“I… iya…, Mbah…”
“Penggunaannya terserah aku ya?”
Tamu cuma mampu mengangguk lemah.
Mbah Dullah menengok ke halaman rumah. Santri-santri cilik berkeliaran dan bercengkerama. Mbah Dullah memanggil salah satunya,
“Nak! Hei! Kamu! Ya! Sini kamu!”
Kepada santri itu Mbah Dullah mengulurkan amplop pemberian tamu.
“Nih! Bagi-bagi dengan teman-temanmu ya!”
Baca Juga: Ainun Najib, Anak Kiai Kampung yang Dicari Jokowi, Ternyata Ini Perkiraan Gajinya di Singapura
Santri melongo tak percaya. Tapi Mbah Dullah menggerakkan tangan memberi isyarat supaya dia lekas beranjak. Santri beringsut keluar rumah. Dan begitu lepas dari pintu, ia langsung teriak-teriak memanggili teman-temannya. Riuh-rendah pecah. Mbah Dullah tersenyum-senyum memandangi santri-santri berkejaran di halaman, berebut bagian.
“Lihat!” beliau berkata pada tamu, “Duit sampeyan sudah bikin gembira anak-anak sebanyak itu!”