Sama halnya dengan Nahdlatul Ulama dan mayoritas muslim di Indonesia.
Baginya, NU lahir tidak asal deklarasi. Bukan organisasi yang didirikan oleh manusia-manusia biasa.
"Sebut saja yang sohor sebagai tokoh pendiri sekaligus Rais Akbar (istilah masa itu) kawitan ialah Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Sosok wali min awliya Allah," katanya.
Baginya, Hadratussyaikh adalah sosok sangat ‘alim (al-‘allamah). Ia mengutip pendapat Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah KH. Ubaidullah Shodaqoh, kealiman Hadratussyaikh mendekati tingkatan seorang Mujtahid.
"Hadratussyaikh merupakan seorang Ulama Nusantara yang legitimate memegang sanad kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Beliau sosok Ulama yang hafal ribuan hadits," tegasnya.
Baca Juga: Karomah Ummi Salim Istri Habib Umar bin Hafidz, Selalu Bawa Tas Penuh Uang yang Dibagikan
Sanad ilmu dua kitab hadits sahih itu diperoleh Hadratussyaikh dari gurunya Syaikh Mahfudh Termas. Sebagaimana terangkum dalam kitab Syaikh Mahfudh Termas Kifayatul Mustafid lima ‘ala minal Asanid.
"Kepemilikan sanad ilmu dalam tradisi intelektual Nahdliyyin sangat penting. Itu menjadi legitimasi bahwa sang pemilik sanad punya jalur genealogi keilmuan yang sahih terhubung dengan penulis kitab," terangnya.
Menurutnyaada dua tokoh penting di balik kemantapan hati Hadratussyaikh mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Yakni Syaikh KH. Muhammad Cholil Bangkalan Madura dan Habib Hasyim bin Yahya Pekalongan.