Karomah Kiai Hamid Pasuruan Menembus Hati Kiai Djazuli Utsman Ploso

- 12 Mei 2022, 09:05 WIB
Kiai Hamid Pasuruan dan Kiai Djazuli Usman Ploso Kediri
Kiai Hamid Pasuruan dan Kiai Djazuli Usman Ploso Kediri /kolase facebook/udin/

BERITA BANTUL - Mata batin seorang waliyullah sangat tajam dan menembus lintas batas ruang dan waktu. 

Kiai Hamid Pasuruan sangat masyhur ihwal kewalian dan karomahnya, sedangkan Kiai Djazuli Utsman dikenal luas kealimannya. 

Dua ulama yang menjadi rujukan umat, sehingga makamnya terus diziarahi jutaan manusia tiap waktu. 

Baca Juga: Rahasia dan Hakikat Shalat Menurut Waliyullah Imam Al-Haddad

Kisah karomah Kiai Hamid Pasuruan banyak dijumpai dalam berbagai literatur dan pengajian para ulama dan habaib. Jutaan umat sangat lazim dengan karomahnya. 

Terkait dengan Kiai Djazuli Ploso, mata batin Kiai Hamid mampu menembusnya saat perjumpaan yang sangat dahsyat antara keduanya. 

Dikisahkan, KH. Fu'ad Mun'im Djazuli saat masih muda pernah bepergian mengawal ayahandanya, Kiai Djazuli Utsman untuk menghadiri sebuah acara di daerah Malang.

Mereka pergi dengan mengendarai andong, kendaraan yang tersedia kala itu.

Setelah acara di Malang usai, Kiai Djazuli bermaksud melanjutkan perjalanan ke Pasuruan untuk bertamu kepada Kiai Hamid Pasuruan.

Baca Juga: Kasih Gus Miek Kitab 5 Jilid, Nabi Khidir Menyamar Tukang Main Kartu Domino, Apa Isi Kitabnya?

Hal ini membuat Kiai Fu'ad Mun'im merasa khawatir, karena uang bekal perjalanan sudah habis.

Saat hendak berangkat, KH. Fu'ad Mun'im mengutarakan kehawatirannya pada sang ayahanda:

"Ngapunten, Abah! Sangune sampun telas." (Mohon maaf, Abah. Uang sakunya sudah habis).

Mendengar perkataan anaknya itu, Kiai Djazuli hanya menjawab singkat:

"Laa shohiba ilmin mamquutun." (Tiada seorangpun yang berilmu, menjadi terhina)

Apa yang menjadi jawaban ayahanda, rupanya belum dapat menghapus kekhawatiran Kiai Fu'ad Mun'im.

Baca Juga: Kiai Hasyim Asy'ari Buka Rahasia Kewalian Gus Miek yang Nyentrik, Kiai Djazuli Menangis, Apa Itu?

Di tengah perjalanan KH. Fu'ad Mun'im mengulangi perkataannya, "Abah, artone sampun telas." (Abah, uangnya sudah habis).

Dan jawaban KH. Ahmad Djazuli pun tetap sama, " Laa shoohiba ilmin mamquutun ."

Mereka akhirnya sampai di kediaman Kiai Hamid Pasuruan.

Sebelum mendekat di kediaman, sekali lagi Kiai Fu'ad Mun'im menyinggung perihal uang saku yang benar-benar sudah habis.

Namun jawaban KH. Ahmad Djazuli tak berubah sedikit pun, " Laa shoohiba ilmin mamquutun. "

Tak lama menunggu, mereka dihampiri seorang khodim (pembantu) Kiai Hamid.

Baca Juga: Rahasia Kewalian Kiai Hamid Pasuruan Disingkap Wali Ulama Besar Makkah

Setelah mempersilakan masuk, si khodim bertanya, "Ngapunten, njenengan paring asmo sinten?" (Maaf, Anda bernama siapa?)

Kiai Djazuli menjawab, "Kulo Ahmad Djazuli" (Saya Ahmad Djazuli).

Si khodim melanjutkan pertanyaan,: "Saking pundi?" (Dari mana?)

KH. Ahmad Djazuli kembali menjawab, "Saking Ploso – Kediri” (dari Ploso – Kediri).

Si khadim mempersilakan mereka supaya menunggu, sebelum kemudian menghaturkan kabar kehadiran Kiai Djazuli kepada Kiai Hamid.

"Ngapunten, wonten tamu saking Ploso - Kediri. Paring asmo Ahmad Djazuli." (Maaf, ada tamu dari Ploso - Kediri bernama Ahmad Djazuli), kata si khodim menghaturkan kabar.

Baca Juga: Bisikan Habib Ja'far Menembus Langit Kewalian Kiai Hamid Pasuruan, Seketika Bergetar Luar Biasa

Seketika itu Kiai Hamid yang belum pernah bersua Kiai Djazuli, langsung berteriak, "Djazuli, man jazula ilmuhu " (Djazuli, seorang yang agung keilmuannya).

Kiai Hamid sungguh merasa bahagia mendapat tamu yang istimewa, yakni seorang yang sangat ‘alim yang tidak lain adalah Kiai Djazuli Ploso.

Suguhan untuk tamu istimewa ini pun tentu berupa hidangan- hidangan yang sangat istimewa.

Begitu mendapati jamuan yang begitu istimewa, giliran Kiai Fu'ad Mun'im sambil tersenyum dan dengan mantap berkata, "Laa shoohiba ilmin mamquutun."

Kiai Hamid Pasuruan tak menyia-nyiakan kesempatan bersua tamu istimewa ini, beliau kemudian meminta Kiai Djazuli agar sudi membaca kitab walau sejenak.

Baca Juga: 9 Berkas Map Waliyullah Dibawa ke Tebuireng, Mbah Liem Buka Rahasia Isyarat Kepada Gus Dur

Dengan harapan, supaya para santri Kiai Hamid dapat tabarrukan (memperoleh berkah) dari Kiai Djazuli Ploso.

Tak tanggung-tanggung, Kiai Hamid menyodorkan kitab Tafsir Al Kabir kepada Kiai Djazuli.

Melihat sang ayahanda disodori kitab tersebut, Kiai Fuad Mun’im berkata keheranan, "Abah, kitab ipun ageng njih.” (Ayah, kitabnya besar ya).

Kiai Djazuli Ploso pun menjawab, “Abahmu iki, Le..! Isuk sarapane kitab, awan ya kitab, sore ya kitab, bengi ya kitab." (“Abahmu ini, nak..! Pagi sarapannya kitab, awan ya kitab, sore ya kitab, malam ya kitab).

Setelah mengisi pengajian kitab tafsir. Di saat perjalanan pulang, KH. Ahmad Djazuli mendapatkan banyak sekali tumpukan amplop berisi uang (dari jamaah yang ikut pengajian saat itu).

Baca Juga: Kuasai 27 Bahasa Asing, Ayahanda Habib Luthfi Juga Hafal Qur'an Qiroah Sab'ah

Menyaksikan hal itu, KH. Fuad Mun’im semakin mantap dengan apa yang dikatakan sang ayahandanya:

"Laa shohiba ilmin mamquutun." (Tiada seorangpun yang berilmu, menjadi terhina).

Demikian kisah dua ulama yang luas ilmu dan karomahnya. Kisah ini dikutip dari facebook Muhammad Abid Muaffan.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x