Hakikat Kepemimpinan Menurut Zastrouw Al Ngatawi, Mantan Ajudan Gus Dur

- 13 Desember 2022, 15:21 WIB
Hakikat Kepemimpinan Menurut Zastrouw Al Ngatawi, Mantan Ajudan Gus Dur
Hakikat Kepemimpinan Menurut Zastrouw Al Ngatawi, Mantan Ajudan Gus Dur /facebook/zastrouw.alngatawi/

TOKOH - Hakikat Kepemimpinan Menurut Zastrouw Al Ngatawi, Mantan Ajudan Gus Dur.

Menjadi pemimpin dan memahami hakikat kepemimpinan sangatlah penting untuk tokoh bangsa Indonesia. 

Hakikat kepemimpinan di Indonesia ditandai dengan kesadaran akan kebhinekaan suku, bahasa, budaya, agama dan lain sebagainya. 

Baca Juga: Cerita Singkat Gus Dur Saat Krisis Reformasi 1998, Kesaksian Zastrouw Al Ngatawi

Menurut Zastrouw Al Ngatawi, pemimpin adalah orang-orang yang berani mempertaruhkan apapun yang ada pada dirinya demi kemaslahatan dan mencegah kerusakan.

Pemimpin adalah mereka yang tidak hanyut dalam uphoria massa tetapi mampu mendidik dan menceedaskan rakyat yang larut dalam emosi dan kebencian.

"Bisa mengerti dan memahami batas terjauh dalam melakukan gerakan agar tidak menimbulkan kerusakan, meskipun yang diperjuangkan adalah suatu kebenaran yang diyakini," kata Zastrouw Al Ngatawi.

Dengan demikian, lanjutnya, pemimpin mampu menentukan pada titik mana suatu gerakan harus berhenti demi menjaga kemaslahatan, bukan terus melakukan provokasi tanpa henti hingga memancing kegaduhan yang terus menerus.

Bukan hanya itu, bagi Zastrouw Al Ngatawi, pemimpin bangsa diperlukan sikap yang penuh kearifan dan kebesaran jiwa, apalagi menjadi ulama yang memiliki otoritas dalam memanfaatkan teks suci dan berbicara atas nama Tuhan.

Baca Juga: Foto Pernikahan Gus Sholah Tebuireng Adik Gus Dur, Siapa yang Berada di Kanan dan Kiri?

"Suatu senjata suci yang tidak boleh digunakan sembarangan. Karena kalo digunakan sembarangan dan tanpa mengindahkan batas-batas kepantasan dan situasi maka akan bisa menjadi sumber bencana yang daya rusaknya sangat dahsyat," tegasnya.

Itulah sebabnya, lanjutnya, Gus Dur sangat berhati-hati dalam mengutip dan menggunakan ayat, termasuk dalam memaknai dan menafsirkannya.

"Pemimpin bukanlah orang-orang yang hanya bisa menggerakkan massa atas nama kebenaran dengan meneriakkan ayat-ayat suci. Mengikuti persepsi dan kemauan massa sekalipun mengancam keutuhan bangsa dan merusak kehidupan," tegasnya.

Di sini, katanya, bangsa Indonesia bisa melihat secara jelas seorang ulama, pemimpin dan para pesohor yang takut kehilangan popularitas diri di hadapan massa serta para pecundang yang selalu memanfaatkan massa dengan mengatasnamakan apa saja demi keuntungan pribadi.

"Dalam suasana yang makin makin gaduh dan penuh ketegangan seperti sekarang ini, saya makin rindu pada sosok Gus Dur," kenangnya.

Baca Juga: Rahasia Gus Dur Punya Kecerdasan Tingkat Tinggi, Suka dengan Ide-Ide Segar

Bagi Zastrouw Al Ngatawi, kehadiran Gus Dur sangat penting di tengah kondisi pemimpin umat banyak yang memprovokasi dan membakar emosi umat atas nama kebenaran yang mereka yakini tanpa memikirkan resiko dan dampak yang ditimbulkan.

"Ketika keutuhan bangsa dan kedaulatan negara didudukkan di bawah kebenaran subyektif massa atas nama agama. Ketika popularitas diri dan jumlah massa pendukung lebih dipentingkan daripada kebaikan bersama semua warga bangsa. Ketika para ulama sudah berperilaku seperti pesohor, ketika ulama tersingkirkan oleh para pecundang, maka sesungguhnya bangsa ini telah mengalami degrasasi dan krisis kepemimpinan yang acut," pungkasnya, dikutip dari facebook pribadinya yang diunggah pada 5 Mei 2017.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x