Network
KESEHATAN - Apakah Menghabiskan Dua Bungkus Rokok per Hari Bisa Menyebabkan Mati Muda?
Asap rokok diketahui mengandung sekitar 4.000 bahan kimiawi berbahaya.
Dari jumlah tersebut, 60% di antaranya diketahui dapat menyebabkan kanker. Racun terbesar yang dihasilkan oleh asap batang rokok yang tidak dihisap.
Baca Juga: Waspada 1000 Hari Kelahiran Bayi, Gus Nabil Haroen Berikan Pesan Penting
Jika sampai racun terhirup oleh hidung maka seseorang akan rentan terkena penyakit-penyakit ganas, seperti paru-paru dan kanker.
Karena di dalam sebatang rokok terkandung sejumlah zat berbahaya yang seharusnya tidak terhirup oleh hidung manusia. Zat-zat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tar, zat berbahaya ini dapat menyumbat paru-paru dan menimbulkan iritasi saluran pernapasan. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya penyakit bronkitis, kronis, emphysema, atau bahkan kanker paru-paru.
Selain itu, zat berbahaya jenis ini juga dapat meresap ke dalam aliran darah sebelum kemudian dikeluarkan melalui urien.
Tar yang masih tersisa di dalam aliran darah akan menempel pada dinding kantung kemih. Hal ini dapat memicu penyakit kanker kantung kemih.
2. Nikotin, jenis zat berbahaya ini dapat menimbulkan kecanduan. Nikotin juga dapat memengaruhi sistem syaraf sehingga mempercepat detak jantung melebihi batas normal sekaligus dapat meningkatkan resiko terserang penyakit jantung.
3. Karbon monoksida, zat berbahaya ini dapat meresp ke dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Hal ini berakibat sistem peredaran darah menjadi tidak lancar. Selain itu, karbon monoksida juga memudahkan penumpukan zat-zat yang menyumbat saluran pembuluh nadi sehingga dapat menyebabkan serangan jantung yang mematikan.
Apabila zat-zat dan bahan kimiawi brbahaya itu masuk ke tubuh manusia maka dapat meningkatkan risiko penyakit paru-paru dan kanker.
Oleh karena itu, orang kaya memang seharusnya menghentikan kebiasaan menghabiskan dua bungkus rokok perhari sebelum hal tersebut membunuhnya secara perlahan.
Baca Juga: Kamu Ingin Kaya Raya Raih Dunia Penuh Berkah, Ikuti Nasehat Penting Gus Baha Ini
Ada 5 cara untuk menghentikan merokok.
Jika masih cukup sulit untuk menghentikan kebiasaan menghabiskan dua bungkus rokok per hari, lakukan lima cara praktis berikut ini untuk membantu Anda lepas dari kebiasaan tersebut sekaligus menghindarkan Anda dari kematian secara pelan-pelan.
1. Bulatkan tekad dan niat anda, awali tekad dan niat tersebut dengan alasan yang kuat. Tanyakan kepada diri sendiri mengapa Anda harus berhenti merokok, untuk siapa, dan apa manfaat tidak merokok untuk diri sendir, kelarga, orang-orang yang Anda cintai?
Dengan alasan yang kuat itu disertai tekad dan niat bulat, Anda dapat lebih cepat untuk berhenti merokok.
2. Minum lebih banyak air, Anda harus minum lebih banyak air dari yang semula hanya tiga gelas menjai enam gelas sehari.
Jika Anda masih merasa ingin merokok, cobalah minum satu hingga dua gelas air. Minum lebih banyak air dapat mengurangi keinginan Anda untuk merokok serta kehilangan racun rokok yang telah menumpuk di dalam tubuh.
3. Isap permen karet rasa mint, jika setres tidak kunjung reda, Anda dapat mengisap permen karet rasa mint. Dalam hal ini, permen karet tersebut akan membantu mengalihkan pikiran Anda terhadap rokok sehingga tidak lagi merasa stres.
4. Jauhi teman yang merokok, teman adalah memberi pengaruh eksternal yang kuat. Teman yang memiliki kebiasaan merokok bisa memengaruhi Anda untuk kembali mengisap rokok.
Maka, tugas Anda ialah menjauhi atau membatasi hubungan dengan mereka. Sebagai gantinya, Anda dapat berkumpul dengan teman yang tidak merokok.
5. Cari kesibukan, carilah kesibukan dengan melakukan hal-hal yang Anda sukai, seperti melakukan hobi.
Selain itu, berusahalah untuk tidak sering menyendiri untuk mecegah Anda terpikir keinginan untuk kembali merokok.
Alihkan pikiran Anda pada kegiatan-kegiatan positif dan intens, misalnya berolahraga setiap hari. Hal ini bermanfaat mensegah diri Anda berpikir keinginan untuk kembali menghisap rokok.***
Penulis; Mahasiswa Dika Ayu Pramesti,Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta.
