Benarkah Abu Thalib Itu Kafir? Membaca Sejarah Ringkas Islam dari Sisi Abu Thalib dan Abu Sufyan

14 Juli 2022, 17:00 WIB
Ilustrasi Perang Sifin /Public Domain/

BERITA BANTUL - Kita pasti tahu siapa itu Abu Thalib. Ya, dialah paman dari Rasulullah saw. Dengan kata lain, dia adalah saudara dari ayah Rasulullah saw., Abdullah.

Dialah yang bertanggung jawab untuk mengasuh Rasulullah saw. ketika masih belia setelah sang kakek, Abdul Muthalib, wafat.

Karena jasanya ini, Rasulullah merasa berutang budi sehingga ketika kehidupan beliau sudah mapan bersama Khadijah, beliau berniat membalas jasa sang paman dengan mengasuh salah satu putranya, yakni Ali bin Abi Thalib.

Abu Thalib berasal dari salah satu turunan subklan Quraisy, yakni Bani Hasyim.

Baca Juga: Inilah Sejarah Ringkas Tragedi Pertumpahan Darah Sesama Umat Islam pada Generasi Sahabat

Quraisy, atau Fihr, namanya dinisbatkan menjadi salah satu suku di Arab yang mempunyai tujuh klan; Bani Abduddar, Bani Abdu Manaf, Bani Makhzum, Bani Zuhrah, Bani Taim, Bani ‘Adi, dan Bani Asad. Bani Hasyim merupakan turunan dari Bani Abdu Manaf.

Abu Thalib adalah paman yang sangat membela dan melindungi Rasulullah saw. ketika berdakwah.

Rasa kasihnya kepada Rasulullah saw. seperti kasih seorang ayah kepada anaknya. Dialah ayah kedua bagi Rasulullah saw., dan istrinya, Fatimah, ibarat ibu bagi Rasulullah saw.

Ketika Rasulullah saw. diperintahkan untuk berdakwah kepada masyarakat, para elite Quraisy sangat menentang beliau. Hanya saja, Abu Thalib tetap membela Rasulullah saw.

Abu Thalib tidak seperti salah satu adiknya, Abu Lahab, yang sangat memusuhi Rasulullah saw.

Baca Juga: Inilah Sejarah Ringkas Pernikahan Rasulullah Muhammad yang Penuh Keberkahan

Mengenai Abu Thalib ini, kita pasti sudah familier bahwa dia wafat tidak dalam keadaan memeluk agama Islam.

Hal ini memang sulit dibantah karena beberapa riwayat hadis menjelaskan bahwa Abu Thalib memang wafat tidak sebagai seorang muslim meskipun dalam hidupnya dia sangat membela Rasulullah saw.

Mari kita ingat-ingat ketika Bani Hasyim diembargo oleh masyarakat Arab. Dalam peristiwa tersebut, Bani Hasyim sangat kesulitan dalam menjalani hidup.

Mereka kelaparan dan sengsara. Sementara itu, salah seorang yang paling lantang menyuarakan embargo tersebut adalah Abu Sufyan. Siapakah Abu Sufyan itu?

Abu Sufyan adalah seorang yang berasal dari Bani Umayah. Bani Umayah adalah salah satu turunan dari Quraisy melalui subklan Abdu Manaf, sama seperti Bani Hasyim.

Baca Juga: Beginilah Cara Abu Bakar Bisa Masuk Islam, Ternyata Dapat Tanda Khusus Kata Gus Baha

Lebih tepatnya, Bani Umayah itu merupakan turunan dari Bani Abdu Syams yang merupakan turunan dari Bani Abdu Manaf. Abu Sufyan ini merupakan pemimpin Bani Abdu Syams yang disegani.

Sama-sama berasal dari subklan Bani Abdu Manaf, Bani Hasyim dengan Bani Umayah ternyata mempunyai hubungan yang tak harmonis.

Di waktu awal-awal Islam, kita mengenal nama Utsman bin Affan yang memeluk agama Islam yang berasal dari Bani Umayah. Sementara itu, petinggi yang lain, seperti Abu Sufyan, justru memusuhi Islam.

Abu Sufyan adalah salah satu provokator ulung untuk memusuhi Islam. Sepak terjangnya mengerikan.

Akan tetapi, salah satu putrinya, Ummu Habibah, justru memeluk Islam berkat ajakan suaminya, Ubaidullah bin Jahsy—meskipun suaminya ini kelak meninggal dalam keadaan memeluk agama Nasrani di Habasyah.

Baca Juga: Biografi Ringkas Abu Lahab, Sosok Paman Rasulullah yang Namanya Abadi di dalam Al-Qur'an

Ketika sudah menjanda dari Ubaidullah dan habis masa idahnya, Ummu Habibah pun dipinang oleh Rasulullah saw.

Abu Sufyan memeluk Islam lantaran ketakutan akan gerakan umat Islam yang hendak menuju Mekkah (kemudian terjadi peristiwa Fath Makkah—Penaklukan Kota Mekkah).

Abu Sufyan lantas mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah saw. Umar bin Khatthab sudah mencurigai keislaman Abu Sufyan ini. Bahkan Umar sempat berkomentar ketus bahwa Abu Sufyan memeluk Islam lantaran mencari aman dan selamat.

Abu Bakar, yang ketika itu berada di sisi Umar, menimpali bahwa hanya Allah yang tahu isi hati Abu Sufyan.

Baca Juga: Rahasia Kecerdasan Muawiyah dan Kebijaksanaan Sayyidina Hasan Cucu Rasulullah

Ketika peristiwa Fathu Makkah tersebut, bahkan Rasulullah saw. menyabdakan bahwa siapa saja yang masuk rumah Abu Sufyan maka ia akan aman.

Selanjutnya, kita tahu berbagai kisah bahwa Abu Sufyan memeluk agama Islam dan wafat sebagai seorang muslim. Dalam pemakamannya, Utsman bin Affan memimpin doa untuknya.

Dua sosok dengan dua nasib berbeda. Abu Thalib yang merawat Rasulullah saw. sejak belia hingga membela dakwah beliau sampai wafat, ternyata wafatnya pun bukan sebagai seorang muslim.

Mengenai hal ini, silakan buka Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Musnad Ahmad. Mungkin juga terdapat dalam kitab-kitab hadis lainnya.

Baca Juga: Kisah Sayyidina Hasan dan Husein Ingin Bilal bin Rabbah Adzan Setelah Nabi Wafat, Semua Umat Islam Menangis

Sementara itu, Abu Sufyan sangat memusuhi Islam pada awalnya, namun dia berislam dan wafat sebagai seorang muslim.

Dia berislam beberapa saat sebelum Fath Makkah. Bahkan dinyatakan bahwa siapa saja yang masuk rumah Abu Sufyan maka ia aman.

Mengenai hal ini, silakan buka dalam Sunan Abu Dawud. Mungkin juga terdapat dalam beberapa kitab hadis lainnya.

Allah Maha Mengetahui perihal kebenarannya. Kita hanya bisa membaca sejarah tersebut yang bersumber dari hadis-hadis.

Mari kita lanjut kepada anak dari Abu Thalib dan Abu Sufyan. Siapakah anak dari Abu Thalib? Siapakah anak dari Abu Sufyan?

Baca Juga: Kisah Utsman bin Affan di Masa-Masa Akhir Hayatnya, Petunjuk Rasulullah kepada sang Pemilik Dua Cahaya

Salah satu anak dari Abu Thalib adalah Ali bin Abi Thalib dan salah satu anak dari Abu Sufyan adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Nah, kali ini mari kita berbicara politik.

Ali dan Muawiyah adalah dua sahabat Rasulullah saw. yang kemudian terlibat konflik. Ali dan Muawiyah terlibat dalam Perang Sifin yang berakhir dengan arbitrase (tahkim).

Sementara itu, setelah Ali wafat, Muawiyah pun menjadi pemimpin dan mendirikan Dinasti Umayah—terlepas dari pengkhianatannya terhadap kesepakatan damai dengan Hasan bin Ali.

Suksesor Muawiyah adalah anaknya, yakni Yazid bin Muawiyah. Yazid memerintahkan untuk membunuh salah seorang anak dari Ali, yakni Husein bin Ali.

Pembantaian terhadap Husein dan rombongannya pun terjadi di Karbala, Irak. Ini peristiwa yang sangat memilukan dalam sejarah.

Baca Juga: Kisah Umar bin Khatthab yang Membuat Seorang Perempuan Mengalami Keguguran, Orang Bersalah Harus Minta Maaf

Perseteruan antara Ali dengan Muawiyah ternyata berlanjut ke anak-cucu. Sementara itu, Dinasti Umayah menyerukan kepada para khatib agar melaknat Ali dan keluarganya dalam setiap khotbah.

Seolah-olah nama Ali ‘haram’ disebutkan di masa Dinasti Umayah. Tradisi buruk ini kemudian berhenti ketika Dinasti Umayah dipimpin oleh seorang pemimpin adil dan bijaksana, Umar bin Abdil Aziz (Umar II).

Di masa Umar II ini, kodifikasi hadis dimulai. Hanya saja, sudah banyak orang yang ‘melupakan’ Ali.

Yang banyak diketahui adalah bahwa Ali itu terlaknat. Dengan demikian, hadis-hadis menjadi salah satu yang dikorbankan oleh politik.

Ini merupakan politisasi yang membunuh karakter Ali.

Baca Juga: Kisah Salman Al-Farisi dan Abu Darda, Dua Sahabat yang Saling Malu karena Melamar Perempuan yang Sama

Adakah kaitannya antara politik dengan riwayat-riwayat hadis? Terlebih lagi, riwayat hadis yang menyudutkan Ali dan keluarganya, termasuk Abu Thalib?

Lantas, bagaimana citra Abu Sufyan?

Siapakah yang ‘mengafirkan’ Abu Thalib? Nas (riwayat hadis) atau politik?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut seolah menjadi dilema bagi kita semua. Kita pun merasa bahwa yang pantas untuk menentukan kebenaran dan mengetahuinya itu hanya Allah.

Baca Juga: Kemurnian Iman Abdul Muthalib, Tak Pernah Menyembah Berhala di Sekitar Kakbah

Tulisan ini dilansir dari status Supriyadi pada akun Facebook pribadinya yang diunggah pada 18 April 2020.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler