Sejarah Ringkas Tragedi Karbala; Kisah Memilukan Akhir Hayat Sayyidina Husein sang Cucu Nabi yang Mulia

8 Agustus 2022, 19:49 WIB
Ilustrasi Karbala di Negara Mana? Lengkap dengan Penjelasan Peristiwa 10 Muharram 61 Hijriyah /public domain/

BERITA BANTUL - Sejarah ringkas tragedi Karbala, kisah memilukan Akhir Hayat Sayyidina Husein sang cucu Nabi saw. yang mulia.

Dalam sejarah kaum Syiah, 10 Muharram menjadi hari yang sangat penting dan agung.

Pada tanggal itu, Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib, cucu kesayangan Nabi, dan keluarga serta mereka yang ikut bersamanya terbunuh dan dibantai secara kejam di sebuah daerah bernama Karbala, Irak, tahun 680 M. 

Dia terbunuh sesudah mengalami isolasi dan pertempuran selama tiga hari di tempat itu, oleh pasukan yang dikirim Yazid bin Muawiyah.

Baca Juga: Doa Ali Zainal Abidin Cicit Rasulullah yang Menggetarkan Langit, Allah Mengangkat Kesulitan Hamba-Nya

Pada setiap tahun sejak saat itu, para pengikut Imam Ali bin Abi Thalib menjadikan hari itu sebagai hari perkabungan internasional.

Sebuah kisah tentang ini menyebutkan: Suatu hari Sayyidina Husein diundang untuk datang ke Kufah, Irak, oleh warganya yang berjanji akan memberikan dukungan bagi kekuasaanya, menggantikan kakaknya, Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Beberapa orang sahabat menyarankan agar Sayyidina Husein tidak berangkat ke sana. Konon ada pengalaman bahwa tidak semua orang Kufah jujur.

Abdullah bin Zubair mengatakan kepada Husein, “Akan ke manakah kau, Husein? Apakah engkau akan pergi menemui kaum yang telah membunuh ayahmu dan menikam kakakmu, Hasan? Urungkan keinginanmu untuk pergi ke sana!” 

Baca Juga: Sayyidina Husein dan Keluarga Nabi Wafat di Karbala Saat Kehausan dan Leher yang Terpenggal

Ibn Abbas juga menyampaikan nasihat agar Husein mengurungkan kepergiannya ke Irak. Dia mengatakan, “Husein, putra pamanku, sungguh aku sangat mengkhawatirkanmu. Warga Irak adalah kaum yang sering tidak setia. Engkau jangan terjebak pada bujuk rayu mereka. Tinggal saja di sini!”

Sayyidina Husein menjawab, “Putra pamanku, demi Allah, aku mengerti engkau telah memberikan nasihat yang baik. Terima kasih. Akan tetapi, aku telah bertekad untuk berangkat ke sana.”

Ibn Abbas mengatakan lagi, “Jika engkau harus berangkat, aku berharap tidak membawa anak-anak,  perempuan-perempuan, dan keluargamu. Demi Allah, aku khawatir engkau akan dibunuh, sebagaimana Utsman. Dan kematian itu disaksikan oleh kaum perempuan, keluarga, dan anak laki-lakinya.”  

Hanya saja, Sayyidina Husein mengabaikan saran itu. Dia bergeming. Dia percaya pada janji warga Kufah yang akan memberinya janji sumpah setia (baiat) kepadanya.

Baca Juga: Kisah Ali bin Abi Thalib Berjihad Melawan Pendukungnya yang Melampaui Batas, Ketegasan di atas Nafsu Politik

Sayyidina Husein pun mengatakan, "Aku sudah melakukan istikharah dan akan berangkat ke sana."

Oleh karena itu, dia tetap ingin datang ke sana  bersama keluarganya dan pengikutnya yang diperkirakan terdiri atas 72 anggota keluarga dan kurang dari 100 orang pengikutnya.

Di Karbala, beberapa kilometer dari Kufah, tentara Yazid bin Muawiyah, dalam jumlah besar, di atas 3000 tentara, di bawah panglimanya; Ubaidillah bin Ziyad, segera menghadangnya.

Ibn Ziyad mengajukan tawaran agar Sayyidina Husein tunduk kepada Yazid bin Muawiyah. Sayyidina Husein pun menolak.

Baca Juga: Sayyid Ali Zainal Abidin Putra Imam Husein Menangis Saat Diprotes Budak, Ternyata Ini Fakta yang Terjadi

Sayyidina Husein tidak mau mengakui kekuasaan Yazid yang tidak sah. Yazid dan ayahnya telah merampas kekuasaan Ali bin Abi Thalib.

Perang tak sebanding pun berlangsung sengit. Sayyidina Husein, para pengikut, dan keluarganya, kecuali sejumlah perempuan dan putranya, Ali Zainal Abidin Al-Sajjad, dibantai.

Kepala Sayyidina Husein dipisahkan dari tubuhnya, lalu ditaruh di sebuah wadah semacam mangkuk besar.

Sesudah itu, kepala Sayyidina Husein dibawa ke Damaskus dan diserahkan kepada Yazid.

Konon, saat melihat potongan kepala tersebut, Yazid berduka dan menangis. Informasi lain menyebutkan, Yazid justru senang dan merasa puas.

Baca Juga: Isyarat Malaikat kepada Rasulullah tentang Kesyahidan Husein bin Ali di Karbala, Kabar dari Langit Tak Meleset

Beberapa waktu kemudian, Yazid menyerahkannya kepada Zainab yang diusirnya agar membawa kepala itu ke Mesir. Menurut satu versi,  perempuan ini lalu mengubur kepala Husein itu di Kairo, Mesir. 

Kuburan itu berada di tempat yang kini dikenal dengan Masjid Husein. Sementara itu, tubuhnya dikubur di Karbala, Irak. Ini menurut sebuah versi.

Tulisan ini dilansir dari status Husein Muhammad pada akun Facebook pribadinya yang diunggah pada 8 Agustus 2022.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler