Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo dalam Kesaksian KH Ali Badri Pasuruan, Tetap Sayang Habaib Selamanya (1)

- 29 Mei 2023, 12:18 WIB
Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo dalam Kesaksian KH Ali Badri Pasuruan, Tetap Sayang Habaib Selamanya (1)
Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo dalam Kesaksian KH Ali Badri Pasuruan, Tetap Sayang Habaib Selamanya (1) /facebook/ali.azmatkhan.98/

Namun, apakah jengkel itu berarti benci? Tentu tidak! Saya juga sering jengkel pada anak-anak saya ketika mereka nakal, bahkan terkadang saya memarahi mereka.

Apakah ketika saya jengkel itu berarti saya membenci anak-anak saya?

Demi Allah, ketika saya jengkel pada beberapa Baalawi yang "memusuhi" saya ketika itu, saat itu saya justru lebih sering mendoakan kebaikan untuk mereka daripada untuk saudara-saudara kandung saya, batin saya tertekan karena saya jadi terpisah dengan teman-teman Baalawi yang dulu akrab dengan saya, saya sampai jatuh sakit sebulan lebih dan sempat tidak bisa jalan, saya sering menangis ketika berharap mereka mau berbaikan dengan saya, karena diantara tujuan saya membuka nasab keluarga Walisongo itu untuk bersilaturrahim dengan mereka, saya sampai berkata "kenapa kalian begitu berat menerima kami sebagai keluarga, padahal kami adalah keluarga-keluarga terhormat yang telah mempribumi?!"

Sekali lagi dan tidak akan saya ulangi lagi, sampai sekarang saya tidak membenci Baalawi apalagi yang ulama' (habaib), saya menyayangi mereka lebih dari sekedar saudara sedarah, karena saya juga melihat mereka sebagai saudara sesama anak ruhani Baginda Nabi; saya ingin beliau tersenyum melihat kami hidup rukun, apalagi saling bahu membahu mendakwahkan ajaran kasih sayang beliau صلى الله عليه وآله وسلـم.

KEDUA: Istri Pertama Saya adalah dari Keluarga Bin Yahya Baalawi.

Istri pertama saya adalah dari keluarga Bin Yahya Baalawi, ayah mertua saya bernama Habib Shaleh bin Hasan bin Aburrahman Bin Yahya.

Saya melihat sendiri nama beliau tercatat di buku induk Baalawi ketika saya bersilaturrahim ke kantor Naqabatul Asyraf Jakarta bersama kakak ipar saya.

Beliau tinggal di Majalengka, Habib Lutfi bin Yahya memanggil beliau "ammi" (paman) walaupun beliau lebih muda, karena urutan nasab beliau lebih tinggi dari nasab Habib Lutfi, bahkan Habib Lutfi sering singgah ke rumah beliau ketika sedang ada acara di Majalengka.

Ketika ayah mertua saya didatangi oleh beberapa orang pengurus RA dan mereka menyalahkan beliau karena menerima saya jadi menantu, beliau hanya berkata singkat:

"Kalau kalian keberatan, hapus saja namaku dari buku Rabithah Alawiyah!"

Halaman:

Editor: Amrullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x