sekadar tahu nama, alamat rumah, dan nomor telepon, atau tahu wajah dan bagian-bagian tubuh yang lain.

Saling mengenal adalah memahami kebiasaan, tradisi, adat-istiadat, pikiran, hasrat-hasrat yang lain yang berbeda, yang tak sama.

Lebih dari segalanya, saling mengenal berarti agar kita saling menjadi arif bagi yang lain, menjadi bijaksana dan rendah hati.

Dalam konteks sufisme, terma ini dimaknai lebih menukik ke dalam. Kaum sufi memaknainya sebagai orang yang menyerap pengetahuan ketuhanan melalui intuisi dan perjuangan batin.

Baca Juga: Pakaian Gus Dur yang Sederhana, Kata Gus Mus: Gus Dur Mengikuti Kanjeng Nabi

Yang paling mulia di hadapan Tuhan adalah yang paling takwa, bukan suku ini atau suku itu, bukan bangsa ini atau bangsa itu, dan bukan perempuan atau laki-laki.

Juga bukan identitas-identitas tertentu, bukan yang paling gagah atau cantik, dan bukan yang paling kaya atau berumah megah.

Takwa bukan sekadar berarti sering datang ke masjid atau menghadiri secara rutin majelis taklim, membaca kitab suci, memutar-mutar tasbih, bangun malam, atau puasa setiap hari.

Lebih dari itu, takwa adalah mengendalikan amarah, hasrat-hasrat rendah, menjaga hati, tidak melukai, tidak mengancam, ramah, sabar, rendah hati, dan sejuta makna kebaikan kepada manusia lainnya dan kepada alam semesta.

Baca Juga: Memperebutkan Makna Gus Dur, Sosok Pluralis yang Dikenang Dunia hingga Lintas Agama

Tulisan ini dilansir dari status Facebook Husein Muhammad yang dibagikan pada 17 Desember 2019 dengan penyuntingan seperlunya tanpa mengubah esensi.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x