Sunan Ampel adalah Bupati Pertama di Surabaya

- 13 November 2022, 17:28 WIB
Sunan Ampel adalah Bupati Pertama di Surabaya
Sunan Ampel adalah Bupati Pertama di Surabaya /kemenag/

SEJARAH WALI - Sunan Ampel atau Raden Rahmat bukan saja dikenal sebagai salah satu wali songo, tapi juga disebut sebagai Bupati Pertama di Surabaya.

Sunan Ampel adalah salah satu wali dan sunan yang senior, sehingga pengaruhnya sangat besar dalam penyebaran dakwah Islam.

Keturunan dan kerabat Sunan Ampel menjadi tokoh penting dalam Islam di Nusantara, seperti Sunan Bonang dan Sunan Drajat. 

Baca Juga: Sejarah Kedatangan Sunan Ampel Berdakwah di Surabaya

Dijelaskan Babad Ngampeldenta, bahwa pengangkatan resmi Raden Rahmat sebagai imam di Surabaya dengan gelar sunan dan kedudukan wali di Ngampeldenta dilakukan oleh Raja Majapahit.

Dengan demikian, Raden Rahmat lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ngampel.

Menurut sumber legenda Islam yang dicatat H.J. De Graaf & Th.G.Th. Pigeaud dalam Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram (1986), Raden Rahmat diangkat
menjadi imam Masjid Surabaya oleh pejabat Pecat Tandha di Terung bernama Arya Sena.

Penempatan Raden Rahmat di Surabaya, selain dilakukan secara resmi oleh Pecat Tandha di Terung juga disertai oleh keluarga-keluarga yang dipercayakan Kerajaan Majapahit untuk dipimpinnya.

Baca Juga: Curi Ikan KH Chudlori Tegalrejo, Gus Dur Pesta Makan Bersama Para Santri

Menurut Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Sunan Giri Malang (1975), karena hubungan baik dengan Raja Majapahit, Raden Rahmat diberi izin tinggal di Ampel disertai keluarga-keluarga yang diserahkan oleh Raja Majapahit.

Dalam perjalanan menuju Ampel, dikisahkan Raden Rahmat melewati daerah Pari, Kriyan, Wonokromo, dan Kembang Kuning yang berupa hutan.

Di tempat itu, Raden Rahmat bertemu dengan Ki Wiryo Saroyo—menurut sumber lain Ki Wirajaya—yang dikenal sebagai Ki Bang Kuning yang kemudian menjadi pengikut Raden Rahmat.

Sementara menurut Babad Tanah Jawi, sewaktu tinggal di kediaman Ki Bang Kuning, Raden Rahmat menikah dengan putri Ki Bang Kuning yang bernama Mas Karimah.

Dari pernikahan itu lahir dua orang putri: Mas Murtosiyah dan Mas Murtosimah.

Baca Juga: Gus Dur Ngaji Hikam Kepada Waliyullah Mbah Dalhar Watucongol Gunungpring

Selama tinggal di kediaman Ki Bang Kuning, Raden Rahmat dikisahkan membangun masjid dan menyebarkan dakwah Islam kepada masyarakat sekitar.

Demikianlah, Ki Bang Kuning yang menjadi mertua Raden Rahmat itu ikut serta mengembangkan dakwah Islam di sekitar kediamannya, terutama melalui masjid yang dibangun menantunya.

Oleh karena Ki Bang Kuning memiliki putri bernama Mas Karimah, maka ia dikenal juga dengan sebutan Mbah Karimah, bermakna ‘bapaknya Si Karimah’.

Dengan nama itu, ia lebih dikenal masyarakat sekitar sebagai sesepuh desa, sehingga saat wafat makamnya dijadikan peziarahan oleh umat Islam.

Menurut Serat Walisana, Raja Majapahit tidak langsung mengangkat Raden Rahmat di Ampeldenta, melainkan menyerahkannya kepada Adipati Surabaya bawahan Majapahit bernama Arya Lembusura, yang beragama Islam.

Baca Juga: Gus Miek Sering Pakai Kaca Mata Hitam, Ternyata Rahasianya Menggetarkan

Arya Lembusura dikisahkan menempatkan Raden Santri Ali menjadi imam di Gresik dengan gelar Raja Pendita Agung dengan nama Ali Murtala (Ali Murtadho).

Setelah itu, Arya Lembusura menempatkan Raden Rahmat sebagai imam di Surabaya, berkediaman di Ampeldenta dengan gelar Sunan Ampeldenta, dengan nama Pangeran Katib.

Bahkan, dikisahkan Raden Rahmat menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri Arya Teja dari Tuban.

Menurut Sedjarah Dalem, Arya Teja dari Tuban menikahi putri Arya Lembusura dan menurunkan bupati-bupati Tuban.

Itu berarti, Nyai Ageng Manila yang dinikahi Raden Rahmat itu adalah cucu perempuan Arya Lembusura.

Baca Juga: Kiai Hasyim Asy'ari Buka Rahasia Kewalian Gus Miek yang Nyentrik, Kiai Djazuli Menangis, Apa Itu?

Oleh karena terhitung cucu menantu Arya Lembusura, maka pada saat Arya Lembusura mangkat, Raden Rahmat menggantikan kedudukannya sebagai penguasa Surabaya, sebagaimana
dikisahkan sumber-sumber tertulis seperti Sedjarah Regent Soerabaja yang mencatat bahwa Raden Rahmat adalah bupati pertama Surabaya.

(punika panjenengan ing kabupaten surapringga, kangjeng sinuhun ngAmpeldenta, nami
pangeran rahmat, juluk seh mahdum, seda kasareaken ing ngampel).

Demikian penjelasan yang dikutip dari buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah