Amplop Gus Mus yang Menggetarkan, Kisah Nyata Penuh Keteladanan, Sekali Baca Langsung Menangis

- 3 Maret 2022, 09:11 WIB
Amplop Gus Mus yang Menggetarkan
Amplop Gus Mus yang Menggetarkan /facebook/simbah.kakung/

BERITA BANTUL - Jalan hidup Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri Rembang, biasa disapa Gus Mus, dipenuhi keteladanan yang luar biasa. Pesan-pesan hikmahnya selalu membuat hati bergetar.

Tiap Jum'at pagi, saat sinar matahari menyapa, 'Jum'at Call' meluncur di beranda media sosialnya. Iya, 'Jum'at Call' Gus Mus jadi pesan indah yang kemudian dibagikan semua lini media. 

Siapa saja yang bertemu Gus Mus, selalu ada kesan istimewa yang sulit dilupakan.

Baca Juga: Kisah Cinta Gus Mus dengan Istrinya, Mendebarkan Sampai Klepek-kpelek, Anak Milenial Pasti Baper Bacanya

 

Sebagaimana dikutip BeritaBantul.com dari kanal facebook Joni Ariadinata pada 11 April 2019, dikisahkan satu peristiwa yang menggetarkan terkait amplop Gus Mus. 

Kisah amplop Gus Mus ini dialami sendiri Joni Ariadinata, sastrawan dari Yogya. Joni, panggilannya, mengisahkan saat pertama mendapatkan undangan pernikahan yang dihelat Gus Mus di Rembang.

Joni, yang saat itu sedang dalam kondisi ekonomi sangat sulit, memaksakan diri untuk tetap datang ke Rembang. Bekalnya hanya ongkos sekali jalan, pulangnya pikir kemudian. 

Yang terjadi kemudian tak pernah disangka Joni. Ada amplop titip Gus Mus untuknya. Amplop ini yang dikisahkan Joni dalam status kanal facebooknya pada 11 April 2019. 

Kisah lengkapnya, silhkan simak berikut ini.  

AMPLOP

Dulu, ketika pertama kali saya mendapat undangan mantu dari panjenenengan, kondisi ekonomi saya sedang di titik yang parah.

Baca Juga: Gus Mus: Awas, Anakmu Bermain di Pinggir Neraka, Kok Malah Tenang-tenang Saja!

Saya dan istri memaksakan berangkat dengan hanya bekal satu kali perjalanan (hanya cukup untuk ongkos bis umum sampai Rembang).

Tidak ada uang lagi untuk ongkos kembali, dan kami hanya berdoa, semoga di Rembang nanti ada rombongan dari Yogya, sehingga kami bisa ikut numpang pulang.

Kami berangkat jam 9 pagi, dengan berganti-ganti bis, akhirnya sampai Rembang selepas maghrib. Alhamdulillah, di sana kami bertemu dengan rombongan dari Solo, dan diperbolehkan ikut menumpang sampai Solo.

Usai acara, saya dan istri pamit pulang. Saat sudah di mobil bersama rombongan dari Solo itulah, seseorang berlari mengejar mobil yang saya tumpangi.

Seseorang itu, mencari saya, dan menyerahkan amplop, "ini titipan dari Abah," katanya.

Ya Allah. Saya menerimanya dengan takjub. Sebuah amplop cukup tebal, yang ketika saya buka di Stasiun Solo Balapan (saya diturunkan di stasiun kereta Solo, untuk melanjutkan perjalanan ke Yogya), sempat membuat kami menangis.

Saya bisa membeli tiket kereta. Saya bisa membeli sarapan soto. Saya bisa membeli oleh-oleh khas Solo. Dan sisanya, dua juta lebih, bisa untuk hidup di Yogya selama dua bulan.

Baca Juga: Mau Curi Tebu Kiai Malah Gemetaran Lihat Bukti Kiainya Itu Wali, Kisah Gus Mus Saat Mondok di Lirboyo Kediri

Saya tidak membawa apa-apa ketika datang ke Rembang.

Saya tidak membawa amplop sebagaimana lazimnya ketika seseorang menghadiri pernikahan (meskipun di sana ternyata panjenengan tidak memperbolehkan para undangan untuk memberi amplop).

Saya hanya datang membawa badan, serta kebahagiaan bisa hadir memenuhi undangan.

Sama sekali tidak terbayangkan sedikit pun, bahwa ketika pulang justru sayalah yang diberi amplop.

Status kisah nyata Joni Ariadinata ini kemudian tersebar luas dalam berbagai platform media sosial. Kisah yang penuh keteladanan dari pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah