Pesantren ini masih terus mengaji "al-Kutub al-Sittah" , enam kitab hadits : Sahih Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasa-i, Ibnu Majah. Kitab Fiqh klasik Al-Muhadzdzab, juga masih dibaca.
Sampai sekarang Pesantren ini masih menjaga spesialisasinya sebagai pesantren Nahwu-Sharaf-Balaghah (Gramatika dan Sastra Arab).
Di tengah perbincangan "ngalor-ngidul" dengan Kiai, Nyai dan putra-putrinya yang semuanya hafal Al-Qur'an dan mahir baca kitab kuning, ditambah dua anakku dan tiga ponakanku, aku diminta memberi nasehat.
Baca Juga: Kiai Abdul Karim Lirboyo Punya 8 Anak, yang Laki-lakinya Meninggal Dunia Saat di Makkah
Lalu aku menyampaikan dua puisi:
إِذَا فَاتَنِيْ يَوْمٌ وَلَمْ أَصْطَنِعْ يَدًا # وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْماً فَمَاذَاكَ مِنْ عُمْرِيْ
Dan puisi yang sering dinyanyikan Gus Dur saat ceramah ini:
ولدتك امك يابن آدم باكيا
والناس حولك يضحكون سرورا
فاجهد لنفسك ان تكون إذا بكوا