Cara Meniru Perilaku Nabi Muhammad Menurut Gus Mus: Cukup Melihat Laku Hidup Para Ulama

22 November 2022, 13:11 WIB
Cara Meniru Perilaku Nabi Menurut Gus Mus: Cukup Melihat Laku Hidup Para Ulama /instagram @s.kakung/

HIKMAH - Cara Meniru Perilaku Nabi Muhammad Menurut Gus Mus: Cukup Melihat Laku Hidup Para Ulama.

Gus Mus, sapaan akrab KH Ahmad Mustofa Bisri, punya pesan khusus terkait meniru perilaku Nabi Muhammad SAW.

Caranya tidak harus melihat langsung Nabi, tapi dengan melihat dan meniru perilaku para ulama yang menjadi pewaris Nabi.

Baca Juga: Kriteria Kiai atau Ulama Teladan Umat Menurut Gus Mus: Tidak Harus Pakai Surban dan Berjenggot Panjang

Para ulama yang menjadi pewaris Nabi itu adalah mereka yang memandang umat dengan pandangan kasih sayang (الذين ينظرون إلى الأمة بعين الرحمة).

Dalam konteks di Indonesia, maka itu bisa dengan melihat dan meniru perilaku ulama atau kiai yang diakui keulamaannya, seperti KH Zainal Abidin Munawwir Krapyak Yogyakarta.

KH Zainal Abidin Munawwir dikenal dengan alim allamah, wirai, dan istiqomah dalam mengajar santri.

Kiai Zainal, panggilannya, juga tak pernah meninggalkan jamaah sholat lima waktu di masjid pesantrennya bersama santri dan masyarakat.

"Dengan melihat istiqomahnya Kiai Zainal, dalam ibadah, mengajar dan membimbing santri-santri, paling tidak kita bisa tahu dan mencontoh bagaimana perilaku Nabi," tegas Gus Mus yang pernah jadi Rais Aam PBNU 2014-2015.

Baca Juga: Gus Baha Uraikan Etika Baca Shalawat dan Doa, Lebih Banyak Memuji Allah dan Rasulullah daripada Menyebut Hajat

Menurut Gus Mus, kita tidak perlu melihat Nabi secara langsung.

"Saya sendiri kadang nglamun, seumpama saya hidup di masa Nabi, tentu saya merasa enak, karena tidak perlu membaca al-Qur`an, tidak perlu belajar banyak, sebab melihat sendiri sudah ada Qur'an berjalan. Jadi kalau mau perlu apa-apa tinggal melihat Nabi," kata Gus Mus.

Gus Mus merinci tentang cara hidup meniru Nabi. Yakni bagaimana membina persaudaraan yang baik, melihat Kanjeng Nabi. Bagaimana memimpin umat yang baik, melihat Kanjeng Nabi. Bagaimana perjodohan yang baik, ya melihat Kanjeng Nabi.

"Bagaimana bergaul dengan orang tua, melihat Kanjeng Nabi. Bagaimana bergaul dengan anak muda, melihat Kanjeng Nabi. Semuanya tidak perlu membuka al-Qur'an dan tinggal melihat Kanjeng Nabi," kata Gus Mus.

Tapi Gus Mus kemudian memberikan ilustrasi kritis terkait hal itu.

"Tapi kemudian tersirat pikiran waras saya, ya kalau saya ditaqdirkan ikut Kanjeng Nabi. Kalau ternyata saya ditaqdirkan ikut Abu Jahal?! Hehehe. Dah gak perlu melamun hidup di zaman Nabi," tegas Gus Mus.

Baca Juga: Kisah Ajengan Abun Bunyamin Ruhiat, Sosok Pecinta dan Pengabdi Ilmu

Bagi Gus Mus, kita hidup sekarang di zaman akhir seperti ini juga tidak apa-apa asal kita masih ikut dengan tuntunan Kanjeng Nabi.

"Jadi semakin lama kita itu semakin sulit mencari contoh. Kalau kita itu rajin membaca al-Qur'an, mengerti maknanya al-Qur`an, kita gak nyari contoh itu gak papa. Kita tidak perlu banyak contoh bila kita sudah rajin membaca al-Qur'an dan mengetahui makna al-Qur`an," katanya.

Tapi fakta yang terjadi, lanjut Gus Mus, biasanya rajin baca Qur'an hanya ketika ramadhan saja.

"Tapi yang terjadi kan, kita itu gak punya contoh, membaca al-Qur`an juga hanya ketika Bulan Romadlan. Itu saja bacanya cepet-cepet," kata Gus Mus yang penuh refleksi.

Gus Mus juga memberikan ilustrasi meniru Nabi dengan gaya kisah yang menarik berikut ini.

"Kenapa kalau membeli televisi atau sepeda motor kita tidak perlu membaca buku panduannya. Padahal membeli barang-barang seperti itu pasti ada buku tebal sebagai panduannya: kalau mau menghidupkan, tekan tombol yg bertuliskan “power”; bagaimana caranya memindah channel."

Baca Juga: Umat Bingung Banyak Ustadz Tak Cerminkan Nilai Islam, Begini Saran Gus Mus

"Tapi saya yakin, panjenengan itu beli tivi atau motor itu tanpa pernah membaca buku panduannya. Lha kok bisa tahu dari mana? Ya, karena panjenengan sudah sering melihat orang menghidupkan tivi."

"Demikian juga dulu para sahabat. Meskipun tidak membaca buku panduan, tapi mereka melihat dan meniru Kanjeng Nabi."

Kini, kata Gus Mus, Nabi Muhammad telah tiada. Maka panutan kita adalah para pewaris Nabi, mulai para sahabat dan penerusnya.

"Sesudah Kanjeng Nabi tidak ada, ya harus melihat para sahabat sebagai murid-murid Kanjeng Nabi, dan seterusnya, sebagaimana diperintahkan oleh Kanjeng Nabi: (أصحابي كالنجوم، بأيهم اقتديتم اهتديتم)," kata Gus Mus.

"Demikian, semoga kita semua mendapatkan barokah Kiai Zainal, menjadi orang yang sholeh," tegasnya.

Baca Juga: Wafatnya Ulama Tanda Allah Mencabut Ilmu dari Bumi Kata Gus Mus

Penjelasan Gus Mus tersebut disampaikan saat memberikan ceramah sesudah tahlilan atas wafatnya KH Zainal Abidin Munawwir, Krapyak Yogyakarta, Selasa, 17 Februari 2014 M/16 Robi’uts-Tsani 1435 H.

Keterangan tersebut dikutip dari status KH Hilmy Muhammad di facebook pribadinya.***

Editor: Amrullah

Tags

Terkini

Terpopuler