Haul Mbah Dalhar Watucongol, Dahsyatnya Kisah Karomah Wali dari Magelang

16 Mei 2022, 17:00 WIB
Haul Mbah Dalhar Watucongol, Dahsyatnya Kisah Karomah Wali dari Magelang /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Kisah Kewalian Mbah Dalhar Watucongol Magelang sudah sangat masyhur bagi masyarakat Indonesia.

Ada sebuah kisah kewalian Mbah Dalhar yang disampaikan oleh KH Thoifur Mawardi pada Haul Masyayikh Pesantren Al-Muayyad, Mangkuyudan, Surakarta, Jawa Tengah.

Kiai Ahmad Dalhar, Watucongol, Muntilan, Magelang suatu saat melakukan rangkaian ibadah haji.

Baca Juga: Kisah KH Abdullah Schal Bangkalan Ngaji Kepada Syekh Masduqi Lasem dan KH Zubair Sarang

Ia bertemu dengan seorang lelaki yang sebelumnya belum pernah bertemu sama sekali. Di antara percakapan keduanya sebagai berikut:

“Nama anda siapa?” tanya Mbah Dalhar

“Nur Muhammad”

“Asli mana?”

“Magelang”

“Lho, lha saya ini juga asli Magelang. Anda mana?”

Baca Juga: Kisah KH Abdullah Schal Bangkalan Ngaji di Pesantren Sidogiri Pasuruan

“Salaman”

“Salamannya mana?”

“Ngadiwongso”

Ngadiwongso adalah salah satu desa di Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dengan kata lain, Kiai Dalhar dan Kiai Nur Muhammad satu kabupaten, tapi beda kecamatan.

Baca Juga: Kisah Kewalian Habib Ahmad Tempel dan Kiai Ali Maksum Krapyak

Setelah berbicara panjang lebar, Kiai Nur Muhammad berpesan kepada Mbah Dalhar “Besok, kalau pulang, bila ada waktu silahkan mampir, pinarak ke rumah saya ya!”

Waktu bergulir hingga cukup lama, Mbah Dalhar tidak segera berkunjung. Begitu pula sebaliknya, Kiai Nur Muhammad juga belum pernah mendatangi rumah Mbah Dalhar sejak kali pertama bertemu saat musim haji kala itu.

Suatu saat, Mbah Dalhar mendapat undangan sebuah acara pada satu tempat, pada era di mana belum banyak masyarakat yang mempunyai kendaraan mewah seperti sekarang ini.

Baca Juga: Kisah Kucing Bisa Berbicara dan Berdoa Ingin Dekat dengan Makam Rasulullah SAW

Waktu itu Mbah Dalhar diantar oleh H Bukhari, hartawan asal Desa Tirto, Grabag, Magelang.

Selepas pulang dari acara, mobil yang ditumpangi Mbah Dalhar tiba-tiba mogok di tengah jalan. Antara Mbah Dalhar dan H Bukhari tidak tahu di desa mana tepatnya mereka berhenti sekarang ini.

Keduanya hanya paham kalau mobil mereka sedang mogok di wilayah Kecamatan Salaman. Keduanya mencoba bertanya kepada warga sekitar.

Baca Juga: Kisah Unik Pernikahan Kiai Abdul Karim Lirboyo, Jodoh Datang Lewat Mimpi

“Maaf, Tuan, kalau boleh tahu, numpang nanya nih. Ini desa apa ya?”

“Oh, ini desa Ngadiwongso, Ndoro,” begitu jawab penduduk setempat.

“Lho, kebetulan sekali. Kalau begitu kita mampir saja ke rumah KH Nur Muhammad. Dia itu kawan baik saat aku haji dulu, katanya ia bertempat tinggal di desa Ngadiwongso,” kata Mbah Dalhar kepada H Bukhari sembari mengingat, menerawang beragam kenangan indah bersamanya.

Mbah Dalhar bertanya kembali,

“Apakah Tuan tahu alamat KH Nur Muhammad?”

Baca Juga: Kisah Habib Hasan bin Abdullah Asy Syathiri dan Keberkahan Keringat Orang yang Mau Bekerja

“Oh, iya, di sebelah sana, Ndoro,” jawabnya sembari memberikan arah yang jelas, alamat tidak terlampau jauh dari lokasi.

Bersama H Bukhari, Mbah Dalhar menuju dan kemudian sampai di rumah tujuan, kediaman Kiai Nur Muhammad. Rumahnya persis di samping rumpun bambu nan asri.

Dan di sana, layaknya tamu terhormat, keduanya dijamu istimewa. Saking istimewanya, jamuan makanan dan minuman yang disajikan oleh Kiai Nur Muhammad ini membuat H Bukhari tidak akan pernah lupa semasa hidupnya di dunia.

Baca Juga: Kisah Ulama Mesir Buka Rahasia Karomah Kiai Utsman Al-Ishaqy Surabaya

Bagaimana tidak? Setelah menyantap menu sajian Kiai Nur Muhammad, H Bukhari mengaku tak pernah merasa lapar dan dahaga sama sekali.

Selain itu, ia menjadi tak punya ketertarikan dengan ragam makanan apapun setelah menikmati hidangan Kiai Nur. Baginya, selama hidup, kelezatan makanan apapun tidak ada yang sebanding dengan milik Kiai Nur Muhammad.

Sekitar sepuluh hari berselang, H Bukhari yang disebut masyarakat sekitar sebagai hartawan kaya raya mendapat undangan pada sebuah acara keluarganya di suatu daerah.

Sampai saat itu pula, ia masih merasakan kenyang atas makanan sepuluh hari silam. Ia juga masih tak punya selera makan.

Baca Juga: Amal Ibadah Rusak Tidak Diterima, Penyebabnya Begini Kata Habib Quraisy Baharun

Namun, ia kalah ketika tuan rumah sedikit menegurnya karena kurang melegakan hati penyedia makanan.

“Iya ya, kalau anda itu memang orang kaya, pasti tidak berkenan makanan orang miskin seperti kami ini,” kata tuan rumah, memelas.

Merasa tidak enak hati, sekaligus iba, H Bukhari memaksa diri untuk menyantap sajian. Nahas, kenikmatan kenyang yang tidak kunjung hilang sejak sepuluh hari lalu itu lenyap, menghilang seketika. Ia kembali merasa lapar dan merasakan sebagaimana sebelum memakan pemberian Kiai Nur Muhammad.

H Bukhari pun kaget dan bertanya-tanya, “ada apa ini sebenarnya?”.

Baca Juga: Pahalanya Seperti Naik Haji, Kerjakan 5 Amalan Ini Kata Habib Quraisy Baharun

Setelah ia telisik mendalam, ia kemudian mendapati jawabnya. Ternyata Kiai Nur Muhammad sudah wafat beberapa waktu lalu.

Sedangkan jenazahnya dimakamkan di pemakaman yang di sampingnya ada rumpun bambu persis dengan ciri-ciri sekitar perumahan di mana ia mendapat jamuan makan bersama Kiai Dalhar.

Ia menarik kesimpulan, bahwa ia sedang menerima jamuan dari orang yang sudah meninggal. Dan kisah ini menunjukkan tentang kebenaran sebuah ayat yang menyatakan, orang yang meninggal di jalan Allah itu tidaklah mati.

Baca Juga: Terlihat Jasadnya Masih Utuh, Kisah Guru Habib Umar Yaman Saat Terbongkar Makamnya

Mereka hanya pernah merasakan mati sekali saja. Setelah itu mereka hidup kembali dan diberi rezeki oleh Allah SWT

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Jangan engkau menyangka orang yang meninggal di jalan Allah itu mati, melainkan mereka hidup dihadapan Allah dan diberi rizqi. (Q.S: Ali Imron: 169). Wallhu a'lam. ***

 

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan

Tags

Terkini

Terpopuler