BERITA BANTUL - Keduanya ulama sepuh. Keduanya merupakan bagian dari Ahwa 9, yaitu ulama sembilan yang menjadi rujukan dalam menentukan Rais Aam PBNU pada Muktamar ke 33 di Jombang.
Pada saat itu, Abah Dim diminta memimpin sidang Ahwa, akan tetapi Abah Dim tidak berkenan.
Makanya dipasrahkan kepada Mbah Maimoen yang labih sepuh. Mbah Moen juga tidak berkenan.
Begitulah pengadatan kyai-kyai NU. Mereka saling ta'dzim, saling menghormati, dan saling menyayangi.
Sebagaimana dikutip Beritabantul.com dari Bangkit Media Abah Dim itu termasuk santrinya Mbah Zubair yang merupakan orang tua dari Mbah Meon.
Tapi keduanya tidak berjumpa di Sarang, karena saat itu Abah Dim ngangsu kaweruh selama 7 tahun di Sarang tepatnya di MIS asuhan Kyai Imam Kholil, nderek Ndalem Kyai Kholil (santri khidmah).
Baca Juga: Pesan KH Dimyati Rois Kaliwungu untuk Para Santri, Belajar Memaknai Hidup
Mbah Maimoen saat itu masih menuntut ilmu di negeri Hijaz, sehingga jarang sekali satu majlis.