Gus Baha Sosok Santri Kesayangan Mbah Maimoen Zubair, Ternyata Pernah Mau Ngaji di Yaman Tapi Gagal

26 Desember 2022, 21:52 WIB
Gus Baha Sosok Santri Kesayangan Mbah Maimon. /youtube @NU Nusantara/

HIKMAH - Gus Baha Sosok Santri Kesayangan Mbah Maimoen Zubair, Ternyata Pernah Mau Ngaji di Yaman Tapi Gagal.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim biasa disebut Gus Baha adalah ulama masyhur yang tetap rendah hati dan tinggal di desa, yakni Narukan Rembang Jawa Tengah. 

Walaupun namanya sudah masyhur dan sering mendapatkan undangan mengisi ngaji di forum bergengsi, Gus Baha ternyata masih tidak memiliki handphone.

Baca Juga: Cium Hajar Aswad Apakah Tanda Menyembahnya? Kisah Sayyidina Umar Jadi Jawabnya Kata Gus Baha

Karena lama mengaji dengan KH Maimoen Zubair, Gus Baha selalu menyebut gurunya itu dalam berbagai kesempatan ngajinya. 

Gus Baha akhirnya disebut sebagai salah satu santri kesayangan KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) dan juga disebut santri Mbah Moen yang sangat alim. 

Siapakah sebenarnya sosok Gus Baha? Sebagaimana dikutip dari Pikiran Rakyat, Gus Baha lahir pada 29 September 1970 di Rembang, Jawa Tengah.

Gus Baha merupakan putra dari ulama pakar Al-Qur’an dan pengasuh Pondok Pesantrem Tahfidzul Qur’an LP31A, KH. Nursalim al-Hafizh. 

Gus Baha, generasi ke empat ulama-ulama ahli Al-Qur'an. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, dia menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu. 

Gus Baha’ kecil memulai menempuh ajaran agama dan hafalan Al-Qur’an di bawah asuhan ayahnya sendiri. Hingga pada usia yang masih sangat belia, ia telah mengkhatamkan Al-Qur’an beserta Qiro’ahnya. 

Baca Juga: Awas Jangan Minum Diwaktu Ini, Sangat Berbahaya Bisa Menimbulkan Penyakit! Kata Gus Baha

Saat menginjak usia remaja, ayahnya menitipkan Gus Baha untuk mondok dan berkhidmah kepada KH. Maimun Zubair di Pondok Pesantren Al-Anwar. Di Pondok Pesantren al-Anwar inilah keilmuan Gus Baha’ mulai menonjol seperti ilmu hadits, fiqih, dan tafsir.

Pada ilmu hadits, ia dapat mengkhatamkan hafalan Sahih Muslim lengkap dengan matan, rowi, dan sanadnya. Selain Sahih Muslim, ia juga mengkhatamkan dan hafal isi kitab Fathul Mu'in dan kitab-kitab gramatika bahasa arab seperti 'Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.

Banyaknya hafalan yang telah dimiliki oleh Gus Baha, membuatnya menjadi santri pertama al-Anwar yang mempunyai rekor hafalan terbanyak.

Tidak hanya itu, ia juga diberi kepercayaan untuk menjadi Rois Fathul Mu’in dan Ketua Ma’arif di jajaran kepengurusan Pesantren al-anwar.

Selain itu, Gus Baha merupakan seorang santri yang dekat dengan gurunya. Di setiap kesempatan, ia sering mendampingi gurunya untuk berbagai keperluan seperti berbincang santai, hingga urusan mencari ta’bir dan menerima tamu-tamu ulama besar yang berkunjung ke pesantren.

Dia juga mendapat julukan sebagai santri kesayangan dari Syaikhina KH. Maimun Zubair atau Mbah Moen.

Gus Baha juga pernah dijadikan contoh teladan saat memberikan muwa’izh di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal.

Baca Juga: 4 Hal yang Membuat Seseorang Beruntung Dunia maupun Akhirat, Ini Kata Gus Baha!

Selain mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren al-Anwar Rembang, Gus Baha pernah ditawarkan oleh Ayahnya untuk mondok di Rushoifah atau Yaman. Namun ia menolak dan lebih memilih untuk tetap berada di pesantrennya.

Kemudian, saat ayahnya meninggal dunia, dia menjadi pengasuh di pondoknya dan mengisi pengajian di Yogyakarta, ia juga diminta untuk mengisi pengajian tafsir al-Qur'an di Bojonegoro, Jawa Timur.

Gus Baha diberi keistimewaan sebagai Ketua Tim Lajnah Mushaf Universitas Islam Indonesia (UII Yogyakarta, sebab ia menjadi santri tulen yang memiliki latar belakang pendidikan non-formal dan non-gelar.

Dia juga duduk bersama para Profesor, Doktor dan ahli-ahli Al-Qur'an dari seluruh Indonesia seperti Prof. Dr. Quraisy Syihab, Prof. Zaini Dahlan, Prof. Shohib, dan para anggota Dewan Tafsir Nasional yang lain.

Kedudukan Gus Baha di Dewan Tafsir Nasional yaitu sebagai mufassir dan faqih, karena penguasaan yang dimiliki olehnya pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Qur’an.

Ia juga mempunyai dua keahlian yakni sebagai mufassir dan Faqihul Qur’an yang memiliki tugas khusus dalam mengurai kandungan Fiqh pada ayat-ayat ahkam al-Qur’an.

Baca Juga: Ini Resep Sedekah Ala Gus Baha yang Jarang Diketahui, Sangat Manjur dan Mudah untuk Dipraktekkan!

Salah satu karyanya yaitu tafsir al-Qur an versi UII dan al-Qur’an terjemahan versi UII Gus Baha tahun 2020. Ciri khas dari tafsir dan terjemahan UII adalah tafsir yang dikontekstualisasikan untuk membaca dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Selanjutnya, dia menyelesaikan pendidikan pesantrennya di Sarang, setelah itu ia menikah dengan anak Kiai yang bernama Ning Winda yang merupakan pilihan dari pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri.

Sebelum lamaran berlangsung, Gus Baha terlebih dahulu menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu, bahwa kehidupannya bukan seperti layaknya model kehidupan glamor, melainkan kehidupan yang sederhana.

Kesederhanaannya tersebut terbukti saat beliau berangkat ke Pondok Pesantren Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya.

Ia memiliki jiwa yang sederhana sebab hasil dari didikan ayahnya sedari kecil.

Setelah menikah, ia mencoba untuk hidup mandiri dengan keluarga barunya dengan cara pindah dan menetap di Yogyakarta. Semenjak menetap di Yogyakarta, banyak santri-santrinya di Karangmangu Sarang yang merasa kehilangan.

Kemudian beberapa dari santri itu menyusul ke daerahnya dan menyewa rumah untuk berdekatan dengan rumah Gus Baha.

Baca Juga: Ijazah Amalan Terhindar Dari Kemiskinan, Gus Baha: Amalkan Sebelum Masuk Rumah!

Dia suka menulis kalimat yang bijak dan menarik untuk dibaca. Berikut sejumlah kata-kata mutiara darinya yang memiliki makna menyentuh hati, yaitu:

1. Mencintai itu tidak cukup dengan tidak melukai yang dicintai, tetapi juga harus sabar dilukai oleh yang dicintai.

2. Untuk memperbaiki manusia itu butuh proses. Tidak dapat langsung dihabisi. Jika tugas kenabian hanya untuk menghabisi keburukan, tentu bermitra dengan Izrail jauh lebih efektif ketimbang dengan Jibril.

3. Jangan pernah menyesali yang terlewat dan jangan bangga dengan apa yang kamu dapat karena itu adalah takdir.

4. Kamu tidak perlu menyesal jika pernah salah, karena salah itu mengawal kamu utnuk tawadhu hingga akhir kiamat.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler