Kisah Umar bin Khatthab dan Ali bin Abi Thalib dalam Memahami Al-Qur’an, Kegeniusan dan Kesadaran

26 Juni 2022, 09:58 WIB
Al-Qur'an, kitab suci umat manusia /pixabay/shzern/

BERITA BANTUL – Umar bin Khatthab dan Ali bin Abi Thalib adalah dua sosok sahabat utama Rasulullah Muhammad saw. Keduanya adalah orang-orang terdekat beliau.

Umar bin Khatthab adalah mertua Rasulullah saw. karena Hafshah binti Umar adalah istri beliau. Sementara itu, Ali bin Abi Thalib adalah sepupu beliau karena Ali adalah anak dari paman beliau, Abu Thalib, juga sekaligus sebagai menantu beliau karena dia adalah suami dari Fatimah binti Muhammad.

Umar bin Khatthab dan Ali bin Abi Thalib pun sama-sama menjadi khalifah. Umar bin Khatthab adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar. Umar bin Khatthab merupakan khalifah pertama yang bergelar amirul mukminin.

Sementara itu, Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat menggantikan Utsman bin Affan. Dia melanjutkan estafet kekhalifahan di masa-masa sulit setelah beragam peristiwa dialami oleh umat Islam.

Baca Juga: Kisah Imam Abu Hanifah dan Khalifah Abu Ja’far Al Manshur yang Bertengkar dengan Istrinya, Persoalan Poligami

Meskipun keduanya merupakan sahabat utama Rasulullah saw., nyatanya keduanya adalah sosok yang berbeda. Umar berperangai tegas dan disiplin, sementara Ali adalah sahabat yang cerdas dan genius.

Ada satu kisah keduanya yang menarik yang menampilkan ketegasan dan kedisiplinan Umar serta kecerdasan dan kegeniusan Ali.

Dikutip dari buku berjudul Makrifat Auliya’ (Qaf, 2020) karya Syekh Muhammad Abu Al-Yusr Abidin, disebutkan salah satu kisah yang menarik mengenai Umar dan Ali. Berikut ini kutipannya.

Baca Juga: Para Sahabat Itu Mencintai Nabi dengan Cara yang Berbeda, Gus Baha: Mencintai Itu Ekspresinya Macam-Macam

Pada suatu ketika, ada seseorang menemui Umar dan berkata, “Sesungguhnya aku menyukai fitnah dan membenci perkara yang benar. Aku bersaksi atas sesuatu yang tidak pernah aku lihat.”

Orang itu pun lantas ditahan oleh Umar. Sebagai sosok yang tegas dan disiplin, Umar merasa bahwa perkataan orang tersebut telah menyimpang dan perlu diluruskan.

Hal itu pun terdengar oleh Ali. Dia berkata, “Wahai Umar, engkau menahan orang ini dengan zalim.”

“Mengapa demikian?” selidik Umar.

Baca Juga: Kisah Al Junaid Al Baghdadi dan Al Syibli yang Sakit secara Bersama-sama, Perbedaan Sikap Menghadapi Musuh

Beginilah penjelasan dari Ali yang cerdas dan genius dalam memahami Al-Qur’an:

Orang itu menyukai harta dan anak. Allah berfirman, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah.” (QS. Al-Anfal: 28)

Orang itu juga membenci kematian dan itu adalah perkara yang benar. Allah berfirman, “Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya.” (QS. Qaf: 19)

Orang itu bersaksi bahwa Allah itu satu dan ia tidak melihat-Nya.

Baca Juga: Jangan Lakukan Dosa Ini, Buya Yahya: Tidak Ada Pintu Taubat Bagi Pelakunya!

Demikian jawaban dari Ali. Ali menyatakan bahwa orang itu menyukai fitnah yang di situ diartikan sebagai harta dan anak. Harta dan anak itu fitnah sebagaimana dalam surah Al-Anfal ayat 28.

Orang itu juga membenci perkara yang benar dan itu adalah kematian. Kematian adalah hal yang pasti karena semua yang bernyawa pasti akan mengalami mati. Hal itu sebagaimana surah Qaf ayat 19.

Sementara itu, orang tersebut pun bersaksi atas sesuatu yang tidak pernah dilihatnya. Yang tidak pernah dilihat olehnya adalah Allah.

Baca Juga: Ini Cara Sedekah Menurut Para Ulama, Buya Yahya: Tidak Hanya Secara Sembuyi-sembunyi, Ternyata Bisa Juga

Setelah mendengar penejelasan dari Ali tersebut, Umar tersadar. Umar lantas bergumam, “Seandainya tidak ada Ali, niscaya Umar pasti binasa.”

Itulah kisah dua sahabat utama Rasulullah saw. Ketika itu, Umar menjabat sebagai khalifah dan Ali menjadi salah satu penasihatnya.***

Editor: Joko W

Tags

Terkini

Terpopuler