Jadi Direktur Diktis Kemenag, Prof Zainul Hamdi Pernah Jelaskan tentang Gus Dur dan Maulid Yesus Kristus

- 5 Januari 2023, 07:46 WIB
Direktur Diktis Kemenag Prof Zainul Hamdi Jelaskan Pendapat Gus Dur tentang Maulid Yesus Kristus
Direktur Diktis Kemenag Prof Zainul Hamdi Jelaskan Pendapat Gus Dur tentang Maulid Yesus Kristus /UINSuka/

Baca Juga: Direktur DIKTIS Kemenag RI Prof Zainul Hamdi Ternyata Pengagum Jack Ma Orang Terkaya di Tiongkok

Yang paling kontroversial adalah Ketika Gus Dur membuka Malam Puisi Yesus Kristus di gereja. Karena peristiwa ini, Gus Dur sampai “dikafirkan" salah seorang habib.

Saat di Yerussalem, Desember 2003, Gus Dur membuat sebuah tulisan singkat berjudul “Harlah, Maulid, dan Natal". Di sini, Gus Dur menjelaskan dengan gamblang pandangannya tentang perayaan Natal.

“ …peristilahan ‘Natal’ adalah saat Isa Al-Masih dilahirkan ke dunia oleh “perawan suci” Maryam...

Natal, dalam kitab suci Al-Qur’an disebut sebagai “yauma wulida” (hari kelahiran, yang secara historis oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari kelahiran Nabi Isa, seperti terkutip: “kedamaian atas orang yang dilahirkan (hari ini)” (salamun yauma wulid) yang dapat dipakaikan pada beliau atau kepada Nabi Daud.

Sebaliknya, firman Allah dalam surat al-Maryam: “Kedamaian atas diriku pada hari kelahiranku” (al-salamu ‘alaiyya yauma wulidtu), jelas-jelas menunjuk kepada ucapan Nabi Isa.

Bahwa kemudian Nabi Isa “dijadikan” Anak Tuhan oleh umat Kristiani, adalah suatu hal yang lain lagi…. Artinya, Natal memang diakui oleh kitab suci Al-Qur’an, juga sebagai kata penunjuk hari kelahiran beliau, yang harus dihormati oleh umat Islam juga.

Bahwa, hari kelahiran itu memang harus dirayakan dalam bentuk berbeda, atau dalam bentuk yang sama tetapi dengan maksud yang berbeda, adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan.

Jika penulis merayakan Natal adalah penghormatan untuk beliau dalam pengertian yang penulis yakini, sebagai Nabi Allah Swt. … kemerdekaan bagi kaum Muslimin untuk turut menghormati hari kelahiran Nabi Isa, yang sekarang disebut hari Natal.

Mereka bebas merayakannya atau tidak, karena itu sesuatu yang dibolehkan oleh agama.”

Halaman:

Editor: Ahmad Syaefudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah