Kisah Imam Abu Hanifah dan Utang Seorang Majusi, Sikap Warak Menjadi Pintu Hidayah yang Terbuka Lebar

16 Juni 2022, 19:37 WIB
Imam Abu Hanifah meneladankan sikap warak /wikimedia/بلال الدويك/

BERITA BANTUL – Nu’man bin Tsabit atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah adalah seorang tokoh fakih dari Baghdad. Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama yang kesalehannya luar biasa.

Bahkan dia sempat ditawari oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Manshur, khalifah kedua Dinasti Abbasiyah, untuk menjadi seorang hakim. Akan tetapi, tawaran itu ditolaknya.

Selain terkenal sebagai seorang ulama fikih yang banyak dipuji dan dikritik oleh mazhab lainnya, Imam Abu Hanifah adalah seorang yang sangat warak, yakni menjaga diri terhadap hal-hal yang syubhat.

Sikap warak tersebut benar-benar dijaganya dalam kehidupan sehari-hari secara ketat dan disiplin.

Baca Juga: Istri Lebih Mementingkan Anak Daripada Suami? Ustadz Abdul Somad: Istri Harus Berlaku Adil!

Mengenai sikap warak Imam Abu Hanifah itu, ada kisah yang sangat luar biasa. Berikut ini kisahnya.

Dikutip dari buku berjudul Hikayat Auliya’ (Qaf, 2020) karya Syekh Muhammad Abu Al-Yusr Abidin, dikisahkan Abu Hanifah dengan sifat waraknya terhadap seseorang yang beragama Majusi.

Suatu ketika Imam Abu Hanifah mendatangi seorang Majusi untuk menagih utang. Tiba-tiba sandalnya terkena kotoran dan dia mengibaskannya sehingga menempel pada tembok orang Majusi tersebut.

Imam Abu Hanifah bergumam, “Bagaimana cara membersihkannya? Jika aku gosok, debu tembok itu akan rontok. Jika aku biarkan, berarti aku telah membuat tembok itu menjadi najis.”

Baca Juga: Mimpi Didatangi Orang yang Sudah Meninggal Dunia? Ini Kata Ustadz Abdul Somad

Sang Imam bingung, lantas mengetuk pintu rumah orang Majusi tersebut untuk meminta maaf.

Orang Majusi itu keluar. Ia mengira bahwa Imam Abu Hanifah akan menagih utang. Ia pun meminta maaf.

“Urusannya lebih besar daripada itu,” kata Imam Abu Hanifah seraya melupakan urusannya menagih utang.

Imam Abu Hanifah lantas menceritakan apa yang terjadi. Setelah mendengarkan ceritanya, orang Majusi itu berkata, “Aku akan keluar untuk membersihkan sendiri kotoran itu.”

Baca Juga: Agar Peroleh Kebaikan Dunia dan Akhirat, Baca Doa Sapu Jagat yang Diajarkan oleh Nabi Muhammad Ini

Melihat sikap Imam Abu Hanifah yang warak tersebut, orang Majusi itu terpesona pada ajaran agamanya.

Orang majusi itu lantas masuk Islam dan menjadi seorang muslim yang baik. 

Inilah kisah Imam Abu Hanifah yang penuh makna. Dia membuka pintu hidayah dengan akhlaknya yang terpuji; sikap warak.

Pelajaran yang bisa diambil; Sejatinya, orang-orang itu tepesona dan akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat karena akhlak terpuji umat Islam.

Baca Juga: Hidup Memang Susah, Gus Baha: Masih Banyak yang Lebih Susah dari Kita

Jika umat Islam berakhlak terpuji dan mengedepankan sikap warak, di dunia ini tidak akan ada yang namanya Islamophofia, fitnah teroris, dan sejenisnya.

Lebih dari itu, bisa jadi akan ada festival syahadat jika umat Islam mempraktikkan ajaran Islam dengan warak dan akhlak yang terpuji.

Mengenai hal itu, Imam Abu Hanifah sudah mempraktikkannya. Dengan sikap warak dan akhlak terpuji, seorang Majusi pun bersyahadat.***

Editor: Joko W

Tags

Terkini

Terpopuler