Sebelum Izrail Cabut Nyawa, Ini Kata-Kata Terakhir Habib Ali Kwitang yang Membuat Siapa Saja Menangis

22 Januari 2023, 14:15 WIB
Sebelum Izrail Cabut Nyawa, Ini Kata-Kata Terakhir Habib Ali Kwitang yang Membuat Siapa Saja Menangis /facebook/adib/

TOKOH - Sebelum Izrail Cabut Nyawa, Ini Kata-Kata Terakhir Habib Ali Kwitang yang Membuat Siapa Saja Menangis.

Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Jakarta. Namanya sering disebut Habib Ali Kwitang. Murid-muridnya ribuan, salah satunya Bung Karno. 

Jalan hidupnya bukan saja dihabiskan dalam majlis ilmu, tapi juga menjadi sosok penting di balik kemerdekaan Republik Indonesia. 

Baca Juga: Urutan Nasab Habib Ali Kwitang Sampai Rasulullah, Simak Selengkapnya

Muridnya yang bernama Bung Karno menjadi proklamator RI. Saat Indonesia diproklamasikan 17 Agustus 1945, Habib Ali Kwitang adalah tokoh utama yang menentukan hari dan tanggal kemerdekaan Indonesia. 

Dalam banyak hal, Bung Karno sering datangi Habib Ali Kwitang untuk meminta petunjuk atas berbagai problem kebangsaan dan kenegaraan.

Habib Ali Kwitang juga dikenal sangat dekat dengan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang. 

Makanya, tokoh-tokoh NU yang ke Jakarta dianjurkan dengan sangat agar selalu sowan dan minta nasihat Habib Ali Kwitang. 

Karomah-karomah Habib Ali Kwitang sangat masyhur, salah satunya di saat menjelang datangnya Malaikat Izrail.

Baca Juga: Gus Baha Bocorkan Rahasia Pintu Masuk Surga dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib

Dikisahkan, sebelum akhir hayatnya pada tahun 1968 mengalami pingsan selama kurang lebih 40 hari. Beliau hanya berbaring di tempat tidurnya tanpa sadarkan diri.

Dalam keadaan itu, Habib Ali Kwitang senantiasa disuapi air zamzam oleh putranya sebagai pengganti makanan yang masuk ke dalam tubuhnya.

40 hari kemudian, akhirnya Habib Ali Kwitang mulai sadar. Dipanggillah putranya: “Ya Muhammad, antar Abah ke hammam (kamar mandi) untuk bersih-bersih diri.”

Mendengar ucapan ayahandanya seperti itu, Habib Muhammad merasa sangat senang karena ayahnya sudah berangsur sembuh. Diantarlah ayahnya oleh Habib Muhammad ke kamar mandi untuk bersih-bersih diri.

Usai Habib Ali Kwitang mandi dan berwudhu, beliau duduk di tempat tidurnya dan meminta dipakaikan pakaian kebesarannya yaitu jubah, imamah dan rida’nya.

Lalu beliau meminta putranya untuk membacakan qashidah “Jadad Sulaima” yang menjadi kegemaran beliau.

Baca Juga: Khasiat Baca La Haula Wala Quwwata Illaa Billah Menurut Habib Novel Alaydrus, Rasakan Dahsyatnya

Qashidah tersebut adalah karangan guru beliau, yaitu al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi (Shahib Simthud Durar).

“Ya Muhammad, aku lihat Rasulullah sudah hadir. Bacalah qashidah Jadad Sulaima. Lekaslah baca, ayo Bismillah!”

Mendengar ucapan ayahnya, segera Habib Muhammad membacakan qashidah tersebut sambil menangis dan tidak mampu menyelesaikan qashidah tersebut.

Akhirnya yang melanjutkan qashidahnya adalah Habib Husein bin Thaha al-Haddad (ayah dari Kak Diding al-Haddad).

Setelah selesai pembacaan qashidah tersebut, Habib Ali al-Habsyi berkata: “Ya Muhammad, hari apakah ini?”

Habib Muhammad menjawab: “Hari Ahad ya Abah. Jamaah sudah penuh hadir di Majelis.”

Kemudian Habib Ali Kwitang kembali berkata: “Ya Muhammad, kirimkan salamku pada seluruh jamaah. Dan pintakan maaf atas diriku pada seluruh jamaah. Pintakan maaf untukku pada mereka. Sesungguhnya diri ini tidak lama lagi, karena sudah datang Rasulullah dan datuk-datuk kita.”

Baca Juga: Gus Baha Tak Pernah Berpikir Agar Dihormati Orang Lain, Ternyata Rahasia Terungkap di Sini

Dengan perasaan sedih yang mendalam, Habib Muhammad pun akhirnya menyampaikan pesan ayahnya pada semua jamaah yang hadir di Majelis Ta’lim Kwitang hari Minggu pagi itu.

Tidak lama setelah itu, Habib Ali Kwitang menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Sebelum wafatnya, beliau mengajak kepada yang berada di sekitarnya untuk membaca talqin dzikir “La Ilaha Illallah”.

Semua yang hadir, termasuk Habib Ali bin Husein Alattas (Habib Ali Bungur), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, dan para keluarga mengikuti ucapan Habib Ali al-Habsyi yang semakin lama semakin perlahan hingga hembusan nafasnya yang terakhir kali.

Akhirnya Habib Ali Kwitang wafat di pangkuan al-Habib Ali bin Husein Alattas dalam keadaan berpakaian kebesarannya.

Habib Ali Kwitang lahir di Jakarta pada hari Ahad 20 Jumadil Ula 1286 H/20 April 1870 M, dan wafat hari Ahad 20 Rajab 1388 H/13 Oktober 1968 M.

Baca Juga: Cara Dekat Kepada Allah Ternyata Bisa Dilakukan dengan Guyon dan Canda, Alasannya Begini Kata Gus Baha

Demikian kisah Habib Ali Kwitang yang menjadi teladan ilmu dan perjuangan bagi umat Islam Indonesia.***

 

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler