9 Berkas Map Waliyullah Dibawa ke Tebuireng, Mbah Liem Buka Rahasia Isyarat Kepada Gus Dur

4 April 2022, 11:02 WIB
9 Berkas Map Dibawa ke Tebuireng, Mbah Liem Buka Rahasia Isyarat Kepada Gus Dur /facebook/kkarsono/

BERITA BANTUL - Gus Dur dan Mbah Liem Klaten punya kisah-kisah unik dan menyegarkan. Keduanya sering disebut waliyullah. 

Gus Dur sosok ulama yang sering tampil di panggung secara luas, sementara Mbah Liem dikenel sosok ulama yang menjaga di balik panggung.

Keduanya pernah sama-sama ke makam Tebuireng membawa sembilan berkas map yang penuh rahasia. 

Baca Juga: Tersingkapnya Kewalian Gus Dur Saat Beli Durian, Penjualnya Langsung Teriak Menangis

 

Kisah 9 berkas map ke Tebuireng itu terjadi tahun 1980-an, awal-awal perkenalan Gus Dur dan Mbah Liem. 

Dikutip BeritaBantul.com dari facebook Ahka Ahka, dikisahkan bahwa Gus Dur pernah berkunjung ke ndalem Mbah Liem di Sumberejo Wangi, Klaten.

Setelah menginap semalam di Sumberejo Wangi, Gus Dur, Mbah Lim, dan rombongan berangkat ke Jombang.

Sampai di Caruban, ketika mobil sedang berhenti di sebuah lampu merah, datanglah seorang perempuan berdandanan menor dengan pakaian minim dan 'menawarkan diri'.

Baca Juga: Kisah Nyata Banser Rasakan Karomah Gus Dur Saat Mendamaikan Konflik di Papua

Mbah Liem berkata pada Gus Dur: "Gus-Gus, ya iki isine Indonesia." (Gus, ya ini lho isinya Indonesia).

"Nggih, Mbah," (Iya, Mbah) jawab Gus Dur.

Sampai di Pesantren Tebu Ireng, rombongan langsung menuju ke pusara pendiri Nahdlatul Ulama, Hadlratus Syeikh Kiai Hasyim Asy'ari, lalu berdoa.

Di makam Mbah Hasyim, Mbah Liem hanya sebentar berdoa. Aktivitas Mbah Liem lebih banyak berupa mencabuti rumput yang tumbuh di makam dan sekitarnya.

Setelah dirasa cukup, Mbah Liem mengambil sebendel map berjumlah sembilan yang sebelumnya beliau bawa.

Baca Juga: Mahfud MD Bongkar Rahasia Gus Dur Difitnah dan Jatuh dari Kursi Presiden

Terkait sebendel map ini, Gus Ahka menjelaskan begini.

"Mbah Liem ditakdirkan oleh Allah sebagai orang yang groyok bicaranya, sehingga ucapan-ucapannya agak sulit dipahami oleh orang lain.

Karena itu, salah satu media komunikasi Mbah Liem dengan orang lain adalah dengan media tulisan.

Dan yang khas dari tulisan-tulisan Mbah Lim adalah selalu dimulai dengan basmalah, lalu dua kalimat syahadat, lalu shalawat kepada Kanjeng Nabi, dan baru isi yang akan disampaikan.

Tidak lupa, di akhir tulisan selalu tertulis waktu penulisan lengkap yang berupa tanggal, bulan, tahun, dan bahkan jam beserta menitnya.

Dan tidak lupa selalu dilengkapi dengan tanda tangan, nama, dan stempel beliau."

Baca Juga: TERBONGKAR, Rp50 Triliun untuk Jatuhkan Gus Dur dari Kursi Presiden

Dari konteks sembilan map itu, lanjut Gus Ahka, sebenarnya belum diketahui dengan pasti apa isi tulisan dari sembilan map yang dibawa oleh Mbah Liem tersebut.

Dan dari sembilan map berisi tulisan Mbah Liem tersebut, delapan di antaranya diserahkan kepada Gus Dur.

Sambil menyerahkan, Mbah Liem bilang ke Gus Dur.

"Gus-Gus, ojo ngaku-ngaku puthune Mbah Hasyim nak ora iso ngatur negara!"

(Gus, jangan sekali-kali mengaku sebagai cucunya Mbah Hasyim kalau tidak bisa mengatur negara!)

"Nggih, Mbah. Lajeng sing setunggal niku kangge napa?" (Iya, Mbah. Lalu map yang satu itu buat apa?) jawab Gus Dur.

Baca Juga: Rp3 Miliar Tarif Jadi Menteri, Mahfud MD: Gus Dur Bersih dari Korupsi, Angkat Pejabat Tanpa Perantara

Ternyata, ada satu map yang tidak ikut diberikan oleh Mbah Liem kepada Gus Dur.

"Kanggo, arsip!" (Untuk arsip!) jawab Mbah Liem.

Jawaban Mbah Liem singkat dan tegas. Lalu keduanya tertawa bersama.

 

 
Demikian kisah indah antara Gus Dur dan Mbah Liem. Kisah ini diunggah Gus Ahka pada 6 Desember 2020.***
 
Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler