Dikisahkan, Mbah Jipang langsung berangkat ke Pondok Lasem dengan menyamar sebagai orang desa. Kemudian beliau bertamu ke rumah Syekh Duqi.
Setelah dipersilakan masuk, terjadilah adu argumen yang sangat tajam dan lama. Saking lamanya, debat antara Syekh Duqi dan Mbah Mat Jipang terjadi beberapa hari. Istirahat hanya saat waktu shalat dan waktu istirahat malam. Singkat cerita setelah debat usai, Syekh Duqi mengakui keilmuan Mbah Mat Jipang dan membenarkan kitab Siraj ath-Thalibin yang disalahkannya.
Pada kesempatan lain, Mbah Mashduqi berkata pada santri yang mengaji, “Aku kalah karo wong Kediri.” (saya kalah dengan orang Kediri).
Latar belakang Syekh Duqi menyalahkan beberapa lafadz kitab tersebut adalah karena kehati-hatian beliau. Terbukti, selang beberapa waktu beliau berkata, “Syariat kuwi koyok dalan nang pinggir kali, nek minggir-minggir iso gampang kecemplung, sing aman nang tengah wae (Syariat itu ibarat jalan yang berada di pinggiran sungai, kalau terlalu ke pinggir akan mudah tergelincir, yang aman berjalan di tengah saja).”
Baca Juga: Kisah Gus Mus tentang Dahsyatnya Tafsir Al-Ibriz yang Ditulis KH Bisri Mustofa Rembang
Pengakuan Syekh Duqi ini membuktikan kitab karya Syekh Ihsan Jampes memang dahsyat, sehingga banyak dikaji di berbagai pesantren dan kampus di Timur Tengah, termasuk Universitas Al-Azhar Mesir.
Demikian kisah perjumpaan dan diskusi hebat antar para ulama, semoga memberikan ilmu dan pelajaran berharga buat kita semua.***