Damparan RMI PWNU DIY, Forum Silaturahim Kiai dan Ibu Nyai Jawab Persoalan Pesantren

- 12 September 2022, 22:46 WIB
RMI PWNU DIY membentuk forum Damparan untuk kiai dan ibu nyai pesantren di DIY
RMI PWNU DIY membentuk forum Damparan untuk kiai dan ibu nyai pesantren di DIY /beritabantul/

YOGYAKARTA - Forum silaturahim kiai dan ibu nyai pimpinan pondok pesantren di Daerah Istimewa Yogyakarta diresmikan dengan nama Damparan. 

Damparan adalah forum yang diadakan oleh Rabithah Maahid Islamiyah (RMI) atau asosiasi pondok pesantren, yakni lembaga yang berada di bawah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah istimewa Yogyakarta (PWNU DIY).

Peresmian forum Damparan dilaksanakan pada Jum’at, 9 September 2022 di Auditorium Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Menara Al Musthofa Universitas Alma Ata Yogyakarta.

Baca Juga: Ketua PWNU DIY Sebut Pancasila Sebagai Amanat Muktamar yang Harus Dijalankan

Menurut Ketua RMI PWNU DIY, KH Nilzam Yahya, ada sebanyak 210 pimpinan pondok pesantren Nahdlatul Ulama di Yogyakarta yang mengikuti forum Damparan.

"Forum Damparan ini untuk merespon berbagai problematika yang ada di sekitar lingkungan pesantren," tegas Kiai Nilzam.

"Bahwa melalui forum ini, seluruh pimpinan pondok pesantren se-DIY dapat mempererat tali silaturahim dan juga merealisasikan banyak agenda kemajuan pesantren," tegasnya, dikutip dari rilis yang diterima, 12 September 2022.

Kiai Nilzam juga menjelaskan, sebagai wadah silaturahi, Damparan juga jadi forum pimpinan pesantren dan stakeholders pesantren untuk berdiskusi terkait UU Pesantren, khususnya pesantren-pesantren NU.

“Mulai dari yang bersifat administratif seperti NSPP, AHU/SK Kemenkumham hingga berbagai hal yang sifatnya substansial terkait kebijakan pesantren yang ramah lingkungan, sistem pengajaran, dan kurikulum," katanya.

Baca Juga: Gus Anis Pimpin Lembaga Bahtsul Masail PWNU DIY Periode 2022-2027, Berikut Profil Lengkapnya

"Selain itu, juga program yang saat ini sedang menjadi isu strategis, yaitu terkait anak dan perempuan di lingkungan pesantren,” tambahnya.

Selain itu, menurut Kiai Nilzam, melalui forum Damparan ini, seluruh pesantren se-DIY tidak hanya dapat bermusyawarah di level kebijakan pesantren, tetapi juga dapat bermusyawarah di level implementasi kebijakan.

"Kalau terkait implementasi kebijakan, maka ada forum komunikasi lurah pondok se-DIY yang juga dibentuk RMI PWNU DIY di Pondok Pesantren Krapyak pada bulan Agustus yang lalu," kata Kiai Nilzam.

Senada dengan KH. Nilzam Yahya, Prof. Dr. KH. Hamam Hadi selaku tuan rumah yakni Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta juga menyampaikan bahwa Alma Ata siap mendukung program-program yang diadakan oleh Nahdlatul Ulama khususnya RMI.

"Ini sebagai bentuk khidmah dan juga meneruskan tongkat perjuangan dari KH. Hasyim Asy’ari," tegas Prof Hamam.

Baca Juga: Profil Singkat Kiai Tajul Muluk Ketua Lembaga Dakwah PWNU DIY Periode 2022-2027

Dijelaskan juga, bentuk dukungan itu baik terkait pemberdayaan seperti pelatihan peningkatan kapasitas kepala sekolah, dan pemberangkatan asistensi mengajar.

"Dukungan juga terkait aktivitas-aktivitas lainnya yang bermanfaat bagi kaum muslimin khususnya organisasi-organisasi di bawah NU," kata Prof Hamam.

Peresmian Damparan RMI sendiri diwakili oleh beberapa pimpinan pondok pesantren seperti KH Jirjis Ali, Nyai Hj Durroh Nafisah Ali, Prof. dr. KH. Hamam Hadi, KH Hamid Abdul Qodir, Dr KH Hilmy Muhammad, Dr KH Mu'tasim Billah, dan KH Nilzam Yahya, M.Ag.

Damparan RMI PWNU DIY diresmikan di Kampus Alma Ata Yogyakarta
Damparan RMI PWNU DIY diresmikan di Kampus Alma Ata Yogyakarta

Acara ini dimoderatori oleh KH. Khoiron Marzuqi dan dipantik oleh Drs. KH. Ahmad Kharis Masduqi serta Dr. KH. Hilmy Muhammad.

Kiai Khoiron selaku moderator menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada forum ini yaitu terkait undang-undang dan kurikulum pesantren, fenomena tempat salat yang kurang memperhatikan tajwid dan lebih mengedepankan lantunan suara yang merdu hingga trend berita-berita terkini seputar pesantren.

Baca Juga: Hari Kebangkitan Nasional 2022, Gus Hilmy Ingatkan PR Pendidikan dan Kualitas SDM

"Juga terkait beberapa pondok pesantren secara bertahap telah melakukan empat pembaruan yaitu secara substansi, metodologi, kelembagaan, dan juga fungsi," kata Kiai Khoiron, pengasuh Pesantren Al-Mumtaz Gunungkidul.

Menurut KH. Dr. Hilmy Muhammad, dengan ikhtiar bersama, seluruh stakeholder pesantren dapat memajukan pesantren termasuk di dalamnya adalah keterlibatan santri.

"Saat ini, selain mempelajari ilmu agama di pondok pesantren, santri juga harus didorong untuk dapat memasuki perguruan tinggi dengan bekal yang tepat melalui pendampingan potensi minat dan bakat yang dimiliki santri," tegas Gus Hilmy, sapaannya.

"Juta terkait pendidikan etika moral agar kelak dapat menjadi calon pemimpin yang berakhlak dan beradab," kata Gus Hilmy yang juga Katib Syuriah PBNU.

Baca Juga: NU Makin Besar Jumlah Warganya, Tembus 120 Juta, Ini Rahasianya Menurut Gus Yahya

Menurut Gus Hilmy, perlu upaya bersama-sama untuk mewujudkan pesantren integratif.

"Seluruh pemangku kepentingan pesantren harus berikhtiar bersama, baik dalam hal memajukan maupun menyejahterakan pesantren dan program-program yang telah dirancang," tegas Gus Hilmy.

Dijelaskan juga, ikhtiar itu misalnya persiapan Hari Santri Nasional, pendampingan UU Pesantren, dan Bahtsul Masail di pesantren maupun program RMI yang sedang berlangsung yaitu pendampingan pembuatan AHU bagi pesantren yang belum memilikinya yang diinisiasi sejak pertemuan RMI di Pesantren Sunan Pandanaran.

"Selain itu, juga sosialisasi dan pelatihan pesantren ramah anak dan perempuan serta pembentukan Forkom Lurah Pondok se-DIY yang dilaksanakan pada pertemuan RMI di Pesantren Krapyak," tegasnya.

 

Hal ini pun diamini oleh KH. A. Kharis Masduki diakhir acara bahwa untuk memajukan pesantren dan membentuk santri yang dapat bersaing, maka perlu adanya tindakan keteladanan dengan meniru para kiai terdahulu sebagai role model.

Baca Juga: Gebrakan Gus Yahya, PBNU Akan Bangun 250 Badan Usaha Milik NU

"Role model itu dengan 4 hal, yaitu mendiri, berdaya, berkualitas, dan berbudaya disertai dengan adanya manajemen pesantren yang tepat agar pondok pesantren terjaga eksistensinya dan dapat beradaptasi dengan tuntutan zaman," pungkas Kiai Kharis, pengasuh Pesantren Darul Qur'an wal Irsyad Gunungkidul.***

Editor: Amrullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x