Sejarah NU dari Kyai As'ad: Tahun 1924, Perintah Syaikhona Kholil Antarkan Tongkat ke Tebuireng

17 Februari 2022, 19:14 WIB
Perintah Syaikhona Kholil Antarkan Tongkat ke Tebuireng /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Antara tahun 1921-1923, para ulama rapat di daerah Kawatan Surabaya, rumah Kyai Mas Alwi Abdul Azis.

Rapat para ulama makin menebalkan langkah untuk menguatkan barisan dalam menjaga ahlussunnah wal jamaah di Nusantara.

Kyai Wahab Chasbullah, Kyai Ridwan Abdullah, Kyai Mas Alwi dan lainnya yang di Surabaya terus melakukan konsolidasi gerakan.

Baca Juga: Sejarah NU dari Kisah Kiai As'ad: 66 Ulama Rapat di Bangkalan Tahun 1920, Mengadu Kepada Syaikhona Kholil

Baca Juga: Sejarah NU dari Kiai As'ad: Tahun 1921-1922, 46 Ulama Rapat di Rumah Kyai Mas Alwi Surabaya

Bagaimana dengan Syaikhona Kholil Bangkalan? Sebagaimana dikutip BeritaBantul.com dari kanal Youtube Abajadun Kreatif, dikisahkan bahwa Kyai As'ad Syamsul Arifin mendapatkan perintah khusus dari Syaikhona Kholil pada tahun 1924.

Kyai As'ad yang saat itu masih muda sangat senang dengan amanat dari sang guru yang dihormatinya. Kisah dialog itu dikisahkan langsung Kyai As'ad. Berikut isinya.

“Kesini. Besok kamu pergi ke Hasyim Asyari Jombang. Tahu rumahnya?.”

“Tahu..”

“Kok tahu? Pernah mondok disana?”

“Tidak. Pernah sowan”.

“Tongkat ini antarkan, berikan pada Hasyim. Ini tongkat kasihkan”.

“Ya, kyai”.

“Kamu punya uang?”.

“Tidak punya, kyai”.

“Ini”.

Baca Juga: Mbah Moen tentang Keramatnya NU: Banyak Berkahnya, Tapi Juga 'Drawasi'

Saya diberikan uang ringgit, uang perak yang bulat. Saya letakkan di kantong. Tidak saya pakai. Sampai sekarang masih ada. Tidak beranak, tapi berbuah (berkah).

Beranaknya tidak ada. Kalau buahnya banyak. Saya simpan. Ini berkah. Ini buahnya.

Setelah keesokan harinya saya mau berangkat, saya dipanggil lagi:

“Kesini kamu! Ada ongkosnya?”.

“Ada, kyai”.

“Tidak makan kamu? Tidak merokok kamu? Kamu kan suka merokok?”.

Saya dikasih lagi 1 ringgit bulat. Saya simpan lagi. Saya sudah punya 5 Rupiah. Uang ini tidak saya apa-apakan.Masih ada sampai sekarang.

Kyai keluar: “Ini (tongkat) kasihkan ya… (Kyai Kholil membaca surat Thaha: 17-21)…

وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى ﴿١٧﴾ قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى ﴿١٨﴾ قَالَ أَلْقِهَا يَا مُوسَى ﴿١٩﴾ فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى ﴿٢٠﴾ قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْ سَنُعِيدُهَا سِيرَتَهَا الْأُولَى ﴿٢١﴾

“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku berpegangan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”.

Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!” Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman: “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula”.

Baca Juga: Habib Luthfi Wali Besar Indonesia, Pengakuan Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah

Kisah di Perjalanan

Itulah dialog sangat mengesankan yang dirasakan Kyai As'ad. Saat di perjalanan, banyak orang yang merasa aneh dengan gaya Kyai As'ad.

"Karena saya ini namanya masih muda. Masih gagah. Sekarang saja sudah sudah keriput. Gagah pakai tongkat dilihat terus sama orang-orang," kisah Kyai As'ad.

"Kata orang Arab Ampel, 'orang ini gila, muda pegang tongkat'. Ada yang lain bilang, 'Ini wali'. Wah macam-macam perkataan orang. Ada yang bilang gila. Ada yang bilang wali," kenangnya.

Kyai As'ad tetap tenang dan santai saja, karena yang dilakukan ada perintah kyai.

"Saya tidak mau tahu. Saya hanya disuruh kyai. Wali atau tidak, gila atau tidak terserah kamu. Saya terus berjalan," kata Kyai As'ad.

Baca Juga: Humor Spesial Cak Lontong untuk NU, Gus Yahya dan Khofifah Ikut Tertawa

Kyai As'ad merasa wajar dengan perkataan orang, karena dia saat itu masih muda.

"Saya diuji oleh Kyai. Saya terus jalan," pungkas Kyai As'ad.***

Editor: Muhammadun

Sumber: Abajadun Kreatif

Tags

Terkini

Terpopuler