Kriteria Kiai atau Ulama Teladan Umat Menurut Gus Mus: Tidak Harus Pakai Surban dan Berjenggot Panjang

22 November 2022, 12:48 WIB
Gus Mus jelaskan kriteria kiai yang meniru jejak dakwah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW /facebook/udin/

HIKMAH - Kriteria Kiai atau Ulama Teladan Umat Menurut Gus Mus: Tidak Harus Pakai Surban dan Berjenggot Panjang.

KH Ahmad Mustofa Bisri, biasa disapa Gus Mus, memberikan nasehat tentang kriteria kiai atau ulama yang tepat jadi panutan dan teladan umat.

Para kiai dan ulama itu tidak harus memakai surban yang besar, juga harus punya jenggot yang panjang.

Baca Juga: Umat Bingung Banyak Ustadz Tak Cerminkan Nilai Islam, Begini Saran Gus Mus

Gus Mus mengungkapkan, ketika dirinya ditanya tentang kriteria kiai atau ulama itu seperti apa, maka dijawabnya dengan penjelasan berikut ini.

"Makanya kalau saya ditanya tentang kriteria kiai itu apa, maka saya jawab: kiai itu:

الذين ينظرون إلى الأمة بعين الرحمة

Mereka memandang umat dengan pandangan kasih sayang," kata Gus Mus.

Para kiai atau ulama itu, lanjut Gus Mus, hanya meniru Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam, yang mana beliau itu adalah:

عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم

"Jadi yang dilakukan oleh para kiai itu hanya mencoba meniru apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam," kata Gus Mus.

Baca Juga: Kisah Ajengan Abun Bunyamin Ruhiat, Sosok Pecinta dan Pengabdi Ilmu

Karena Nabi Muhammad itu sosok sempurna, kata Gus Mus, maka tidak mungkin bisa persis meniru semua seperti Nabi.

"Tapi yang namanya meniru Kanjeng Nabi itu ya gak mungkin bisa persis meniru semua seperti Nabi. Kalau sama persis nanti dikira ada nabi kembar," tegasnya.

Makanya, lanjut Gus Mus, ada yang meniru cara peribadatannya, ada yang meniru model perjuangannya, ada yang meniru cara dakwahnya.

"Meniru apa saja. Kanjeng Nabi itu hebat dalam bidang apa saja: termasuk saat menjadi panglima," tegasnya.

Jadi, menurutnya, bukan meniru pakaian atau atribut fisik seseorang.

"Meskipun orang itu pakai serban sebesar ban truk, jenggotnya panjang hingga pusar, tapi gak punya belas kasih kepada ummat, maka saya tidak sudi memanggilnya kiai," tegas Gus Mus.

Baca Juga: Gus Baha Uraikan Etika Baca Shalawat dan Doa, Lebih Banyak Memuji Allah dan Rasulullah daripada Menyebut Hajat

Sebaliknya, kata Gus Mus, meskipun orang itu tidak berpenampilan kiai, tapi punya belas kasih kepada ummat, maka dia itu kiai.

"Sama halnya bila ada orang yang merasa pinter, dan menyatakan bahwa orang yg ber-Islam itu harus dengan merujuk langsung pada Qur`an dan Hadits. Ini orang yang juga tidak punya belas kasih terhadap orang awam. Bagaimana mungkin, sementara dia saja tidak becus membaca Qur`an, dan belum tentu paham dengan apa yang dibacanya," tegas Gus Mus.

Orang Arab sendiri, katanya, belum tentu paham bila membaca Qur'an secara langsung.

"Sampeyan bandingkan dengan kiai-kiai zaman dulu, seperti Imam Syafi’i dan sesudahnya, yang mereka membuat buku-buku pintar, seperti Sulam, Safinah, Taqrib. Ulama seperti mereka itulah yang pantas mengkaji dasar al-Qur`an Hadits secara langsung. Tidak sembarangan," tegas Gus Mus.

Baca Juga: Wafatnya Ulama Tanda Allah Mencabut Ilmu dari Bumi Kata Gus Mus

Orang awam, bagi Gus Mus, cukup mengikuti para ulama yang sudah jelas kualifikasinya.

"Jadi orang-orang awam tinggal mengikut buku-buku pinter yang sudah dibuat, daripada jika mereka disuruh melihat Qur`an sendiri, tentu akan malas (aras-arasen)," tegasnya.

"Beliau-beliau para ulama itulah, dengan dilandasi kasih sayang, membantu orang awam memahami Islam," katanya.

Penjelasan Gus Mus tersebut disampaikan saat memberikan ceramah sesudah tahlilan atas wafatnya KH Zainal Abidin Munawwir, Krapyak Yogyakarta, Selasa, 17 Februari 2014 M/16 Robi’uts-Tsani 1435 H.

Keterangan tersebut dikutip dari status KH Hilmy Muhammad di facebook pribadinya.***

Editor: Amrullah

Tags

Terkini

Terpopuler