Cerpen Telapak Tangan Hadratus Syaikh Karya Muyassarotul Hafidzoh

- 12 Desember 2022, 00:09 WIB
KH Hasyim Asy'ari, pendiri Pesantren Tebuireng Jombang
KH Hasyim Asy'ari, pendiri Pesantren Tebuireng Jombang /facebook/udin/

Mereka berjalan ke arah timur sekitar 200 meter dari tempat semula. Anak itu membaca papan yang berada di depan bangunan tua, seperti pabrik tua.

“Oh, bukankah ini Pabrik Gula Cukir? Mbah, apakah kita sekarang berada di tahun silam?” anak itu kembali bertanya, namun Mbah Hasyim tetap diam.

Dia melihat para tentara Belanda berbincang-bincang dalam bahasa mereka yang tidak dipahaminya. Namun, sesekali mereka menyebut Tebuireng dan Hasyim Asy’ari. 

Kemudian beberapa orang dengan tatapan yang menyeramkan mengambil beberapa batu besar, sebuah kayu dan beberapa pisau. Mereka berjalan ke arah barat. Anak itu mengikutinya, sambil dihantui rasa penasaran dengan apa yang akan preman-preman itu lakukan.

Sekitar jarak delapan meter dari bangunan yang terbuat dari anyaman bambu atau yang dikenal dengan tratak berukuran 6x8 meter, preman itu melemparkan batu. Disusul lemparan lainnya, kayu dan pisau. Sesekali suara santri dalam tratak tersebut berteriak.

“Mbah, apa yang mereka lakukan? Mbah, kenapa diam saja? Kasian kang santri nanti bisa terluka. Mbah.. lihat, preman-preman itu mulai mendekati pesantren, lihat Mbah, mereka menyerang para santri.” Teriaknya melihat kejadian yang mengerikan terjadi di depan matanya.

Baca Juga: Sejarah Singkat atau Profil Lahirnya KH Maimoen Zubair Sarang Rembang

Mbah Hasyim memegang lembut tangan anak itu, dan sesuatu kembali terjadi. Apa yang ia lihat sedikit demi sedikit berubah, dan ada pula yang menghilang dari tatapannya.

Kini dia melihat sosok yang mirip sekali dengan Mbah Hasyim, namun jauh lebih muda dari sosok yang menggandeng tangannya. Sosok muda itu memberitahu kepada santri-santri bahwa Kiai Saleh Benda, Kiai Abdullah Panguragan, Kiai Sansuri Wanantara dan Kiai Abdul Jamil Buntet yang akan melatih pencak silat dan kanuragan kepada para santri, supaya jika ada bahaya yang mengancam mereka bisa membela dirinya.

Anak itu mengingat sebuah cerita yang disampaikan ibunya tentang Mbah Hasyim Asy’ari, tentang perjuangan membangun pesantren Tebuireng yang letaknya persis berhadap-hadapan dengan pabrik gula Cukir milik Belanda.

Halaman:

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah