Dalam pengajian secara teleconference (online) di gedung PBNU kemarin, Habib Umar menyampaikan duka dan do’a atas kepulangan sosok Ulama Indonesia yang kita cintai itu.
Dalam untai takziahnya, Habib Umar menyebut Mbah Moen sebagai man ikhtarahu Allahu tabaraka wa ta’ala, sosok pilihan Allah Ta’ala, Mbah Moen sebagai al-syaikh, al-kiyai, al-‘allamah, al-mu’ammar.
Wafatnya al-‘alim (Mbah Moen) bagi Habib Umar merupakan celah bagi Agama Islam. Sungguh besar simpati beliau al-Habib kepada Mbah Moen, tokoh besar Jam’iyyah Nahdlatil Ulama.
Walau berada jauh di Tarim sana, hubungan Ulama NU dan Habib Umar bin Hafidz tak pernah terputus.
Kedua, selain banyak santri alumnus Pesantren-pesantren NU yang ngaji di Darul Mustofa, Habib Umar juga mengisi pengajian bulanan di gedung PBNU secara teleconference dari Tarim Yaman.
Kitab yang dikaji adalah anggitan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari Adabul ‘Alim wal Muta’allim dan karya Imam Yahya Al’Amiri Bahjatul Mahafil.
Hal tersebut menjadi bukti ikatan antara Ulama NU dengan Habib Umar bin Hafidz demikian erat.
"Itu sebagai simbol kecintaan warga Nahdliyyin kepada dzurriyah Rasulullah SAW, sebagaimana Habib Umar mencintai umat muslim Indonesia pada umumnya, dan khususnya Nahdlatul Ulama. Sebab, apalagi kalau bukan selain karena ilmu dan cinta?," pungkasnya.
Penjelasan tersebut dikutip dari status Mutho AW yang diunggah oleh akun facebook Majelis Sholawat Ar Raudhoh pada 23 Agustus 2023.***