Keberanian dan Kebijaksanaan Rasulullah dalam Perang Khaibar

22 September 2022, 13:18 WIB
Keberanian dan Kebijaksanaan Rasulullah dalam Perang Khaibar /beritabantul/

SEJARAH NABI - Rasulullah tidak pernah menginginkan perang, kalau dilakukan itu karena saking terpaksanya. 

Sejarah perang Khaibar sama sekali tak diharapkan, tapi dengan kebijaksanaan dan keberanian Rasulullah, persoalan bisa diurai dengan baik. 

Keberanian dan kebijaksanaan Rasulullah dalam perang Khaibar perlu disimak dengan baik, agar mengetahui detilnya.

Baca Juga: Sejarah Rasulullah dalam Perjanjian Hudaibiyah

Dijelaskan, walaupun Rasulullah telah mengadakan perjanjian perdamaian dengan musyrikin Quraisy (Perjanjian Hudaibiyah), namun beliau berfikir, bahwa keamanan dan keselamatan kaum muslimin belum terjamin.

Itu disebabkan masih ada kekuatan-kekuatan anti Islam yang bercokol di utara Madinah. Kekuatan itu ialah kaum Yahudi yang mempunyai beberapa benteng di Khaibar.

Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, orang-orang Yahudi memang tidak dapat dipercaya kejujurannya dalam melaksanakan perjanjian perdamaian.

Peristiwa pengkhianatan itu telah terjadi beberapa kali dilakukan oleh orang-orang Yahudi dari Banu Quraidah, Bani Qainuqa' dan Bani Nadhir.

Sekarang tibalah saatnya untuk mematahkan kekuatan terakhir kaum Yahudi, yang selama ini dirasakan sebagai duri di dalam daging.

Baca Juga: Detik-detik Wafatnya Sayyidah Zainab Cucu Rasulullah, Dijemput Imam Ali dan Sayyidah Fatimah

Tanpa membuang-buang waktu, Rasulullah mempersiapkan pasukan sebanyak 1600 orang dan 100 pasukan berkuda guna diberangkatkan ke Khaibar.

Setelah berjalan tiga hari tibalah pasukan muslimin di depan perbentengan Khaibar. Mereka telah berada di depan benteng Natat.

Esok paginya pertempuran mati-matian mulai berkobar. 50 orang dari pasukan muslimin gugur dan dari fihak Yahudi lebih banyak lagi, termasuk pemimpin Yahudi Khaibar, yaitu Salam bin Misykam.

Setelah Salam terbunuh pimpinan Yahudi dipegang oleh Harits bin Abi Zainab. Ia keluar dari benteng Na'im bersama sejumlah pasukan dengan maksud hendak menggempur kaum muslimin.

Pasukan Muslimin yang terdiri dari orang-orang Khazraj berhasil memukul mundur pasukan Harits sampai mereka masuk ke dalam benteng.

Baca Juga: Kisah Imam Ali Tundukkan Pendekar Kafir Quraisy Paling Fenomenal di Perang Khandaq

Pasukan muslimin makin memperketat pengepungan atas beberapa benteng Khaibar. Pihak Yahudi bertahan mati-matian.

Bagi mereka, jika kali ini kalah, berarti penumpasan terakhir Bani Israil di negeri Arab.

Pengepungan itu berlangsung selama beberapa hari. Untuk melancarkan serangan, Rasulullah menyerahkan panji peperangan kepada Abu Bakar As Shiddiq.

Dengan tugas supaya menyerbu dan merebut benteng Na'im. Setelah terjadi pertempuran, Abu Bakar kembali tanpa berhasil mendobrak benteng tersebut.

Keesokan harinya, Rasulullah menugaskan Umar bin Khattab. Ia pun mengalami nasib yang sama seperti Abu Bakar Ash Shiddiq.

Sekarang Imam Ali dipanggil oleh Rasulullah seraya berkata: "Pegang panji ini dan bawa terus sampai Allah memberikan kemenangan kepadamu!"

Baca Juga: Nabi Hijrah ke Madinah, Imam Ali Tidur di Kamar Rasulullah, Tak Takut Ancaman Pembunuhan Kafir Quraisy

Imam Ali berangkat membawa panji Rasulullah. Setibanya dekat benteng, penghuni benteng itu keluar serentak menghadapinya.

Ketika itu juga terjadi pertempuran. Salah seorang Yahudi berhasil memukul Imam Ali sampai perisai yang ada di tangannya terpental.

Tetapi dengan gerakan kilat Imam Ali segera menjebol salah sebuah daun pintu yang ada di benteng dan dengan berperisaikan daun pintu itu terus menerjang dan menggempur.

Akhirnya benteng itu dapat didobrak, dan daun pintu yang dipegangnya dijadikan jembatan.

Dengan jembatan itu kaum muslimin menyeberang serentak dan menyerbu ke dalam benteng.

Kaum Yahudi bertahan mati-matian. Benteng Na'im itu baru jatuh sepenuhnya, setelah komandan pasukan Yahudi, Harits bin Abi Zainab mati terbunuh.

Baca Juga: Pesan Terakhir Sayyidah Fatimah Sebelum Wafat Kepada Suaminya Imam Ali

Peristiwa pertempuran itu menunjukkan betapa uletnya kaum Yahudi bertahan, dan menunjukan pula tingginya semangat juang kaum muslimin dalam perang Khaibar.

Dengan jatuhnva benteng Na'im, praktis tidak banyak lagi kesukaran bagi kaum muslimin untuk menjebol dan mengobrak-abrik benteng-benteng Khaibar lainnya yang masih tinggal, seperti benteng Qamus, benteng Sha'b dan lain-lain yang tidak seberapa kokoh.

Dengan jatuhnya semua benteng Yahudi di Khaibar, perasaan putus asa merayap di dalam hati mereka, kemudian mereka minta damai.

Semua harta benda yang ada di dalam perbentengan diserahkan kepada Rasulullah sebagai barang ghanimah (harta rampasan perang), dengan syarat mereka diselamatkan.

Rasulullah menerima usul dan menyetujui permintaan mereka itu.

Mereka dibiarkan tetap tinggal di kampung-halaman mereka, mengerjakan tanah yang kini menjadi milik kaum muslimin.

Baca Juga: Saat Rasulullah Hadir dalam Perayaan Maulid, Guru Zuhdi Saksikan Nabi Tersenyum Bahagia

Sebagai imbalan mereka mendapat upah separuh dari hasil tanaman.

Keterangan tersebut dikutip dari buku 'Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib' karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini yang diterbitkan Lembaga Penyelidikan Islam tahun 1981.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler