Di saat ribuan orang menganggapnya seperti virus penyakit sehingga harus dijauhi, bahkan kalau perlu diludahi kalau nekat mendekat, lanjutnya, Cak Nun langsung mendekap tubuh bocah kesepian tersebut.
"Bocah tersebut pun sangat kaget, karena di dunia ini masih ada orang yang mau menyapa hatinya, bahkan memeluk tubuhnya," katanya.
Saat memeluknya, lanjutnya, Cak Nun hadir tanpa ada rasa jijik sedikitpun. Tanpa ada rasa malu sedikitpun. Sosok berbaju putih tersebut justru memeluknya semakin mesra dan menatap ribuan jama’ah sambil tersenyum.
"Seolah Cak Nun ingin bilang pada masyarakat Demak, 'Ini salah satu anakku'," katanya.
Remaja laki-laki itu memang bocah kesepian. Namanya Edy Setiawan. Sudah yatim-piatu, dianggap orang gila pula. Hidup sebatang kara di dunia ini. Tidak ada yang mau menjadi temannya.
"Mungkin kalau ia mendekati teman-teman sebayanya, ia akan dipukuli agar takut mendekat lagi. Mungkin kalau ia duduk-duduk di warung makan, ia akan langsung diberi krupuk dan diusir," tambahnya.
Menurut Doni Febriando, Cak Nun adalah manusia berlian. Hati beliau bening, mengkristal indah, dan bisa memancarkan cahaya kasih sayang.
Meski luar biasa “mahal”, seorang Cak Nun tidak risih bercengkrama dengan rakyat jelata, bahkan mau memeluk orang gila.
"Meski diakui kadar intelektualitasnya oleh profesor-profesor dari negara maju di Eropa Barat, Cak Nun mau mendidik orang-orang di perdesaan yang mungkin kebanyakan hanya tamatan wajib belajar 9 tahun," tulisnya.