2 Tahun Belajar di Tegalrejo, Gus Dur Dapat Ilmu Kelas Tinggi dari KH Chudlori

- 25 Mei 2022, 15:39 WIB
2 Tahun Belajar di Tegalrejo, Gus Dur Dapat Ilmu Kelas Tinggi dari KH Chudlori
2 Tahun Belajar di Tegalrejo, Gus Dur Dapat Ilmu Kelas Tinggi dari KH Chudlori /kolase facebook/udin/

BERITA BANTUL - KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dapatkan ilmu kelas tinggi saat belajar kepada KH Chudlori di Pesantren Tegalrejo Magelang. 

Gus Dur belajar dan mengaji di bawah asuhan KH Chudlori pada tahun 1957-1959. 

Ilmu kelas tinggi Gus Dur terkait dengan ilmu tirakat yang khusus dari KH Chudlori yang memang menjadi ciri khas di Pesantren Tegalrejo. 

Baca Juga: Bersama Waliyullah asal Aceh, Adik Gus Dur Nyai Lily Wahid Temui Kiai Sahal Mahfudh Kajen

Sebagaimana dikutip dari Ustadz Nur Kholik Ridwan di laman facebook pribadinya, dijelaskan bahwa Gus Dur pindah dari Yogyakarta ke Magelang, tepatnya di Pesantren Tegalrejo pada tahun 1957.

Di pesantren ini Gus Dur nyantri selama sekitar 2 tahun lebih sedikit, di bawah asuhan KH. Chudlori.

Dijelaskan, penulis biografi Gus Dur, Greg Barton memberikan kesaksian saat Gus Dur ngaji di Tegalrejo:

Baca Juga: Rahasia Nyai Sholihah Mendidik Gus Dur Jadi Tokoh Dunia

“Gus Dur membuktikan dirinya sebagai siswa yang berbakat dengan menyelesaikan pelajarannya di bawah asuhan KH. Chudlori selama 2 tahun di Tegalrejo."

"Kebanyakan siswa lain memerlukan waktu 4 tahun untuk menyelesaikan pelajaran ini."

"Bahkan di Tegalrejo ini Gus Dur menghabiskan sebagian besar waktunya di luar kelas dengan membaca buku-buku Barat."

Meski sudah di Tegalrejo, lanjutnya, Gus Dur kadang menyempatkan waktunya untuk belajar paruh waktu ke Denanyar Jombang di bawah asuhan Mbah Bisri Syansuri, kakeknya dari pihak ibu.

Saat di Tegalrejo pula, Gus Dur juga mencari peluang menonton wayang kulit, kegemarannya yang sudah dilakoninya ketika di Yogyakarta.

Baca Juga: Gus Dur Dibentak Istri Protokol Istana, Kisah Lucu dan Menggemaskan

Untuk hal itu, menurut Greg, Gus Dur harus berjalan kaki cukup jauh agar dapat menonton wayang kulit.

Sang guru, KH. Chudlori adalah anak dari seorang penghulu di Tegalrejo zaman penjajahan Belanda, bernama Kyai Muhammad Ihsan.

Sewaktu kecil, KH Chudlori sekolah di HIS, pendidikan setingkat SD pada zaman Belanda.

Setelah itu beliau nyantri ke Payaman, yang diasuh Kiai Siradj, kemudian ke Koripan di bawah asuhan Kiai Abdan, lalu ke Gragab dibawah asuhan Kiai Rahmat, dan dilanjutkan ke Tebuireng, di bawah asuhan Hadratusy Syaikh KH Hasyim Asyari.

Baca Juga: Kiai Sakti Probolinggo yang Membuat Gus Dur Tertawa Saat Pimpin Rapat, Ini Kisah Uniknya

Pada tahun 1933, KH Chudlori pindah lagi ke Bendo Pare, yang diasuh Kiai Chozin, lalu ke Sedayu, dan kemudian ke Lasem.

Setelah kembali ke Magelang, KH Chudlori menikah dengan anak dari Kiai Dalhar Watucongol, dan sempat mengajar di pesantren Darussalam yang diasuh sang mertua.

Setelah tirakat cukup lama di Gunung Pring (tempat pesarean Raden Santri) dan melakukan riyadhoh, akhirnya KH Chudlori diidzinkan mertuanya untuk membuat pesantren di Tegalrejo, di tempat kelahirannya, pada tahun 1944.

Baru pada tahun 1947, pesantren itu diberi nama API (Asrama Perguruan Islam).

Baca Juga: 5 Kisah Unik Gus Dur: Mulai Hobi Nonton Film Sampai Suka Cuci Piring Sendiri

Pesantren ini sempat hancur karena kedatangan Belanda, tetapi pada tahun 1949, KH Chudlori bersama masyarakat membangun kembali pesantren itu, dan pada tahun 1977, ketika beliau wafat, pesantren itu telah memiliki tidak kurang dari 1500 santri.

Dikutip dari buku 'Islam Jawa' karya Bambang Pranowo, dijelaskan KH Chudlori sebagai sosok kiai yang membekali santrinya dengan berbagai ilmu dan riyadloh (tirakat) dalam rangka olah batin.

Tirakat itu untuk mengasah kemampuan spiritual santri atau yang dikenal dalam dunia tasawuf sebagai mujahadah.

Ketika Gus Dur di pesantren Tegalrejo, sebagai santri dia juga diwajibkan menghafalkan Alfiyah dan beberapa kitab yang harus dikaji, yang kemudian hafalan Alfiyah ini didaras ulang ketika di Tambakberas Jombang.

Baca Juga: 9 Berkas Map Waliyullah Dibawa ke Tebuireng, Mbah Liem Buka Rahasia Isyarat Kepada Gus Dur

Di samping itu, sebagaimana disebut Greg, Gus Dur kadang pergi ke Denanyar Jombang.

Gus Dur juga mengaji kitab al-Hikam kepada Kiai Dalhar Watucongol, sebagaimana disebutkan dalam Ensiklopedi Abdurrahman Wahid.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah