23 Tahun Mbah Manab Ngaji Kepada Syaikhona Kholil Bangkalan

13 Mei 2022, 08:35 WIB
Mbah Manab Pendiri Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur /opop.jatimprov.go.id/

BERITA BANTUL - Mbah Manab atau Mbah Abdul Karim adalah pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. 

Kiai ahli tirakat asli Magelang itu disebut sebagai sosok pecinta ilmu yang luar biasa. Usianya dihabiskan untuk belajar.

Masa belajar Mbah Manab sungguh istimewa, termasuk saat mengaji kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. 

Baca Juga: Zuhud Mbah Abdul Karim Lirboyo, Tidak Tahu Nominal Uang, Tidak Pernah Lihat Jumlah Salam Tempel

Syaikhona Kholil Bangkalan adalah ulama yang jadi rujukan para ulama Nusantara saat itu. 

Kalau ulama diibaratkan bagaikan garam, maka tepatlah itu merujuk kepada Syaikhona Kholil Bangkalan yang hidup di pulau garam.

Antara ulama dan garam ada sisi kesamaan. Keduanya selalu dibutuhkan umat. Tanpa garam, rasa jadi hambar. Tanpa ulama, umat jadi gersang.

Madura sebagai pulau garam tersohor pula 'garam-garam' mulianya. Itu murid-murid Syaikhona Kholil yang jadi ulama-ulama pinilih di Tanah Jawa.

Baca Juga: Rahasia Anak Jenius Nadhif dari Banyuwangi, Ternyata Ayahnya Punya Tirakat Istimewa

Dikutip dari buku 'Pesantren Lirboyo: Sejarah, Peristiwa, Fenomena dan Legenda', dijelaskan bahwa Mbah Manab akhirnya ngaji di Bangkalan selama 23 tahun.

Setelah beberapa saat mondok di Pesantren Kedungdoro, Sepanjang, Sidoarjo, tahun 1896 Mbah Manab menyeberang meninggalkan Jawa.

Sesampai di Madura yang panas dan gersang itu, semangat Manab kian terbakar.

Udara Madura yang menyengat itu kian menambah hausnya Manab meneguk ilmu Syaikhona Kholil yang sangat alim hampir dalam semua cabang ilmu, baik fikih, tafsir, hadis, maupun tasawuf.

Menjadi santri Syaikhona Kholil yang terkenal sebagai wali itu ternyata tidaklah mudah.

Baca Juga: Preman Paling Ditakuti di Jawa Timur Datangi Gus Maksum Lirboyo, Tiba-tiba Ini yang Terjadi

Berbagai ujian, baik lahiriah maupun batiniah, mesti dijalani. Cobaan yang kadang tidak masuk akal harus diterima.

Demikian pula dengan Manab. Ia tak luput dari berbagi ujian sang guru.

Ketika Manab ingin bekerja utk memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti sebelum di Madura, dia bersama sahabatnya, Abdulloh Faqih, dari Cemara, Banyuwangi, berangkat ke daerah sekitar Banyuwangi dan Jember untuk ikut mengetam padi.

Namun, setelah bersusah payah melakukan perjalanan yang cukup jauh, sesampai di Bangkalan terjadilah hal yang sangat mengejutkan.

Baca Juga: Hanya 16 Hari Ngaji di Lirboyo, Gus Miek Buktikan Mampu Baca Kitab Level Tinggi yang Sangat Sulit

Ternyata Syaikhona Kholil menghendaki padi hasil kerja Manab itu untuk makanan ternaknya.

"Peneran Nab, tak nggone pakan pitikku" ( Kebetulan Nab, padinya buat pakan ayam saya), kata Syaikhona Kholil.

Rupanya, Kiai Kholil tidak mengizinkan Manab bekerja. Sebagai gantinya, ia disuruh memetik daun pace yang tumbuh di sekitar pondok untuk makanan sehari-hari.

Kecewakah Manab?Tidak. Sedikit pun dia tidak kecewa.

Bukan pemuda Manab jika tidak kuat mengahadapi ujian itu. Perintah Syaikhona Kholil untuk makan daun pace rebus itu dijalani dengan tabah.

Baca Juga: Kuasai 27 Bahasa Asing, Ayahanda Habib Luthfi Juga Hafal Qur'an Qiroah Sab'ah

Bahkan, sering pula ia harus makan sisa kerak nasi teman-temannya atau kadang ampas kelapa.

Tapi semua itu tidak pernah ia keluhkan. Bertahun-tahun ia melakukan tirakat ini. Jarang orang yang tahu.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler