Versi Kiai Maksum: "... 'ala Muhammadin tanhallu bihi al-'uqad...," tanpa kata sambung "alladzi" sebagaimana versi yang biasa kita dengar.
Konon, ini adalah versi salawat Nariyyah yang diwarisi oleh Kiai Maksum dari leluhurnya yang berasal dari tanah Minangkabau: Sultan Mahmud atau Sunan Mingkabau (dimakamkan di kawasan Bonang, sebelah timur Lasem).
Menurut beliau, versi ini lebih "cespleng" dari "versi alladzi" yang umum dipakai.
Suatu saat, Kiai Imron Hamzah yang juga santri Kiai Maksum itu, memberanikan diri untuk bertanya: "Kiai, kenapa kok salawat ini dibaca 4444? Kenapa harus sebanyak itu? Apa alasannya?"
"Begini ya, Cung," kata Kiai Maksum, menjawab dengan sabar pertanyaan Imron Hamzah muda.
"Setiap angka itu ada sirr-nya, ada rahasianya." Kiai Maksum berhenti sejenak. Tetapi Imron Hamzah muda ndak sabar, lalu menyergah dengan nada agak meninggi:
"Apa RAHASIANYA, Kiai?"
Baca Juga: Gus Dur Menaklukkan Rumah Angker, Ternyata Ini yang Dilakukannya
Dengan santai, Kiai Maksum menjawab: "Ya saya ndak tahu. Kalau saya tahu, namanya bukan sirr, bukan rahasia lagi."
Lemaslah Kiai Imron Hamzah. hehehe.