Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (3): Faktor Cebong dan Kadrun Membuat Suhu Makin Panas

- 30 Mei 2023, 11:27 WIB
KH Ali Badri Pasuruan Mengurai Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (3) punya kaitan dengan Faktor Cebong dan Kadrun
KH Ali Badri Pasuruan Mengurai Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (3) punya kaitan dengan Faktor Cebong dan Kadrun /facebook/ali.azmatkhan.98/

TOKOH - Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (3): Faktor Cebong dan Kadrun Membuat Suhu Makin Panas.

KH Ali Badri Pasuruan memberikan penjelasan tegas terkait konflik keluarga habaib baalawi dan keluarga walisongo yang dipengaruhi banyak faktor. 

Tapi yang termasuk menyulut pengaruh luas adalah adanya faktor kelompok cebong dan kadrun yang sudah lama berseteru sejak mulai Pilpres 2014. 

Baca Juga: Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (2): Siapapun yang Menjual Nasab Leluhurnya adalah Pecundang!

Kali ini, KH Ali Badri menyoroti faktor cebong dan kadrun secara komprehensif. Simak selengkapnya.

MENYIKAPI KONFLIK HABAIB & KELUARGA WALISONGO (3): Faktor Cebong dan Kadrun Membuat Suhu Makin Panas.

Kemarin saya telah jelaskan lima hal agar saudara-saudara sekalian kenal dulu siapa dan bagaimana saya, karena banyak yang mengkaitkan keributan habaib dan keluarga Walisongo ini dengan saya.

Namun sebelum melanjutkan, ada satu hal lagi yang juga harus difahami oleh saudara-saudara sekalian, yaitu terkait ummat Islam indonesia pada umumnya yang sebagian terseret oleh arus keributan itu.

Seperti yang kita ketahui, ummat Islam Indonesia hampir semuanya terpecah dalam dua kelompok besar akibat politik, dua kelompok itu bukan hanya saling berseberangan, melainkan kerap saling "menyerang", bahkan masing-masing menjuluki lawannya dengan nama yang tidak baik, yaitu Cebong dan Kadrun.

Baca Juga: Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo dalam Kesaksian KH Ali Badri Pasuruan, Tetap Sayang Habaib Selamanya (1)

Namun, kebiasaan sejarah adalah membuang kesan buruk pada nama yang sudah terkenal, sehingga saya rasa sekarang ini Cebong dan Kadrun sudah tidak lagi identik dengan nama dua hewan, tapi identik dengan dua kelompok besar kubu politik di Indonesia.

Maka sayapun akan menyebut mereka dengan Cebong dan Kadrun. Dan perlu dicatat bahwa, secara politik, sejak awal saya tidak pernah bersama Cebong dan tidak pula bersama Kadrun!

Sejak awal saya melihat persaingan politik antara Cebong dan Kadrun memang tidak sehat.

Masing-masing dari mereka lebih mengedepankan suuzhon dan tidak mau berdiskusi secara langsung, apalagi pengikut mereka di kalangan bawah, mereka suka mencaci kubu lawan dan tidak peduli siapa yang mereka caci, bahkan walaupun ulama' sepuh.

Anehnya tokoh bahkan ulama' di tiap kubu tidak ada yang menghalangi pengikutnya untuk mencaci, bahkan ada yang malah ikut mencaci.

Saya sendiri sering menjadi sasaran suuzhon, ketika saya merayu agar Cebong tidak terlalu kasar pada Kadrun, sayapun dianggap lebih membela Kadrun, ketika saya merayu agar Kadrun tidak terlalu kasar pada Cebong, sayapun dianggap lebih membela Cebong.

Sepuluh tahun terakhir ini saya merasa kurang laku sebagai penceramah (hehe), karena saya tidak membela salah satu kubu dengan terang-terangan.

Seandainya saya punya rekaman ceramah berapi-api mencerca Cebong, pasti saya akan laris diundang Kadrun, atau sebaliknya, seandainya saya punya rekaman ceramah berapi-api mencerca Kadrun, pasti saya akan laris diundang Cebong.

Baca Juga: Geger Konflik Habaib dan Keluarga Wali Songo, Ini Nasihat Syekh Ali Jum'ah untuk Para Ahlul Bait

Semakin pedas mencerca semakin laris pastinya.

Menurut saya, Indonesia belum pernah mengalami kebobrokan akhlaq separah ini!

Saudara-saudara bisa lihat tulisan-tulisan saya pada masa-masa kampanye, saya selalu bilang bahwa selama rakyat Indonesia akhlaqnya bobrok dan saling mencaci, maka jangan harap Allah akan menganugerahi negeri ini dengan pemimpin yang baik dan kuat.

Percuma mati-matian berjuang mengusung calon pemimpin yang diyakini baik, kalau caci maki dibiarkan berlangsung!

Nah, berangkat dari mendarah-dagingnya suuzhon di dua kubu itu, apapun yang dilakukan Cebong tidak ada benarnya di mata Kadrun, demikian juga apapun yang dilakukan Kadrun tidak ada benarnya di mata Cebong.

Kesalahan kecil menjadi amat besar sekali di mata lawan, ibarat salahnya hanya 1 tapi dinilai salah 10 dan harus dihukum seberat-beratnya, misalnya hanya salah dalam bab etika tapi dianggap salah dalam bab aqidah; mestinya cukup dihukumi suul adab tapi dihukumi kafir.

Satu lagi, terkadang kritiknya benar, namun disampaikan dengan nada marah sehingga lawanpun menerimanya dengan rasa kesal.

Baca Juga: KH Imaduddin Utsman Masuk Jajaran Lembaga Bahtsul Masail PBNU Era Gus Yahya 2022-2027, Ini Susunan Lengkapnya

Entah siapa yang memulai, setiap kubu membangun narasi dan pandangan yang diperjuangkan, misalnya Cebong menganggap Kadrun anti NKRI dan merusak citra Islam rahmatan lil'alamin, sedangkan Kadrun menganggap Cebong pro pemerintah zhalim dan merusak islam dengan liberalisasi.

Di tiap kubu Cebong dan Kadrun itu ada banyak orang shaleh yang lugu, mereka hanya mendukung karena meyakini kebenaran yang diusung oleh para pemimpin masing-masing, dan saya menjadi kasihan pada orang-orang yang hatinya tulus itu ketika lawan kubu menyerang dengan cacian.

Makanya saya sering berkata pada setiap kubu: "Jangan caci orang-orang shaleh di kubu lawan kalian, mereka hanya memperjuangkan apa yang mereka yakini."

Seorang tokoh yang sudah dicap Cebong atau Kadrun akan disorot perkataanya dalam hal apapun, walaupun bukan terkait politik.

Ingatlah wahai ulama' Cebong, bahwa ketika kalian direndahkan oleh pengikut ulama' Kadrun, itu karena kalian diam saja ketika pengikut kalian menghina ulama' Kadrun.

Kalian juga wahai ulama' Kadrun, ketika kalian direndahkan oleh pengikut ulama' Cebong, itu karena kalian diam saja ketika pengikut kalian menghina ulama' Cebong.

Teruskan saja hal ini berlanjut, bermimpilah untuk mendapat pemimpin baik dan kuat, Allah tidak akan pernah mengabulkan mimpi siang bolong kalian!

Nah, sekarang kita mulai memasuki pembahasan, yaitu terkait keributan habaib dan keluarga Walisongo, sebuah keributan serius antar dua kelompok, di mana kubu habaib rata-rata dipenuhi dengan Kadrun dan kubu keluarga Walisongo rata-rata dipenuhi dengan Cebong.

Baca Juga: Penjelasan Gus Baha tentang Resep Penting Rasulullah Agar Bisa Selamat dari Siksa Allah

Apa yang diributkan? Hanya masalah nasab yang sebenarnya sangat sederhana, saderhana sekali, sebagaimana yang dikatakan Al-Imam Malik:

الناس مؤتمنون على أنسابهم 

"Manusia itu bisa dipercaya atas pengakuan nasabnya."

Kenapa masalah ini menjadi sulit? Karena Cebong sulit mempercayai Kadrun dan Kadrun sulit mempercayai Cebong.

Ketika sebagian Cebong mengaku keturuan Walisongo maka Kadrun serta merta mendustakannya, Cebong pun marah kemudian balik mendustakan nasab sebagian kadrun yang mengaku keturunan Nabi.

Mendustakan nasab orang itu ada aturannya, ini masuk bab qadzaf sama dengan qadzaf zina, pengadilan Islam akan meminta pihak yang mendustakan agar membawa bukti, bukan pihak yang didustakan, kalau tidak bisa membuktikan maka yang mendustakan akan dihukum seperti qadzaf zina, yaitu hukum cambuk 80 kali.

Makanya aneh kalau yang mudah mendustakan nasab orang itu malah berstatus ulama', masak ngaji kitab fiqih ga khatam jadi ulama'?!

Baiklah, mari kita ingat-ingat, sejak kapan kegaduhan gara-gara nasab ini mulai panas. Menurut saya mulai menyebarnya statement Gus Fuad Plered yang kemudian ditanggapi oleh Habib Bahar bin Sumaith.

Baca Juga: Ketika Kiai dan Habaib Saling Cinta dan Hormat, Kisah Kiai Hamid Pasuruan dan Keturunan Nabi

Saudara-saudara sekalian pasti tahu di mana kubu masing-masing mereka, jadi saya tidak perlu malu-malu untuk menyebut Gus Fuad adalah Cebong dan Habib Bahar adalah Kadrun.

Dari sini kita sudah faham kenapa masalah kecil menjadi besar, yaitu karena masalah ini diangkat oleh Cebong dan Kadrun.

Namun ada kronologi yang mesti diketahui oleh semua orang, bagaimana bisa statemen Gus Fuad itu kemudian mengarah pada bab nasab, padahal beliau tidak meyinggung soal nasab sama sekali.

Demikian penjelasan KH Ali Badri Pasuruan yang dikutip dari catatan di facebook pribadinya yang diunggah pada 8 Mei 2023.***

Editor: Amrullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x