Baca Juga: Susah Dapat Keturunan, Banyak Hutang dan Rezeki Susah? Baca Satu Kalimat Ampuh Ini, Kata Gus Baha
Konon, Mbah Hasyim (begitu beliau sering dipanggil) memanggil Kiai Maksum dengan sebutan "Kangmas", karena dari segi umur, beliau satu tahun lebih muda dari kiai Lasem itu.
Berkat jasa-jasa mereka ini, Lasem diberikan status "istimewa" hingga sekarang sebagai Cabang Khusus NU (PCNU Lasem).
Padahal status "cabang" hanya berlaku untuk daerah setingkat kabupaten, sementara Lasem hanyalah kota kecamatan.
Status ini jelas untuk menghargai kota Lasem yang telah "menyumbangkan" tiga kiai penting dalam barisan pendiri NU.
Kisah berikut ini saya terima dari Gus Zaim (cucu Kiai Maksum Lasem, dan putera Kiai Ahmad Syakir bin Kiai Maksum). Sementara Gus Zaim menerima kisah ini dari Kiai Imron Hamzah (pernah menjabat sebagai Rois Syuriyah PWNU Jawa Timur).
Kisah berikut ini berkaitan dengan tradisi salawat Nariyyah yang amat populer di kalangan nahdliyyin.
Di Lasem dan beberapa pesantren di seluruh Jawa, ada tradisi membaca salawat Nariyyah sebanyak 4444 kali dengan "kaifiyyah" atau cara tertentu (kalau kaifiyyah-nya ndak pas, tentu kurang "mandi" alias efektif).
Baca Juga: Tarekat Apa yang Diamalkan Gus Dur? Beginilah Jalan Spiritual yang Ditempuhnya
Tetapi, model salawat Nariyyah yang di-ijazah-kan oleh Kiai Maksum, menurut penuturan Gus Zaim, berbeda dari (berbeda "dari", bukan "dengan") versi yang umum beredar.