Cerpen Telapak Tangan Hadratus Syaikh Karya Muyassarotul Hafidzoh

- 12 Desember 2022, 00:09 WIB
KH Hasyim Asy'ari, pendiri Pesantren Tebuireng Jombang
KH Hasyim Asy'ari, pendiri Pesantren Tebuireng Jombang /facebook/udin/

Tanpa takut sedikitpun, Mbah Hasyim menyebarkan kebaikan dan mengajak masyarakat Desa Cukir, Diwek, Jombang untuk belajar ilmu agama dan akhlak. Bahkan dengan para preman yang tadi dia lihat, Mbah Hasyim sama sekali tidak memusuhi mereka.

Karena mereka adalah rakyat pribumi yang bukan untuk dimusnahkan namun untuk diajak kepada kebaikan.

Kembali tangan Mbah Hasyim menggenggam tangan anak itu, dan kembali dia melihat perubahan dalam rekaman tatapan matanya.

Anak itu mendengar kerumunan orang membicarakan Mbah Hasyim, mereka bilang Mbah Hasyim sudah menggerakkan massa untuk melakukan kerusuhan dan pembunuhan. Sebagian kecil mereka percaya, namun sebagian besar tidak percaya.

Baca Juga: Keistimewaan Alfiyah Ibnu Malik dalam Karomah KH Muhammadun Pondowan Pati

“Mbah, bukankah itu fitnah yang dibuat oleh Belanda, agar Mbah dan para santri ditangkap dan dimusnakan dari bumi ini, mereka takut mbah, para penjajah itu takut. Semangat Mbah dan para santri bisa menghancurkan mereka, seperti semangat Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa sepanjang 1825-1830. Kata ibuku, perang itu memaksa Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) ,merogoh dana perang hingga 20 juta gulden. Mereka takut, hal ini terulang Mbah…,” kata anak itu dengan penuh semangat, namun Mbah Hasyim tetap diam.

Halaman di depan tratak terlihat luas, angin mulai berhembus dan mendingin. Malam mulai menyelimuti pesantren ini. Anak itu sedikit menggigil karena takut. Perasaannya mulai memburuk, dia ingin segera kembali menemui ayah ibunya, kembali ke zaman di mana dia hidup.

Di sisi lain, dia merasa teduh bersanding dalam genggaman Mbah Hasyim dan ingin melihat apa yang akan terjadi di malam ini.

Tiba-tiba, dari balik semak-semak muncul tiga orang bertopengkan kain, berjalan mengendap-endap. Para santri yang baru saja dilihatnya entah lenyap di mana. “Mbah.. Tsaqib takut, itu siapa Mbah? Mau ngapain mereka?”

Sesaat kemudian, santri memergoki tiga penyusup itu,  teriakannya membangunkan santri yang sedang terlelap. Hentakkan kaki ramai mengganggu heningnya malam ini. Kemudian telapak tangan Mbah Hasyim menutup kedua mata anak itu.

Halaman:

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah