Kisah Rasulullah Mendidik Ilmu Ruhani Ali bin Abi Thalib di Gua Hira

11 Juli 2022, 20:50 WIB
Rasulullah memberikan pendidikan ruhani kepada Ali bin Thalib sejak diajak menyepi di Gua Hira /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Kisah Rasulullah mendidik anak pamannya, yakni Ali bin Abi Thalib di gua Hira punya makna khusus dalam ilmu ruhani Ali.

Imam Ali, panggilannya, sejak kecil mendapatkan sentuhan pengasuhan langsung dari saudara misannya, yakni Rasulullah. 

Rasulullah tahu betul betapa kasih sayang pamannya yang luar biasa saat mengasuh Rasulullah sejak kecil sepeninggal kakeknya, Abdul Muthalib. 

Baca Juga: Kesedihan Sayyidah Zainab Cucu Rasulullah Saat Jadi Saksi Terpenggalnya Kepala Sayyidina Husein

Kisah pengasuhan Imam Ali di masa kecil dalam pangkuan Rasulullah sangat terkait kondisi paceklik yang melanda Makkah saat itu. 

Dikisahkan, ketika Imam Ali usianya 6 tahun, kisah paceklik hebat atas Makkah itu terjadi. Sebagai akibatnya, kebutuhan pangan sehari-hari sulit diperoleh.

Bagi mereka yang berkeluarga besar dan ekonomi lemah, seperti keluarga Abu Thalib, pukulan paceklik terasa parah sekali.

Pada masa paceklik ini, Nabi Muhammad telah berumah tangga dengan Siti Khadijah binti Khuwalid. Beliau tak dapat melupakan budi pamannya yang telah memelihara dan mengasuh beliau sejak kecil hingga dewasa.

Baca Juga: Sayyidah Zainab binti Ali, Cucu Rasulullah yang Cerdas dan Dermawan

Bertahun-tahun beliau hidup di tengah-tengah keluarga Abu Thalib, mengikuti suka-dukanya dan mengetahui sendiri bagaimana keadaan penghidupannya.

Dalam suasana paceklik ini, Nabi Muhammad menyadari betapa beratnya beban yang dipikul pamannya, Abu Thalib, yang sudah lanjut usia. Hati beliau terketuk dan segera mengambil langkah untuk meringankan beban pamannya.

Nabi Muhammad mengetahui, bahwa Abbas bin Abdul Mutthalib, juga paman beliau, adalah seorang terkaya di kalangan Bani Hasyim. Dibanding dengan saudara-saudaranya, Abbas mempunyai kemampuan ekonomis yang lebih baik.

Dengan tujuan untuk meringankan beban Abu Thalib, beliau temui Abbas bin Abdul Mutthalib. Kepada pamannya itu beliau kemukakan betapa berat derita yang ditanggung Abu Thalib sebagai akibat paceklik.

Kemudian, dalam bentuk pertanyaan, Nabi Muhammad berkata: "Bagaimana paman, kalau kita sekarang ini meringankan bebannya? Kusarankan agar paman mengambil salah seorang anaknya. Aku pun akan mengambil seorang."

Baca Juga: Sejarah Nama Sayyidina Husein Cucu Rasulullah, Dikisahkan Langsung Imam Ali

Abbas bin Abdul Mutthalib menyambut baik saran Nabi Muhammad. Setetah melalui perundingan dengan Abu Thalib, akhirnya terdapat kesepakatan: Ja'far bin Abi Thalib diserahkan kepada Abbas, sedang Ali bin Abi Thalib diasuh oleh Nabi Muhammad.

Sejak itu, Imam Ali diasuh oleh Nabi Muhammad dan isteri beliau, Siti Khadijah binti Khuwailid.

Bagi Imam Ali sendiri lingkungan keluarga yang baru ini, bukan merupakan lingkungan asing. Sebab Nabi Muhammad sendiri dalam masa yang panjang pernah hidup di tengah-tengah keluarga Abu Thalib.

Malahan yang menikahkan Nabi Muhammad dengan Siti Khadijah binti Khuwalid, juga Abu Thalib.

Bagi Nabi Muhammad, Imam Ali bukan hanya sekedar saudara misan, malahan dalam pergaulan sudah merupakan saudara kandung. Lebih-lebih setelah dua orang putera lelaki beliau, Al Qasim dan Abdullah, meninggal.

Baca Juga: Kisah Air Mata Yazid bin Muawiyah Saat Terpenggalnya Kepala Sayyidina Husein Cucu Rasulullah

Betapa besar kasih sayang yang beliau curahkan kepada putera pamannya itu dapat diukur dari berapa besarnya kasih-sayang yang ditumpahkan Abu Thalib kepada beliau.

Bahkan pada waktu dekat menjelang diutus sebagai Rasul, Nabi Muhammad ssering mengajak Imam Ali menyepi di gua Hira, yang terletak dekat kota Mekkah.

Ada kalanya Imam Ali diajak mendaki bukit-bukit sekeliling Makkah guna menikmati keindahan dan kebesaran ciptaan Allah.

Sejak usia muda Imam Ali sudah menghayati indahnya kehidupan di bawah naungan wahyu Ilahi, sampai tiba saat kematangannya untuk menghadapi kehidupan sebagai orang dewasa.

Selama masa itu beliau mengikuti perkembangan yang dialami Rasulullah dalam kehidupannya. Sungguh merupakan saat yang sangat menguntungkan bagi pertumbuhan jiwa Imam Ali dengan berada di dalam lingkungan keluarga termulia itu.

Baca Juga: Kenapa Nabi Muhammad Tetap Shalat Padahal Dijamin Masuk Surga, Habib Husein Jafar Al Hadar Jelaskan Begini

Periode yang paling berkesan dalam kehidupan Imam Ali adalah dimulai dari usia 6 tahun sampai Nabi Muhammad menerima wahyu pertama dari Allah.

Imam Ali mendapat kesempatan yang paling baik, yang tidak pernah dialami oleh siapa pun juga, ketika Nabi Muhammad sedang dipersiapkan Allah untuk mendapat tugas sejarah yang maha penting itu.

Imam Ali menyaksikan dari dekat saudara misannya melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dengan cara yang berbeda sama sekali dari tradisi dan kepercayaan orang-orang Makkah ketika itu.

Imam Ali menyaksikan juga betapa saudara misannya menjauhi kehidupan jahiliyah, menjauhi kebiasaan minum khamar, menjauhi perzinahan.

Selain itu, dengan mata kepala sendiri Imam Ali menyaksikan dan mengikuti perkembangan jiwa dan fikiran Nabi Muhammad. Semua warisan yang telah diterima Imam Ali dari para orangtuanya, kini berkembang mekar di hadapan seorang maha guru yang cakap dan bijaksana, yaitu putera pamannya sendiri.

Baca Juga: Rahasia Nama Ali bin Abi Thalib, Suami Fatimah binti Rasulullah SAW

Manusia terbesar di dunia itulah yang menghubungkan diri Imam Ali dengan Allah SWT.

Keterangan tersebut dikutip dari buku 'Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib' karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini yang diterbitkan Lembaga Penyelidikan Islam tahun 1981.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler